Latest News

Selengkapnya Diteruskan DI NEWS.TOPSEKALI.COM

Thursday, November 29, 2018

Bersama Bawaslu Melawan Politik Uang Oleh: Benny Sabdo*)


Kita harus lawan segala bentuk politik uang karena berdampak buruk dalam kehidupan demokrasi dan menusuk rasa keadilan.
Catatan Redaksi:
Artikel Kolom ini adalah tulisan pribadi Penulis, isinya tidak mewakili pandangan Redaksi Hukumonline
Gary Goodpaster dalam studinya mendefinisikan politik uang dalam konteks norma hukum pemilu. Dalam studinya, ia mendefinisikan politik uang sebagai bagian dari korupsi yang terjadi dalam proses pemilu, yang meliputi pemilihan presiden, pemilihan legislatif, dan pemilihan kepala daerah. Ia menyimpulkan politik uang adalah transaksi suap-menyuap yang dilakukan oleh aktor untuk kepentingan mendapatkan keuntungan suara dalam pemilihan. 

Baru-baru ini, Sentra Penegakan Hukum Terpadu (Gakkumdu) Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Jakarta Utara memproses kasus dugaan money politic atau politik uang calon legislatif DPRD DKI Jakarta dari Partai Perindo. Caleg tersebut bernama David H. Rahardja, terjerat perkara dugaan tindak pidana pemilu, pembagian minyak goreng dalam kampanye. Kegiatan kampanye ini dilakukan tepat pada hari pertama pada masa kampanye, tidak ada pemberitahuan dan diduga menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnnya kepada masyarakat sebagaimana diatur dalam Pasal 523 ayat (1) juncto Pasal 280 ayat (1) huruf j UU No. 7 Tahun 2017 tentang Pemilu.   

Jaksa penuntut umum sudah melimpahkan perkara ini ke Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Utara. Dengan demikian, perkara politik uang di Jakarta Utara ini yang pertama kalinya dalam Pemilu Serentak 2019 masuk babak persidangan. Berdasarkan UU 7/2017, PN Jakarta Utara dapat memeriksa, mengadili dan memutus perkara tindak pidana pemilu paling lama tujuh hari kerja setelah pelimpahan berkas perkara, dan dapat dilakukan dengan tanpa kehadiran terdakwa (in absentia). Ketentuan ini juga diatur Peraturan Mahkamah Agung (Perma) No. 1 Tahun 2018 tentang Tata Cara Penyelesaian Tindak Pidana Pemilu. 


Seperti diketahui sejak 2004, Indonesia sudah melaksanakan pemilu secara langsung. Salah satu catatan dalam pemilu, di Indonesia saat ini adalah adanya virus yang sulit diberantas, yaitu politik uang. Politik uang kerap dijadikan metode untuk menggapai kekuasaan dalam sebuah perhelatan politik yang bernama pemilu. Politik uang tentu berbeda dengan biaya politik. Jika biaya politik adalah harga yang harus dikeluarkan dalam konstestasi politik, seperti pembelian atribut kampanye; pemesanan bendera partai; kemeja atau seragam tim kampanye. Sedangkan politik uang meminta pihak tertentu memberikan suaranya atau jual beli suara.   

Menurut riset Indonesia Corruption Watch (ICW) di 15 provinsi terkait adanya praktik politik uang yang dilakukan caleg untuk mendulang suara pada pemilu legislatif 9 April 2014 lalu, menyimpulkan masih maraknya praktik politik uang, dengan kasus terbanyak terjadi di Provinsi Banten yaitu 36 kasus politik uang. Disusul Riau dan Bengkulu dengan 31 kasus; Sumatera Barat 31 kasus; dan Sumatera Utara 29 kasus. Kemudian, Bawaslu juga menemukan 600 dugaan politik uang dalam masa tenang ketika Pilkada 2017 kemarin. Angka ini mengalami peningkatan signifikan dibanding dalam Pilkada 2015 yang hanya sebanyak 92 kasus.

Praktik politik uang dalam pemilu, meskipun hal itu adalah pelanggaran, sudah bukan rahasia lagi. Hasil survei bahkan menunjukkan, mayoritas publik mengaku bersedia menerima pemberian uang dari para caleg atau partai politik. Hal ini menjadi sebuah fenomena berbahaya, membuat nilai-nilai demokrasi menjadi tercemar. Politik uang telah mereduksi kampanye pemilu. Kampanye meliputi visi, misi, dan program kerja menjadi tenggelam dalam banalitas politik uang.

Politik uang merupakan suatu bentuk pemberian atau janji menyuap seseorang, baik supaya orang itu tidak menjalankan haknya untuk memilih (golput) maupun supaya menjalankan haknya dengan cara tertentu pada saat pemilu. Pemberian dapat dilakukan menggunakan uang atau barang. Politik uang adalah sebuah bentuk pelanggaran kampanye. Politik uang umumnya dilakukan simpatisan, kader, atau bahkan pengurus partai politik menjelang hari pencoblosan. Istilah populernya yakni “serangan fajar”.


Politik uang setidaknya memiliki lima dampak buruk dalam kehidupan demokrasi. Pertama, jebakan bagi masyarakat. Kandidat yang membagikan uang kepada masyarakat biasanya akan mencari pengganti uang ketika menjabat. Hal ini sangat berbahaya karena calon tidak (fokus) menjalankan programnya yang dijanjikan, tetapi sibuk mengumpulkan uang. Kedua, merugikan kandidat dan partai pengusung. Bawaslu dapat memberikan sanksi administrasi berupa pembatalan calon, jika terbukti melakukan politik uang secara terstruktur, sistematis dan masif. Ketiga, menjadi “penyakit” demokrasi. Hal ini membuat kompetisi politik tidak adil dan hanya bisa diikuti oleh kandidat yang memiliki banyak uang. Keempat, menumbuhkan karakter “pengemis” bagi masyarakat yang berebut untuk mendapatkan uang kandidat. Kelima, memicu/mendorong perilaku korupsi ketika menjabat.

Perkara politik uang pada pemilu Indonesia telah menusuk rasa keadilan dan sulit diusut pelakunya. Kehadiran Sentra Gakkumdu Bawaslu dapat memberikan harapan baru dalam konteks penegakan hukum pidana pemilu. Menurut UU 7/2017, Sentra Gakkumdu kini secara organisasi melekat pada Bawaslu. Sentra Gakkumdu terdiri dari tiga institusi penegak hukum, yakni Bawaslu, Kepolisian dan Kejaksaan. Perkara politik uang, pembagian minyak goreng saat kampanye di Jakarta Utara dapat menjadi momentum untuk menegakkan keadilan pemilu. Ketegasan Bawaslu dalam menindak perkara politik uang dapat meningkatkan kewibawaan sebagai lembaga pengawas pemilu.  

Kita memberikan apresiasi atas keberanian pihak Kepolisian dan Kejaksaan dalam menindak perkara politik uang di Jakarta Utara ini. Faktor-faktor yang turut menentukan pekerjaan penegakan hukum tidak hanya datang dari luar, tetapi juga dari dalam. Dengan demikian, hukum bukan hanya soal peraturan, tetapi juga keterlibatan manusia secara utuh. Di sinilah relevansi membicarakan faktor keberanian penyidik dan penuntut umum dalam menindak perkara politik uang. Kita membutuhkan penegakan hukum pidana pemilu yang progresif. Penegakan hukum progresif tidak bisa diserahkan pada cara-cara konvensional, tetapi membutuhkan tipe penegakan hukum yang penuh greget (compassion, empathy dan commitment). Karenanya, faktor keberanian pun menjadi penting dan harus mendapat tempat. 

Perkara politik uang semestinya bukan hanya dipahami oleh penyelenggara pemilu, melainkan juga ditanggapi masyarakat. Namun, karena tak ada tanggapan di luar pemahaman, keluruhan cita-cita perlu dirawat dengan pemahaman atas simpang siur gejala yang tidak serapi utopia di nirvana. Ketika keluar dari nirvana, pemahaman dan tanggapan kita terhadap politik uang bertemu dengan ambiguitas, paradoks, ironi, dan campur-aduk nuansa. Meski demikian, kita tetap optimis dalam mengikis modus operandi politik uang di setiap gelaran pesta demokrasi. Bersama Bawaslu mari kita lawan segala bentuk politik uang!!!    

*) Benny Sabdo, Ketua Koordinator Sentra Gakkumdu Bawaslu Jakarta Utara.

Catatan Redaksi:
Artikel Kolom ini adalah tulisan pribadi Penulis, isinya tidak mewakili pandangan Redaksi Hukumonline

https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5bffc80b3be72/bersama-bawaslu-melawan-politik-uang--oleh--benny-sabdo

Wednesday, November 28, 2018

Prof Sumanto Al Qurtubi: Kenapa Saya Dukung Jokowi ?



Kenapa Saya Dukung Jokowi?

Prof Sumanto Al Qurtubi
King Fahd Univ,  Saudi.


Kenapa saya dukung Jokowi? Dan kenapa saya tidak dukung Prabowo?

Saya dukung Jokowi dan tidak dukung Prabowo bukan lantaran ada "masalah pribadi". Sama sekali bukan. "Nothing personal", kata orang bule.

Saya tak ada hubungan apa-apa dengan keduanya. Saya bukan orang dekat keduanya. Saya tidak bekerja dengan keduanya atau di lembaga, perusahaan, dan instansi apapun milik keduanya. Saya tak pernah foto dengan keduanya. Saya tak pernah bertemu dengan keduanya. Saya bukan tim sukses keduanya. Saya bukan jubir keduanya. Saya bukan pengurus, anggota, simpatisan, dan kader parpol manapun yang mengusung keduanya. 

Jadi saya bukan siapa-siapanya dari keduanya. Dan siapapun yang kelak jadi Presiden RI sama sekali "nggak ngefek" dengan karir dan masa depanku karena dari dulu, sejak di Amerika, saya tak pernah berkarir di Indonesia. Saya mencari uang di Luar Negeri (Amerika, Singapura, Jepang, dan Saudi) dengan cara halal dan kerja keras tentunya. Jadi saya bukan PNS maupun pegawai swasta di Indonesia. Karena itu siapapun yang jadi Presiden RI nggak ngefek sama sekali dengan nasib diriku di masa depan. 

Saya dukung Jokowi juga bukan karena ia orang Jawa, Jawa Tengah khususnya seperti diriku, bukan pula lantaran ia seorang Muslim. Sama sekali bukan. Saya tak pernah peduli dengan latar belakang etnis, suku, dan agama sang kandidat.

Lalu, kenapa saya dukung Jokowi?

Saya dukung Jokowi karena bagiku, Jokowi jauh lebih baik ketimbang Prabowo. Karena tidak ada capres lain yang lebih baik dari Jokowi. Karena bagiku, Jokowi lebih minim mudaratnya daripada Prabowo. Di banding Prabowo, Jokowi jauh lebih baik rekam jejaknya, lebih baik pengalaman mengelola pemerintahannya, lebih baik kinerjanya, lebih baik visi-misinya, lebih baik prestasinya, lebih baik komitmen nasionalisme dan kebangsaanya, lebih baik segala-galanya.

Bagiku, Prabowo sama sekali "tidak comparable" dengan Jokowi atau istilah jaman now, bukan "apple to apple". Beda antara keduanya jauuuh sekali, ibarat langit dan bumi, apalagi bumi datar.

Saya dukung Jokowi juga karena saya ingin kelak Indonesia betul-betul dihargai di dunia dan bisa berdiri tegak sejajar dengan negara-negara maju lain di dunia yang maju ekonominya, maju teknologinya, maju peradabannya, dan seterusnya. Hanya dengan inilah, Indonesia betul-betul bisa dihormati oleh bangsa-bangsa lain. Saya ingin Indonesia tidak lagi dicap sebagai "negara kere", baik kere ekonominya, peradabannya, maupun kualitas warganya.

Apa yang diharapkan dari Prabowo? Masa lalunya buram, kinerjanya buram, pengalamannya buram, track record-nya buram, prestasinya buram, perilakunya buram, wawasannya buram, komitmen nasionalismenya buram, semuanya serba buram, termasuk keluarganya. Yang tampak tidak buram cuma satu: yaitu kudanya. Apa yang bisa diharapkan dari kandidat buram?

Bagaimana mungkin Prabowo mau membawa Indonesia ke jalan yang terang-benderang di masa depan kalau ia sendiri buram-ram? Hanya orang-orang yang wawasan dan matanya buram saja yang melihatnya tidak buram.

Jabal Dhahran, Jazirah Arabia
https://www.kinsonpurba.com/2018/11/prof-sumanto-al-qurtubi-kenapa-saya_27.html

JADI LOE PRO JOKOWI ⁉️

Cara Inovatif PSI Perkenalkan Caleg ke Publik

Partai Solidaritas Indonesia (PSI) kembali berinovasi dalam memperkenalkan para calon anggota legislatif mereka. Inovasi terbaru adalah menggelar sesi tanya jawab dengan caleg secara live di fanpage Facebook PSI. Program ini mulai dilaksanakan pada Kamis 22 November 2018 dan diberi nama “Tanya Caleg PSI.”
Ketua Tim Kampanye PSI, Sumardy, mengatakan, program ini merupakan cara PSI dalam memanfaatkan teknologi digital dalam memperkenalkan para caleg.
“Selama ini partai politik menggunakan cara konvensional, tetapi PSI juga ingin memanfaatkan kemajuan teknologi dalam memperkenalkan caleg. Program ini membantu warga masyarakat di setiap dapil agar tidak membeli “kucing dalam karung” karena masyarakat bisa membedah langsung kompetensi dan kapabilitas caleg,” kata Sumardy yang juga salah seorang Ketua DPP PSI, dalam keterangan pers, Sabtu 24 November 2018
Pada program “Tanya Caleg PSI” ini, masyarakat dapat menanyakan langsung visi-misi caleg jika kelak terpilih menjadi anggota legislatif. “Boleh bertanya apa saja. Misalnya,  komisi berapa yang ingin ditempati, apa saja program yang diperjuangkan di daerah pemilihan, masa reses akan digunakan untuk apa, UU apakah yang akan diperjuangkan, dan seterusnya,” ujar Sumardy.
Pada episode pertama dan kedua, Kamis 22 November 2018 petang, PSI memperkenalkan dua caleg DPR-RI yakni, Dr. drg. Armelia Sari Widyarman, seorang dokter dan ahli mikrobiologi dan caleg DPR-RI dapil Jakarta I (Jakarta Timur); serta Yurgen Alifia Sutarno, caleg DPR-RI dapil Jawa Barat VI (Kota Bekasi dan Kota Depok) yang pernah menjadi jurnalis di beberapa stasiun TV berita nasional.
Saat live di Facebook berlangsung, terlihat antusiasme dari netizen yang berinteraksi dengan masing-masing caleg. Ada yang menanyakan visi dan misi, ada yang sekadar memberikan semangat kepada PSI dan caleg tersebut, ada pula yang menanyakan hal lain seperti berapa biaya yang dibutuhkan untuk kampanye.
Juga ada yang menyampaikan keluh kesah yang mereka rasakan atas kondisi daerahnya. Akun Bagus Prasetyo menyampaikan ke Yurgen Alifia: “Bekasi, trans patriot gagal operasi. Baru mau jalan lagi sekarang.”
Lebih lanjut, Sumardy menyatakan, program ini akan rutin digelar setiap pekan. “Saat ini kita adakan untuk caleg di tingkat DPR-RI dan ke depan program ini akan dilanjutkan ke caleg tingkat DPRD Provinsi, Kabupaten, dan Kota,” lanjut Sumardy.
Ia berharap program ini dapat menjadi sarana bagi publik untuk menggali informasi sedalam-dalamnya luasnya terhadap para caleg yang diusung PSI.

Source : https://psi.id/berita/2018/11/25/cara-inovatif-psi-perkenalkan-caleg-ke-publik/

Monday, November 26, 2018

DIBALIK KIKIR DAN PELITNYA PEMERINTAH SAUDI ARABIA TERHADAP PEMERINTAH INDONESIA




Oleh: KH. Bisri Musthafa

Sekalipun keislaman Prabowo diragukan, Pendukung Prabowo Ingin Indonesia Menjadi Negara Islam.

Arab Spring menargetkan Prabowo sebagai pembawa Bara api "Arab Spring" yang ternyata masih terus berkobar. dan sekarang mereka memindahkan kekuatannya dari Timur Tengah ke Asia dimana Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia menjadi sasarannya.

Pola-pola mereka sebenarnya bisa tampak jelas di sini. Mereka masuk melalui tempat ibadah dengan membangun logika berdasarkan kebanggaan beragama dan ideologi Khilafah, sekaligus peningkatan rasa kebencian terhadap pemerintah dan lunturnya rasa cinta terhadap bangsa dan tanah air sendiri. Sama halnya yang mereka lakukan di Suriah, Irak, Afghanistan, Libya dan banyak negara Timur Tengah lainnya.

Dan fokus mereka ada di Pilpres 2019 ini. Ini Pilpres menentukan bagi kelompok Islam Wahabi, radikal, fundamental untuk menentukan peta kekuatan mereka selanjutnya.

Mereka akan menguat di kubu kekuatan rezim orde baru dan oligarkinya yang telah puluhan tahun memayunginya.

Lembaga Survey Indonesia atau LSI, Kamis, 24 September, mengumumkan hasil surveinya yang cukup mengagetkan, bahwa pendukung Prabowo yang ingin Indonesia menjadi bercerai berai seperti Timur Tengah meningkat, dari Agustus 2018 yang sekitar 38,8 persen naik di bulan September 2018 menjadi 50 persen.

Kenaikan yang signifikan dalam waktu hanya satu bulan. Dan dari survey LSI juga terbaca bahwa pendukung Prabowo yang suka Indonesia khas Pancasila menurun drastis.

Ini menunjukkan bahwa kelompok Islam Wahabi, Islam radikal fundamentalis merapat ke Prabowo. Mereka-mereka inilah yang ingin Indonesia bisa menjadi seperti negara Islam di Timur Tengah. Dan mereka membutuhkan kekuatan politik yang kuat untuk mewujudkan cita-citanya.

Survei LSI ini seharusnya disikapi sebagai peringatan yang berbahaya, bahwa ada kekuatan luar yang ingin menjadikan negeri berbhineka ini sebagai negara Islam dengan model NKRI bersyariah dengan sistem Khilafah.

Dan Prabowo adalah representasi oligarki dan kekuatan rezim orde baru sebagai "kuda tunggangan" yang baik karena ia membutuhkan suara demi kemenangannya. Karakter Prabowo yang selalu "welcome" pada setiap ideologi yang datang, lembek dan tidak tegas dalam menunjukkan nasionalismenya adalah peluang dan kelebihan bagi kelompok Islam Wahabi, Islam radikal fundamental ini.

Mereka pasti akan all out untuk mendukung Prabowo, dengan segala cara, sekalipun tebar hoaks dan fitnah.

Hasil survei ini juga menjadi peringatan buat benteng penjaga NKRI, yang ingin tetap menjaga negeri ini berada di bawah ideologi Pancasila.

Jika Prabowo nanti memerintah, maka kelompok Islam Wahabi, radikal, fundamental, intolerant yang akan menguasai banyak wilayah di NKRI dan mulai memberangus orang-orang atau lembaga yang berseberangan dengan mereka.

Kelompok Islam fundamental ini terkenal dengan pemaksaan kehendaknya melalui kekuatan masa. Dan kekuatan masa ini bisa mempengaruhi penilaian aparat kepolisian dan pengadilan.

Sangat ironis bagi non muslim dan muslim moderat yang mendukung Prabowo sebagai Presiden di 2019. Apakah mereka tidak sadar bahwa dampaknya akan membuat mereka akan tertekan dalam mewujudkan kesejahteraan dan keadilan bersama sebagai anak bangsa?

Hasil survey LSI memperkuat fakta bahwa:

1. Negara Saudi Arabia adalah sekutu utama Amerika Serikat dan Barat di kawasan Timur Tengah.

2. Islam Wahabi adalah Islam produk konspirasi Yahudi, Inggris dan Barat yang telah dirancang sebagai mesin penghancur Islam dari dalam dan alat agresi perang asimetris yang dilakukan oleh konspirasi imperialis kapitalis AS dan Barat untuk merebut kekuasaan di setiap negara berpenduduk muslim di belahan dunia.

3. Islam yang mendapat legitimasi dan diberlakukan oleh pemerintah Saudi Arabia adalah Islam Wahabi.

4. Pelit dan kikirnya setengah mati pemerintah Saudi Arabia terhadap pemerintah Indonesia yang notabene sesama negara muslim, akhirnya terkuak semua bahwa seluruh program bantuan dan sumbangannya telah disalurkan secara sistematis, terstruktur rapi melalui program  "Wahabisasi" di Indonesia. Sebuah program investasi politik jangka panjang bersama sekutu utama Amerika Serikat melalui jaringan gerakan Islam Wahabi di Indonesia untuk menggeser dan menggusur Islam yang telah lebih dahulu ada di Indonesia yang mayoritas adalah umat Islam Nahdliyin (NU) sebagai sokoguru kekuatan tegak berdirinya NKRI.

Fungsi, peranan dan tujuan Islam Wahabi sama dengan misionaris Mr. Snock dari Belanda dan Mirza Qhulam Ahmad, Nabi palsu dari Lahore (Ahmadiyah) yaitu untuk memeecah belah Islam dan komponen kekuatan bangsa Indonesia.

Program Wahabisasi dalam bentuk kemasan "Islam modern" berupa pesantren-pesantren modern, sekolah Islam modern, pemberian beasiswa ke Timur Tengah, sarana dan prasarana bangunan sekolah modern, bangunan masjid dan mushalla di seluruh pelosok tanah air. Sebagai sarana pengkaderan, pendidikan dan politik dengan berbalut dakwah sunnah.

Label "modern" ternyata memberikan stigma dan implikasi yang tidak menguntungkan terhadap sistem pesantren dan pendidikan yang dikelola berada di lingkungan umat Nahdliyin (NU) sebagai pendidikan dan pesantren tradisional.

Kebaikan dari pemerintah dan umat Islam  Indonesia kepada pemerintah Saudi Arabia tiap hari, tiap bulan dan tiap tahun hingga hari kiamat, tanpa biaya promosi wisata sereal pun, berupa "wisata abadi" Umroh dan Haji dengan menyumbang devisa milyaran Rupiah, melalui dari carter pesawat, katering dan hotel milik jaringan Yahudi, hanya dibalas dengan ekspansi agama agresi untuk menghancurkan Indonesia.

5. Beredarnya berbagai fitnah, kegaduhan demi kegaduhan sejak pemerintahan presiden Jokowi menuju 2019 adalah tabiat dan perilaku politik konspirasi asing Amerika Serikat, CIA, kelompok Islam radikal Wahabi bersama kekuatan rezim orde baru dan oligarkinya ingin berkuasa kembali, dengan segala cara merebut kekuasaan dari tangan presiden Jokowi.

Saudi bersama Nabi, seratus delapan puluh derajat berbeda dengan Saudi saat bersama Wahabi, yang hidup dibawah ketiak konspirasi Amerika Serikat dan Yahudi.

Selamat #HariSantriNasional2018 Sampai Qiyamat Santri NUsantara Akan Terus Menjaga  NKRI Dari Rongrongan Penganut Paham Ngawur Seperti HTI, ISIS & WAHABI.

Monday, November 12, 2018

Puisi Gus Mus : Ketika Agama Kehilangan Tuhan



Ketika Agama Kehilangan Tuhan. Oleh Ribut Kennedy, seniman.

Dulu agama menghancurkan berhala. Kini agama jadi berhala. Tak kenal Tuhannya yang penting agamanya. Dulu orang berhenti membunuh karena agama. Sekarang orang saling membunuh karena agama. Dulu orang saling mengasihi karena beragama. Kini orang saling membenci karena beragama

Agama tak pernah berubah ajarannya dari dulu. Tuhannya pun tak pernah berubah dari dulu. Lalu yang berubah apanya? Manusia nya?

Dulu orang belajar agama sebagai modal untuk mempelajari ilmu lainnya. Sekarang orang malas belajar ilmu lainnya maunya belajar agama saja.

Dulu pemimpin agama dipilih berdasarkan kepintarannya. Yang paling cerdas di antara orang-orang lainnya. Sekarang orang yang paling dungu yang tidak bisa bersaing dengan orang-orang lainnya. Dikirim untuk belajar jadi pemimpin agama.

Dulu para siswa diajarkan untuk harus belajar giat dan berdoa untuk bisa menempuh ujian. Sekarang siswa malas belajar tapi sesaat sebelum ujian berdoa paling kencang karena diajarkan pemimpin agamanya. Untuk berdoa supaya lulus.

Ketika agama kehilangan Tuhan. Dulu agama mempererat hubungan manusia dengan Tuhan. Sekarang manusia jauh dari Tuhan karena terlalu sibuk dengan urusan-urusan agama. Dulu agama ditempuh untuk mencari wajah Tuhan. Sekarang agama ditempuh untuk cari muka di hadapan Tuhan.
Esensi beragama telah dilupakan. Agama kini hanya komoditi yang menguntungkan pelaku bisnis berbasis agama. Karena semua yang berbau agama telah didewa-dewakan. Tak kan pernah dianggap salah, tak pernah ditolak dan jadi keperluan pokok melebihi sandang, pangan, papan. Agama jadi hobi, tren dan bahkan pelarian karena tak tahu lagi mesti mengerjakan apa

Ketika agama kehilangan Tuhan. Agama kini diperTuhan kan. sedang Tuhan itu sendiri dikesampingkan Agama dulu memuja Tuhan. Agama kini menghujat Tuhan.

Nama Tuhan dijual, diperdagangkan, dijaminkan, dijadikan murahan. Oleh orang-orang yg merusak, membunuh, sambil meneriakkan nama Tuhan.

Tuhan mana yang mengajarkan tuk membunuh? Tuhan mana yang mengajarkan tuk membenci? Tapi manusia membunuh, membenci, mengintimidasi, merusak sambil dengan bangga meneriakkan nama Tuhan. Berpikir bahwa Tuhan sedang disenangkan ketika dia menumpahkan darah manusia lainnya.

Ketika agama kehilangan Tuhan. Agama dijadikan senjata tuk menghabisi manusia lainnya. Dan tanpa disadari manusia sedang merusak reputasi Tuhan dan sedang mengubur Tuhan dalam-dalam dibalik gundukan ayat-ayat dan aturan agama.

https://islam-institute.com/puisi-gus-mus-ketika-agama-kehilangan-tuhan/

Sunday, November 11, 2018

Ahok Pahlawan Zaman Now



Ahok Pahlawan Zaman Now

Oleh: Birgaldo Sinaga.

"Pak Ahok.. Bapak masih ingat saya. Saya Fahita", ujar perempuan berkulit putih itu di depan Balai Kota. Ia bersama ibunya sejak pagi menunggu Gubernur Ahok.  Ada puluhan orang antri pagi itu.

"Ingatlah... Ada apa.. Ayo kita ke dalam saja", sambut Ahok ramah.

Ajudan Ahok mengajak kedua ibu anak itu ke dalam ruang Ahok. Ahok masih melayani warga yang mengadu masalahnya.

"Bagaimana kabarnya", tanya Ahok sembari mempersilakan ibu anak itu menceritakan masalah hidup mereka.

"Pak Ahok kami punya masalah pelik.  Sudah 10 tahun tapi selalu kami dipermainkan Pak", ujar Fahita.

Keluarga Fahita punya kasus tanah.  Kasus itu masuk pengadilan. Dari pengadilan tingkat pertama sampai pengadilan tertinggi Mahkamah Agung, mereka menang. Kasusnya sudah berkekuatan hukum tetap. Inkracht.

Meskipun sudah berkekuatan hukum tetap, tetapi keluarga Fahita tidak bisa mengeksekusi tanah milik mereka. Ada saja penyangkalan dari aparatur.

Bolak-balik dipingpong sana sini.  Bahkan oleh jaksa kasusnya akan dibongkar kembali.

Ibu Fahita putus asa. Sudah cape memohon ke banyak pihak. Tapi mafia peradilan memang tembok raksasa yang sulit ditembus orang biasa seperti mereka.

"Ma.. Kita coba lapor Pak Ahok ya Ma.  Siapa tahu bisa dibantu", bujuk Fahita pada mamanya yang nampak lesu.

Fahita pertama kali bertemu Ahok pada suatu acara. Fahita bekerja di Asean Secretary. Saat itu hadir banyak tamu penting. Pejabat tinggi selevel menteri. Ahok sebagai Gubernur Jakarta juga hadir di acara itu. Ahok menjadi bintang undangan. Terutama para ibu-ibu.

Usai acara, puluhan ibu-ibu serempak mendekati Ahok. Minta foto selfie.  Ahok dengan sabar ramah melayani permintaan para ibu itu.

"Coba liat sudah bagus fotonya. Kalo belum coba lagi", ujar Ahok.

Ibu-ibu itu senang sekali. Semuanya dapat berfoto selfie dengan idola mereka. Sementara beberapa menteri yang hadir dicuekin para ibu ini.  Jadilah Ahok bintang di atas bintang di acara itu.

Saya mendengar penuturan Fahita kemarin malam dalam acara diskusi di Rumah Pelayan Rakyat Jaksel.  Kebetulan saya dan Fahita diundang sebagai narasumber. Temanya Ahok Sang Pahlawan Inspirasi.

Fahita seorang Harvist, pemain Harva.  Ia juga penulis. Pembicara. Ia lulusan sarjana luar negeri.

"Ini gak bener kalian ini. Saya gak mau tahu ya. Jika ini tidak selesai besok saya yang akan melawan. Ini mafia bener ini. Sudah inkracth apalagi yang kurang. Cepat besok harus selesai masalah Ibu ini", tegas Ahok di depan anak buahnya.

Fahita terdiam beberapa detik. Ia terlihat terharu saat menceritakan momen Ahok membela mereka.

Membela Ibunya yang sudah hampir putus asa. 10 tahun muter-muter soal kasus hukum. Tapi sama Ahok selesai dalam tempo 10 menit.

"Saya terharu sekali. Ibu saya apalagi.  Senang sekali rasanya. Lega. Plong", ucap Fahita disambut tepuk tangan audiens yang hadir di ruangan itu.

"Ahok adalah pahlawan sesungguhnya. Ia membela orang susah tanpa berharap pamrih. Tanpa peduli yang dilawannya adalah orang berpangkat juga", lanjut Fahita.

"Saya tidak habis pikir mengapa orang sebaik Ahok malah ditolak dan dipenjarakan. Tapi saya yakin cahaya Ahok tidak akan padam. Karena Ahok orang baik. Kita meneladani Ahok.

Untuk itu teruslah kita menjadi orang baik dan berbuat baik. Sekalipun kita ditolak dan dihujat. Ahok adalah inspirasi buat saya. Itulah mengapa saya mau bicara politik sekarang ini.

Ahok adalah pahlawan zaman now", tutup Fahita dengan ekspresi semua kami  terpukau akan kesaksian hidupnya.

Terimakasih adalah kata yang tak cukup untukmu Pak Ahok. Tapi bukan kata itu yang ingin engkau harapkan.  Kami tahu yang engkau inginkan adalah agar orang lemah bisa menjadi kuat,  orang melarat menjadi berkecukupan.

Kami akan meneruskan harapanmu seperti ayahmu mengharapkan engkau menolong orang miskin dan susah. Tidak mudah punya karakter sekeras baja sepertimu. Tapi agar negeri ini berubah memang sejatinya harus seperti engkau pejabat negara.

Berpihak pada rakyat dan tidak mau mencuri uang rakyat. Meskipun banyak musuh dan lawan siap menumbangkan.

Terimakasih atas teladan emas itu.

Selamat Hari Pahlawan Pak Ahok... Engkaulah Pahlawan kami sesungguhnya...

Salam perjuangan penuh cinta

Birgaldo Sinaga

Wednesday, November 7, 2018

KINSON PURBA No.5 Caleg DPRD Provinsi Banten 2019-2024



KINSON PURBA No.5   Caleg DPRD 
Provinsi Banten 2019-2024  Dapil IV 
Kab.TANGERANG B

Tuesday, November 6, 2018

Ahok Kelola Jakarta Dengan Ajaran Islam, Tapi Adakah Aksi Bela Islam Yang Mendukungnya...



SEBARKAN SEBARKAN
Kata ''Nasaruddin Umar '' Ahok Kelola Jakarta Dengan Ajaran Islam, Tapi Adakah Aksi Bela Islam Yang Mendukungnya...?
BERITA INDONESIA
http://www.wartakota.top/2016/12/hebat-imam-besar-masjid-istiqlal.html

Islam melarang pelacuran. Hukumnya sangat pasti dan tegas. Ketika Ahok menutup komplek pelacuran terbesar di Kalijodo, adakah aksi atas nama Islam untuk mendukungnya?

Islam melarang Narkoba. Ketika Ahok menutup diskotik Stadium dan Milles yang menjadi sarang peredaran narkoba, adakah aksi atas nama Islam yang mendukungnya?

Islam melarang korupsi. Ketika Ahok bergelut kekeuh tidak mau toleran dengan bancakan proyek-proyek APBD yang biasanya dilakukan oknum-oknum serakah, adakah aksi bela Islam yang mendukungnya?

Islam mewajibkan orang melaksanakan amanah. Ketika Ahok secara ketat memerintahkan semua pegawai Pemda DKI untuk bekerja melayani rakyat, sebab gaji mereka selama ini dibayar oleh duit rakyat, adakah aksi atas nama Islam yang mendukungnya?

Islam memerintahkan membangun rumah ibadah. Ketika Ahok membangun mesjid di Balaikota dan Mesjid Raya Jakarta di Daan Mogot, adakah aksi bela Islam yang mendukungnya?

Islam mengajarkan kebersihan. Ketika Ahok mengeruk kali-kali dan membersihkan sampah agar Jakarta terhindar dari banjir, adakah aksi bela Islam yang mendukungnya?

Islam mengajarkan seorang yang diamanahkan memegang jabatan untuk memperhatikan semua warganya. Ketika Ahok setiap pagi meluangkan waktu menyelesaikan masalah semua orang yang datang ke Balai Kota, dengan menggunakan dana operasional Gubernur, adakah aksi bela Islam yang mendukungnya?

Islam mengajarkan berhati-hati saat mencari rezeki. Gubernur DKI mendapat dana operasional Rp 60 milyar setahun. Dana itu bisa diambil untuk diri sendiri. Tapi Ahok menggunakannya untuk membantu banyak orang, dan ketika masih tersisa diakhir tahun, dana itu dikembalikan ke kas negara. Padahal jika dia membawa pulang, itu bukan pelanggaran hukum. Itu sudah menjadi hak pemangku jabatan Gubernur. Adakah aksi bela Islam yang mendukungnya?

Islam mengajarkan pentingnya pendidikan. Ketika Ahok kondisiten membagikan KJP dan angka putus sekolah di DKI nyaris 0%, adakah aksi bela Islam yang mendukungnya?

Islam mementingkan kesejahteraan. Ketika kini angka pengangguran di DKI menurun drastis (salah satunya karena program pasukan Biru, Oranye, Ungu) adakah aksi bela Islam yang mendukungnya?

Islam mementingkan pengembangan psikologi anak-anak. Salah satunya dengan ruang bermain yang sehat. Ketika Ahok membangun ratusan ruang bermain hijau untuk anak-anak Jakarta, adakah aksi bela Islam yang mendukungnya?

Islam mengajarkan memuliakan wanita dan memperhatikan anak-anak. Ketika Ahok dalam banyak fasilitas publik (bus, ruang laktasi, RTPA) memperhatikan kaum wanita, adakah aksi bela Islam yang mendukungnya?

Islam mengajarkan bicara yang baik. Ketika Ahok terpeleset omongan di P. Seribu, dan sudah meminta maaf, banyak orang tergerak untuk membela agamanya. Publik juga tahu omongan itu viral salah satunya karena teks yang diedit. Polisi juga sudah mengusut kasusnya, tapi pembela-pembala agama itu tidak cukup puas. Mereka ingin Ahok dipenjara.

Dipenjara karena tindakan jahatnya? Atau karena korupsi? Atau karena mengabaikan amanah? Bukan Juga Karena Penistaan Agama ..!!

Ahok harus dipenjara karena kelompok orang2 yang menyatakan pandai beragama namun Ahklaknya amat sangat Terlalu Munafik...

Tuhan tidak diam dan masih terus berkarya, semua ini ada di dalam rencana kebaikan dan jalan-Nya .

Monday, November 5, 2018

MENILAI BAIK BURUK KEADAAN DARI PERBANDINGAN SEJARAH



MENILAI BAIK BURUK KEADAAN DARI PERBANDINGAN SEJARAH
(Oleh Adian Napitupulu)

Tulisan ini tidak bermaksud menggurui apa lagi menghakimi. Anggaplah tulisan Ini sekedar berbagi cerita sejarah sebagai perbandingan. Selanjutnya biarlah kejernihan nalar dan pengetahuan masing masing kita menilai baik buruk keadaan hari ini dengan perbandingan sejarah untuk menjadi pandu patut tidaknya pilihan pilihan tindakan.

Sejarah mengajarkan bahwa setiap generasi memiliki masalahnya sendiri dan setiap generasi akan membuat prestasi sejarahnya sendiri tanpa terobsesi pada pilihan tindakan heroisme kesejarahan generasi sebelumnya.
------

Aktivis 1998 menuntut turun Jendral yang berkuasa 32 tahun.

Aktivis 2018 menuntut turun tukang kayu yang baru berkuasa 4 tahun
-------

Aktivis 1998 meminta Soeharto turun karena dalam satu tahun Dollar naik 572 %

Aktivis 2018 meminta Jokowi turun sementara dalam satu tahun Dollar hanya naik 16 %
-------

Aktivis 1998 menuntut Soeharto turun karena UMR Jakarta satu bulan hanya senilai 69 kg beras.

Aktivis 2018 menuntut Jokowi turun padahal dengan UMR Jakarta satu bulan saat ini mampu membeli 364 kg beras
-----

Aktivis 1998 menuntut Soeharto turun UMR Jakarta satu bulan hanya senilai 160 liter Premium.

Aktivis 2018 menuntut Jokowi turun padahal hari ini UMR Jakarta satu bulan senilai 556 liter Premium.
-------

Aktivis 1998 menuntut Soeharto turun karena 6 kali menjadi calon tunggal dalam 6 kali pemilu 6 kali ditetapkan MPR.

Aktivis 2018 menuntut Jokowi turun sementara Jokowi bukan calon tunggal dan di pilih langsung oleh Rakyat.
------

Aktivis 1998 menuntut Soeharto turun tanpa dukungan elit politik.

Aktivis 2018 di salah satu Perguruan Tinggi menuntut Jokowi turun 1 minggu setelah di datangi Cawapres Oposisi.
-------

Aktivis 1998 menuntut Soeharto turun 58 bulan sebelum Pemilu.

Aktivis 2018 menuntut Jokowi turun 7 bulan sebelum Pemilu.
--------

Aktivis 1998 menuntut Soeharto turun karena anak anak nya membangun kerajaan bisnis dengan 340 - an jaringan perusahaan.

Aktivis 2018 menuntut Jokowi turun sementara anak anak Jokowi hanya jual Martabak dan Goreng Pisang.
--------

Aktivis 1998 menuntut Soeharto turun karena memiliki harta 30 Milyar Dollar (New York Times) atau setara dengan Rp 443 Trilyun.

Aktivis 2018 menuntut Jokowi turun sementara harta Jokowi Rp 50 Milyar.
-------

Aktivis 1998 menuntut Soeharto turun karena menjual hak atas kekayaan alam pada perusahaan asing Freeport, Rio Tinto, Caltex, Inco, Newmont, Exxon dll

Aktivis 2018 menuntut Jokowi turun sementara Jokowi mengambil alih Freeport, Blok Mahakam dan Blok Rokan dari negara asing.
------

Aktivis 1998 menuntut Soeharto turun karena menculik dan atau membunuh puluhan aktivis Mahasiswa, Buruh dan Wartawan.

Aktivis 2018 menuntut Jokowi turun sementara Jokowi memberi beasiswa pada 248.000 Mahasiswa tidak mampu.
-----

Aktivis 1998 menuntut Soeharto turun karena menggusur ratusan ribu rumah Rakyat.

Aktivis 2018 menuntut Jokowi turun sementara Jokowi sudah membangun 900.000 rumah untuk Rakyat.
------

Aktivis 1998 menuntut Soeharto turun karena merampas tanah-tanah Rakyat.

Aktivis 2018 menuntut Jokowi turun sementara Jokowi melindungi tanah Rakyat dengan 7 juta sertifikat.
-----

*Aktivis 1998 menuntut Soeharto turun karena ketimpangan ekonomi dengan menjadikan Etnis tertentu membangun gurita bisnis bernuansa KKN antara lain 😗

1. Liem Bian Koen
2. Liem Sioe Liong
3. Liem Hong Sien
4. Oei Ek Tjhong
5. Oei Hwie Tjhong
6. Cai Daoping
7. Tjoa To Hing
8. Oei Hwie Siang
9. Lie Moe Tie
10. Poo Tjie Gwan
11. Tjie Tjien Hoan
12. Li Bai La
13. Tjia Han Poen
14. Liem Yu Chan.
15. Oei Suat Hong

Aktivis 2018 menuntut Jokowi turun sementara Jokowi tidak membangun konglomerasi bisnis berdasarkan etnis, kelompok atau keluarga.

------

Masih banyak perbandingan yang tak tertuliskan tapi sedikit peristiwa pembanding diatas mungkin cukup menjadi masukan bagi kita.

Akhir kata bila aktivis 1998 menurunkan Soeharto semoga aktivis 2018 tidak dimanfaatkan politisi untuk menjadi alat Menantu Soeharto yang juga ayah kandung dari cucu Soeharto kembali berkuasa..... semoga.

Salam Hormat.
Adian Napitupulu
Jakarta 13 September 2018

Saya memang penentang pencalonan anda sebagai Presiden RI



SURAT TERBUKA

KEPADA SAUDARA PRABOWO SUBIANTO

Saudara Prabowo,
Nama saya Hemasari Dharmabumi. Saya di tahun 90an adalah seorang aktivis yang pernah anda anggap sebagai orang yg terlibat dalam berbagai urusan, dari mulai Timor Leste sampai Marsinah.

Saya memang penentang pencalonan anda sebagai Presiden RI karena ratusan alasan, termasuk karena anda bertanggung jawab terhadap hilangnya sahabat2 kami, berbagai kerusuhan menjelang 1998, dan berbagai pelanggaran HAM dan kekerasan yang terjadi di Papua dan Timor Leste. Tapi, bukan karena itu saya membuat surat ini. Surat ini adalah sebuah surat antara anda yg mengaku warga negara Indonesia, dengan saya yang juga orang Indonesia.

Saudara Prabowo,
Lelucon anda yang menyebutkan "tampang Boyolali" untuk menunjukkan keudikan dan tidak diterimanya kalangan orang tertentu di sebuah pergaulan dan kemewahan tidaklah lucu. Tetapi sangat kampungan dan sangat rasis.

Cara anda merendahkan sebuah etnik berpopulasi terbesar di Indonesia, tidak pernah akan berhasil mengangkat derajat anda ke tempat yang begitu mulia, melainkan hanya menaruh anda pada posisi pesakitan yang mengibakan. Tidak akan mampu membuat anda mencuci tangan berlumuran darah, namun hanya akan membuka tabir sesungguhnya dari kondisi kejiwaan anda yg sakit.

Anda tidak akan pernah dapat membangun negeri ini dengan menempatkan diri anda sebagai Brahmana diantara kaum Sudra. Anda memang tdk bisa memimpin apa2. Tapi saya menuntut agar anda menghentikan penghinaan2 kepada orang lain, karena apa yg anda miliki sekarang juga bukan didapat dari kemuliaan.

Seperti juga yang saya pikirkan setiap hari akhir2 ini, saya mengajak anda untuk merenung. Semua manusia pasti mati. Dan tdk suatu apapun yang berguna di hari kematian mereka, selain amal kebaikannya. Berbuatlah baik, berhentilah menista.

Jakarta, 2 Nopember 2018.

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10156497701897931&id=624437930

MENGAPA PRABOWO MENGHINA ORANG BOYOLALI ?

Oleh :
Rudi S. Kami

Menghina tampang orang rupanya sudah menjadi 'habit' atau kebiasaan buruk seorang Prabowo Subianto. Agustus 2017 yang lalu, dia menghina sekelompok wartawan yang dikatakan bertampang lusuh, orang susah dan bergaji kecil. Sempat beberapa organisasi wartawan protes, tapi rupanya Prabowo tidak kapok-kapok juga.

Setelah ngamuk di depan ibu-ibu di Ponorogo karena dianggap ribut saat dia berpidato beberapa waktu lalu, kali ini Prabowo membuat ulah lagi dengan menghina masyarakat Boyolali yang dikatakan bertampang kampungan yang dianggap tidak layak masuk hotel bintang lima di Jakarta. Mungkin dia merasa sedang melucu di depan pendukungnya. Namun selain lawakannya 'garing', Prabowo tidak sadar sudah masuk pada ranah penghinaan masyarakat secara komunal yang serius. Ini kebodohan kesekian kali yang ditunjukkan Prabowo di depan publik.

Latar belakang keluarga "menak" yang tidak pernah susah sedari kecil, membuat Prabowo terbentuk menjadi orang yang tidak punya kepekaan sosial yang memadai. Semua orang tahu keluarga besar Prabowo adalah keluarga kaya raya kemudian dia juga sempat jadi menantu Presiden Soeharto, mungkin hal ini membentuk Prabowo menjadi orang yang arogan, bossy dan semena-mena serta tidak memiliki empati sosial yang sepantasnya.

Tapi mungkin juga ini bentuk kemarahan dan kekecewaan Prabowo kepada masyarakat Boyolali. Karena pada Pilpres 2014 dia keok terjungkal alias kalah jauh dibanding perolehan suara Jokowi. Saat itu di Kabupaten Boyolali Prabowo hanya dapat suara 24,69%. Wilayah Jawa Tengah memang wilayah neraka buat Prabowo pada Pilpres 2014. Dia kalah telak di 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah. Dia terpuruk hanya mendapatkan total 33,35%.

Namun kalau karena alasan kekalahan menyesakkan saat Pilpres 2014, lalu dia merasa berhak menghina masyarakat Boyolali, hal ini adalah strategi kampanye yang luar biasa bodoh dan memalukan. Seharusnya dia justru mengambil hati masyarakat Boyolali dengan kalimat manis dan dengan kerendahan hati, agar di Pilpres 2019 dia mendapatkan simpati dari masyarakat Boyolali.

Dengan adanya skandal "tampang Boyolali" ini, kalau ada orang Boyolali atau orang yang berasal atau punya nenek moyang dari Boyolali, masih ada yang mau memilih Prabowo pada Pilpres 2019, berarti orang tersebut tidak punya kehormatan dan harga diri. Masak sudah dihina dina separah itu gak tersinggung to Mas/Mbak ? Saya saja yang bukan orang Boyolali merasa tersinggung dan marah kok, apalagi orang Boyolali. Hanya orang yang tidak waras yang tidak tersinggung dengan ulah norak hinaan dari Prabowo. Tapi saya haqul yaqin masyarakat Boyolali semua waras.

Menyikapi berbagai blunder yang dilakukan oleh Prabowo dan juga wakilnya Lelaki Tulang Lunak Sandiaga Uno pada masa kampanye, hal ini membuktikan Timses Prabowo-Sandiaga tidak punya strategi kampanye yang memadai. Sangat terlihat Tim Komunikasi Publik mereka sangat kedodoran dan tidak mampu mengendalikan kelakuan dan ucapan Prabowo dan Sandi di lapangan. Mungkin juga Tim Komunikasi Publik mereka tidak kuasa atau takut memberi masukan untuk meng-upgrade penampilan Prabowo. Karena sudah menjadi rahasia umum bahwa  karakter asli seorang Prabowo sejatinya sangat arogan dan otoriter.

Apapun alasannya, Prabowo sudah menunjukkan ke masyarakat Indonesia, bagaimana sebenarnya karakter aslinya. Dengan mata telanjang kita bisa melihat bagaimana dia dengan lancar dan fasih menghina orang sambil terkekeh-kekeh. Ini dilakukan dilakukan pada masa kampanye, bagaimana kalau benar nanti jadi pejabat ? Pasti karakter arogansinya semakin merajalela tidak terkendali.

Apakah anda mau mempunyai Presiden seperti itu ? Kalau saya sih ogah !!!

Bagi masyarakat Boyolali yang tercinta,
Saya dan dua ratus juta lebih masyarakat Indonesia bersama anda semua. Kami dapat merasakan rasa sakit dan luka yang teramat pedih atas hinaan Prabowo. Namun mohon dimaklumi kelakuan orang satu ini ya. Dia hanya manusia biasa yang mungkin mendapatkan pola pengasuhan yang salah. Dia hanya manusia biasa yang punya ambisi di luar kemampuan dan kapasitas dirinya. Makanya dia sering gagal. Jadi mohon dimaklumi saja.

Sahabat Boyolali terkasih,
Gusti Allah mboten sare, penghinaan yang kalian terima dari Prabowo insyaallah akan digantikan dengan berkah yang melimpah dari Allah SWT kepada masyarakat Boyolali. Apalagi kalau nanti Presidennya Pak Jokowi lagi.....duuuh makmur sejahtera deh masyarakat Boyolali. Apalagi juga Ibunda Pak Jokowi juga berasal dari Boyolali lho. Jadi sabar nggih mas/mbak.
Sing waras ngalah saja 🙏🙏

Salam Satu Indonesia
03112018




MALAM HARI PRESIDEN KEPASAR BOGOR Utk Buktikan Apa BENAR Kata SANDI HARGA2 NAIK.



MALAM HARI PRESIDEN KEPASAR BOGOR Utk Buktikan Apa BENAR Kata SANDI HARGA2 NAIK.

Seperti yg dirilis beritanya oleh detik berikut ini. Presiden Joko Widodo (Jokowi) Blusukan ke pasar Suryakancana, Bogor, Jawa Barat. Tak hanya menanyakan harga bahan pokok, Jokowi juga membeli sayuran hingga buah-buahan. Jokowi tiba di lokasi pada Selasa (30/10/2018) sekitar pukul 22.00 WIB. Dia didampingi Wali Kota Bogor Bima Arya. Pertama Jokowi mendatangi Pedagang yg menjual Sayuran.

"Tadi beli kenikir. Seikat Rp 2 ribu. Tadi (Jokowi) beli 5 ikat dikasih Rp 50 ribu," Maman. Jokowi kemudian berkeliling. Dia membeli cabai rawit, tomat hingga sayur bayam. Jokowi berinteraksi dgn para pedagang tentang Harga Bahan Pokok. Saat tiba di pedagang Tempe, Jokowi menanyakan harga tempe saat ini. Dia juga memborong sekitar 6 buah tempe berukuran Besar.

"Tadi nanya, harga tempe, kedelai, naik atau enggak. Stabil sekarang. Yang ukuran kecil Rp 4 ribu, yg besar Rp 10 ribu," ujar penjual tempe yg dibeli Jokowi, Munarto. Usai blusukan, Jokowi mengatakan alasannya mendatangi pasar utk melihat langsung apakah betul ada kenaikan Harga Bahan Pokok seperti yg diisukan belakangan ini. Dia Mencatat sendiri harga sayuran hingga buah-buahan di pasar.

"Saya hanya ingin pertama karena kalau kita melihat angka-Angka Inflasi itu kan dibawah 3,5 artinya harga itu Stabil dan tadi saya apa, beberapa saya lihat memang beberapa ada Penurunan. Misalnya sayuran ya, tadi sawi hijau biasanya Rp 8 ribu ke Rp7 ribu. Kemudian buncis biasanya Rp16 ribu ini tadi Rp12 ribu. Tapi ada yg naik alpukat. Dari Rp 20 ribu menjadi Rp 25 ribu ini kan tergantung Suplainya. Kalau suplai Sedikit otomatis harganya Naik sedikit," kata Jokowi.

Tentu saja Aksi Sidak presiden Jokowi ini diluar dugaan lawan2 politiknya yg mungkin sedang ngopi malam-malam di posko mereka. Tentu saja tak terbayangkan oleh mereka sebelumnya, seorang presiden orang nomor 1 di republik ini pk 22.00 WIB Blusukan ke pasar dan memastikan harga Pasar Stabil.

Saya jadi membayangkan Prabowo Cs bisa jadi ketika sedang bersantai hendak berangkat istirahat malam jadi melek lagi. Atau Sandiaga yg sedang ngopi bersama tim kemenangannya tersedak gelas karena kaget. Sebab penyamarannya selama ini dengan mengatakan harga2 selalu Naik pasti Terbongkar di tangan presiden. Semakin Luluh Lantak saja rasanya. Rasanya semua Celah telah Diantisipasi dgn cara yg Cerdas oleh presiden Jokowi.

Tidak diberi ruang sedikitpun para politikus sontoloyo ini berkembang dgn segala Imajinasinya yg Ngawur. Hanya membuat Gaduh Masyarakat bawah saja. Padahal pedagang sendiri sudah sering Menyanggah penyataan Sandiaga Uno saat keluar masuk pasar. Bahkan dari Asosiasi pedagang sekalipun. Tapi Sandiaga Uno seperti Tutup Mata tutup Telinga. Keluar segala pernyataannya yg acap mengada-ada.

Tentu saja apa yang dikatakan menjadi polemik di tengah masyarakat. Bagi mereka yg Tak Terbiasa ke Pasar & hanya Membaca berita akan memakan Mentah2 penyataan Sandi. Dan kemudian mengambil kesimpulan Tanpa Cek Data yg Valid. Kemudian jika sudah begini akan timbul Kebencian kepda Pemerintah. Dan inilah yg memang sedang berusaha Oposisi Mainkan.

Maka dengan sidak malam hari ke pasar Bogor, presiden Jokowi setidaknya akan Menjawab Polemik selama ini. karena presiden sudah Membuktikan sendiri utk yg kesekian kali. Dan itu artinya Membungkam Sandiaga secara Telak atas Pernyataan2 Ngawurnya di banyak Media soal Harga2 Pasar selama ini.

REKAM JEJAK PRESIDAN REPOLBLIK INDONESIA JOKO WIDODO



REKAM JEJAK
 👣👣👣

Erick Thohir :
Saya bergabung dengan Timses Dia bukan karena rencana-rencananya, tapi lebih karena track recordnya. Ya..rencana pasti diperlukan, tapi rekam jejak jangan diabaikan. Rencana boleh dibuat oleh siapa saja, tapi rekam jejak adalah hal yang pernah dibuatnya dan melekat sebagai catatan yang tidak boleh diabaikan, karena rekam jejak adalah prestasi yang sesunguhnya.

Tulisan ini meremind bagaimana Dia ada untuk Indonesia dan sekarang terasa begitu nyata, bagaimana kerjanya, dan apa hasilnya. Rekam jejaknya sebagai anak bantaran kali, hidup dalam kemiskinan dan serba kekurangan membuatnya menjalani hidup penuh perhitungan. Dia ditempa oleh kesulitan, dibina oleh pengalaman, disatukan oleh tujuan dan dia dilindungi oleh rahmat Tuhan.

Kerja kerasnya, karirnya, prestasinya sebagai walikota, gubernur, dan presiden yang sedang dijalaninya dengan progress kerja yang luar biasa, sampai banyak orang mengatakan tidak ada presiden seperti dia sebelumnya, saya tidak membenarkan 100% kalimat itu, tapi sebagai presiden yang mengemban amanah rakyat, Dia adalah sosok yang mengerti tentang tanggung jawab, bukan asal jawab dan gagap menikmati jabatan hanya sekedar bersandar, lalu tanpa sadar negaranya bubar karena kebanyakan gaya rekaman segala, lupa kalau presiden dipilih untuk melayani, bukan menikmati, menggemukkan diri. Dia bukan setipe makhluk ini, Dia punya nyali, harga diri, dan jiwa mengabdi yang tinggi.

Kontestasi 2019 pasti luar biasa, suara dimana-mana, serangan diluar nalar manusia, kita dipaksa mengatakan keburukan atas sebuah kebaikan, dan sebaliknya kezholiman mereka paksakan menjadi kebaikan. Semua unsur itu menjadi catatan, dan kita tau rekam jejak para pelaku yang nyaris tanpa bisa menunjukkan kinerjanya yang sekarang, atau bekasnya yang pernah dia kerjakan.

Serunya kontestasi sekali ini adalah karena Dia head to head kembali dengan Pesaingnya sang capres abadi, 4 kali ikut kontentasi adalah record satu-satunya yang pernah ada didunia, sama seperti Candi buaya mulutnya saja yang menganga tanpa lidah perasa. Bualannya kemana-mana, semua gak nyambung, hanya saja dada dipaksa membusung agar dilihat cantiknya saja, tapi gak bisa apa-apa.

Meme dan joke yang disampaikan netizen kadang ada benarnya. Head to head  Dia vs Pesaingnya dilihat dari rekam jejaknya satupun tidak ada alasan kita memilihnya.   

1. Dia dibesarkan dgn tempaan ........
Pesaingnya dibesarkan dgn kekayaan.
2. Dia hidup dlm kesulitan....         Pesaingnya Hidup berkecukupan.
3. Dia tnggal di bantaran kali ....
 Pesaingnya 60% tinggal diluar negeri.....
4. Dia lahir di Indonesia.                    Pesaingnya kita tdk tau dia lahir dimana...
5. Dia pernah jd walikota 2 priode... .
Pesaingnya pernah jadi tentara.
6. Dia  pernah jadi gubernur....                    Pesaingnya dipecat dari tentara.
7. Dia jelas agamanya                        Pesaingnya Cuma sekedar ada.
8. Dia Jelas keluarganya...                    Pesaingnya tak usah ditanya.
9. Dia skg Presiden.            Pesaingnya Tukang nakut-nakuti.
10. Dia Membesarkan Indonesia...   
 Pesaingnya akan Membubarkan Indonesia.

Rekam jejak itu jelas fakta, dan kita berpegang apa adanya bukan dipaksa percaya yang belum ada. Tidak ada alasan orang waras memilihnya, karena dia tak pantas untuk Indonesia, biarlah Pesaingnya dipuja-puja kaumnya dan hatinya dibutakan oleh pujian dari orang-orang yang berkerumun disekelilingnya untuk sekedar cari makan.
Tugas kita adalah menjaga Indonesia dari incaran para gali politik yang akan mencabik, kita tidak boleh hanya sekedar mengembik, kita harus berani MENGHARDIK agar kaum pemakai cadar ini tak sempat bersandar. Rona wajah yang ditutupinya terekam dalam jejaknya, walau kelihatan matanya tapi sulit kita percaya, apa benar dia bisa membuat besar Indonesia, atau malah akan membakarnya, karena sejatinya dia akan merampoknya.

KITA HARUS TERUS WASPADA AGAR PARA PERAMPOK TIDAK MEMBAKAR RUMAH KITA UTK MENGAMBIL ISINYA. MARI KITA JAGA INDONESIA DENGAN SEGALA DAYA UPAYA.

 Dia SAJALAH JANGAN PERNAH BERUBAH

Bismillah semoga Allah tetap menjaga Republik Indonesia yg kita cintai dg sepenuh hati. Aamiin

https://mediacyberarj.wordpress.com/rekam-jejak-oleh-ketua-tkn-jokowi-maruf-amin/

Apakah Anda Tidak Melihat Tanda Tanda Jaman



Sahabatku Se Indonesia

Jokowi Sang Pemimpin

Enam Jaman Sudah Kita Lewati..
Enam Presiden Sudah Berlalu..
Kita Hidup Di Hari Ini...
Pada Jaman Ketujuh..

Pada Masa Pemerintahan Presiden Ketujuh
Yaitu Presiden Joko Widodo

Apakah Anda Tidak Melihat
Tanda Tanda Jaman
Yang Ditetapkan TUHAN Untuk Negri Ini ??

Orang Bijak Berkata..
Surga Ada Di Langit Ketujuh..
Batu Permata Yang Paling Indah..
Ada Di Lautan Ketujuh..

Emas Yang Paling Mulia..
Ada Di Tanah Lapis Ketujuh..
Dan semua itu bukan sekedar kata..
Ilmu Yang Paling Sakti Adalah Ilmu Ketujuh..

Maka Sayapun Berani Mengatakan :

Kemajuan Indonesia Ada Pada Presiden Ke 7
Kejayaan Indonesia Ada Pada Presiden Ke 7
Kekuatan Indonesia Ada Pada Presiden Ke 7

Jika Demikian :

Maka Sudah Benar, Bila Mayoritas Rakyat Indonesia memberikan Dukungan Sepenuh Hati Kepada Presiden Joko Widodo untuk Memerintah SATU KALI LAGI...

Orang Baik Dan Sederhana Ini memang Pantas Kita Beri Kepercayaan Untuk Memimpin Indonesia Satu Periode lagi  untuk menuntaskan Nawa Cita..

Seperti Pohon Dia Akan Menjadi Besar Dan Kuat Untuk Melindungi Dan Menghidupi Banyak Orang, Seperti Lautan Yang Luas Dia Akan Menjadi Tempat Berlayar Banyak Orang Untuk Mencari Penghidupannya...

Dan Seperti Tanah Yang Subur Dia Akan Menumbuhkan Berbagai Macam Tanaman Untuk Kita Makan Setiap Hari..

Dalam Semua Kelelahan Dan Keletihannya
Dia Tetap Berjalan Setiap Hari, Dari Aceh Sampai Papua

Ia Memendam Semua Kelelahan Dan Keletihannya Seorang Diri...Menanggungnya Seorang Diri...Untuk Membangun Bangsa Dan Negara Yang Kita Cintai Ini..

Yang Dia Tahu...Hanyalah Berbuat Baik
Dan Terus Berbuat Baik Setiap Hari
Untuk Semua Rakyatnya dan untuk Tuhan Yang Maha Tahu..

Orang Baik Dan Sederhana Ini
Tak Pernah Mengeluh Kepada Siapapun
Tentang Kelelahan Dan Keletihannya, bekerja dengan hati..

Dia Tetap Bekerja Setiap Hari, Sejak Membuka Mata Di Pagi Hari Sampai Menutup Mata Di Malam Hari mengikuti kata Nurani..

Dukungan Sepenuh Hati Yang Kita Berikan Kepadanya Untuk Memerintah Lagi Pada pada tahun 2019 sampai 2024...🙏🏼                                                                                         SEBARKAN 100.000.000 UMAT YA DUKUNG JOKOWI

Untuk bapak Calon Presiden yang terhormat



KEPADA BAPAK PRABOWO YANG BERTAMPANG KAYA..
BY,
DENNY SIREGAR
Untuk bapak Calon Presiden yang terhormat
Prabowo Subianto
Di istananya..

Ijinkanlah saya membuat surat terbuka, sebagai bagian dari pembelaan kepada saudaraku orang Boyolali yang merasa terhina..

Saya memang bukan orang Boyolali, saya besar di Surabaya. Tetapi bagi saya besar dimanapun, kami tetap satu Indonesia. Baik yang dikota maupun yang di desa. Baik itu yang miskin atau kaya..

Mendengar pidato bapak, "Tampang kalian bukan tampang orang kaya.." kepada warga Boyolali, saya jadi heran, "Seperti apakah tampang orang kaya ? Apakah berbeda dengan tampang orang yang susah ? Ataukah ada tanda di jidat yang menunjukkan banyaknya harta ?".

Saya pernah berkunjung ke keluarga terkaya di negeri ini, pemilik merk rokok terkenal di Indonesia, tidak ada sama sekali perbedaan tampang saya dengan mereka. Bahkan dari segi berpakaian, saya malah tampak lebih sukses dari mereka. Mereka begitu sangat sederhana. Lalu manakah yang bertampang lebih kaya diantara kami semua ??

Pak Prabowo mengukur kekayaan dari segi harta. Tidakkah bapak tahu, bahwa banyak orang yang mengukur kekayaan dari segi ketenangan jiwa ?

Pernahkah bapak makan dengan nasi putih panas, ikan teri sambal goreng pedas dan sayur lodeh di tengah hamparan sawah yang hening dan suara riuh burung mencari mangsa ? Lebih kaya mana situasi itu dari sekedar keluar masuk hotel mewah yang berdinding tebal, angkuh dengan satu harga secangkir kopinya bikin hati menjerit karena masuk akal pun tidak ?

Bapak memang sering keluar masuk hotel bintang lima dan disambut bak raja-raja..

Tapi lebih mewah mana ketika pulang dari kerja dengan badan penat sehabis nggojek di aspal panas, di rumah disambut istri yang tersenyum senang karena suami membawa rejeki untuk belanja dengan anak-anak yang bermain riang dan suara mereka yang membuat selalu rindu pulang ?

Lebih kaya mana mereka dengan bapak yang bergelimang uang ?

Kalau nilai kekayaan adalah dari seringnya masuk hotel berbintang lima, sungguh betapa miskinnya bapak. Betapa pandangan bapak tidak luas dan melihat kekayaan dari perspektif berbeda, hanya dari satu sisi harta saja.

Banyak orang yang membeli kemewahan supaya menjadi seperti yang bapak sebutkan, tetapi dengan hutang. Apakah itu yang bapak inginkan ? Supaya warga Boyolali, warga Surabaya dan warga daerah lainnya harus berhutang besar hanya untuk merasakan kemewahan versi bapak Prabowo ?

Ataukah kekayaan itu sejatinya ketika kita tidak mempunyai hutang kepada siapapun dan hidup cukup tanpa rasa ketakutan ditagih setiap bulan ?

Sejujurnya, bapaklah yang lebih miskin dari banyak warga yang bapak sebut tak ada tampang kaya. Bapak terpenjara angan-angan untuk berkuasa, sedangkan mereka yang kaya adalah mereka yang berjiwa merdeka, sedikit keinginan dan menikmati hidup lebih bersahaja.

Jadi bijaksanalah, bapak calon Presiden yang terhormat. Hidup ini urusannya bukan hanya masalah harta, banyak hal lain yang menjadi kenikmatan di desa dan tidak bisa didapatkan mereka yang tinggal di kota besar.

Karena itu jangan bicara kekayaan hanya dari kacamata bapak, pakailah kacamata orang lain juga, sehingga tidak mudah men "Tampang-tampang" kan orang lain ketika ukurannya tidak sama.

Saya rasa cukup segitu saja surat saya. Kebetulan saya sedang membaca berita sekian bulan lalu dimana ada demo karyawan di perusahaan besar karena tidak membayar gaji dan THR perusahaannya selama 4 tahun.

Semoga pemiliknya tidak sibuk keluar masuk hotel mewah sedangkan karyawannya harus bertahan hidup dengan rasa lapar dan janji-janji surga..

Salam dari saya,
Warga Surabaya yang kaya dan bahagia..
dan suka seruput kopi

Denny Siregar

Saya optimis strategi propaganda firehose of falsehoods ini bisa dikalahkan.



Saya optimis strategi propaganda firehose of falsehoods ini bisa dikalahkan. Meskipun baru2 ini strategi yg sama mengantarkan Bolsonaro menang di Brazil. Padahal sebelumnya Bolsonaro tak lebih hanya lelucon di politik Brazil. Hal yg sama semoga tdk terjadi di Indonesia
Bolsonaro adalah Donald Trump nya Brazil. Ia baru saja memenangkan Pilpres di Brazil dgn menggunakan teknik Firehose of Falsehoods. Uniknya di Brazil, hoax disebarkan melalui whatsapp group. Rakyat Brazil ditakut2i mengenai invasi pekerja China bahkan sampai hoax tentang Ursal
Ursal ini adalah Hoax yg cukup menggelikan. Kubu konservatif di Brazil menghembuskan berita hoax jika kubu Progresif yg menang maka Brazil akan digabungkan dgn Venezuela, Chile dan Rusia menjadi negara Ursal. Tentu saja isu ini menjadi bahan tertawaan di masy Brazil yg terdidik
Namun, mereka lupa kalau di Brazil tingkat pendidikan masyarakatnya masih banyak yg cukup rendah. Brazil memiliki masalah ini sbg negara terakhir yg menghapus perbudakan scr resmi. Hoax ursal ini cukup utk membuat kelompok masyarakat yg tingkat pendidikan rendah ini ketakutan.
Seperti halnya di negara2 maju, kelompok Progresif di Brasil rata2 adalah kaum terdidik. Para peneliti hingga professor di Perguruan Tinggi adalah representasi kelompok Progresif. Namun masalahnya mereka jarang mau turun ke masyarakat. Shg di Brasil dikenal istilah left caviar
Teknik Firehose of Falsehoods ini berhasil di Brasil dgn cara menggunakan jaringan Gereja evangelical. Dimana Bolsonaro merupakan salah satu petingginya. Hal yg sama juga dilakukan oleh Trump di US. Hanya saja di Brasil hoax disebarkan melalui broadcast message melalui Whatsapp
Hal yg sama kita lihat di Indonesia saat ini. Fitnah dan hoax menyebar melalui whatsapp, terutama melalui whatsapp group. Namun, kita cukup beruntung kasus RS terbongkar. Bisa kita bayangkan apa yg terjadi jika tdk terbongkar. Akan seperti apa ketakutan dan kemarahan yg muncul?
Berdasarkan penemuan mutakhir di Bidang neuroscience, konservatif memiliki amygdala yg aktif sementara progresif memiliki insula yg lebih aktif. Amygdala adalah pusay rasa takut sementara insula adalah pusat empati. Firehose of falsehoods ini adalah utk mengaktivasi amydala
Penelitian Rose McDermott menunjukkan jk konservatif yg dikendalikan oleh rasa takut akan menyukai otoritas yg kuat sementara progresif yg memiliki rasa empati yg besar akan menyukai pendekatan kemanusiaan dlm sistem bermasyarakat. Ini seperti filosofi Jedi dan Sith dlm Statwars
George Lucas dlm menyusun cerita Statwars sepertinya menggunakan filosofi yg sama mengenai pertarungan politik konservatif vs progresif ini. Tentunya dgn penyederhanaan. Jedi diharuskan tdk boleh dikendalikan rasa takut atau amygdala yg lebih aktif. Sementara Sith sebaliknya
Rasa takut justru digunakan oleh Sith utk mengendalikan masyarakat. Karena dgn ketakutan masyarakat akan lebih mudah dikendalikan. Jedi dianggap terlalu lemah utk mengendalikan masyarakat dan membangun kedisplinan. Sehingga keteraturan (order) sulit utk ditegakan
Tentu saja ini ada banyak penyederhanaan. Karena pada dasarnya insula dan amygdala bukan hanya sesuatu yg nature (ada berdasarkan genetic) tetapi juga nurture (ditumbuhkembangkan). Selain itu populasi terbesar dimasyarakat adalah moderate, yg berada diantara konservatif&progresif
Firehose of Falsehoods ini adlh teknik yg dikembangkan utk me-nurture rasa takut, sehingga amygdala masyarakat moderate menjadi lebih aktif. Shg akan membuat masyarakat menjadi lbh konservatif. Ini jg menjelaskan kenapa setiap US terlibat perang, Republican yg konservatif menang
Konservatif yg dikendalikan oleh rasa takut akan menyukai pemimpin yg tegas&kuat, bahkan mereka lebih bisa menerima pemimpin yg otoriter. Karena melalui pemimpin otoriter akan tercipta masyarakat yg tertib. Kubu progresif sebaliknya, lebih menyukai pemimpin yg simpatik & merakyat
Kubu progresif yg memiliki insula lebih aktif akan menyukai ide2 kemanusiaan dan masyarakat yg demokratis. Selain itu kubu progresif menyenangi proses discourse dan diskusi. Karena melalui cara2 ini ide dapat berkembang
Dlm konteks Pilpres Indonesia, firehose of falsehoods ini hanya akan menguntungkan Prabowo-Sandi. Dgn dikuasai oleh ketakutan akan membuat masyarakat Indonesia menjadi konservatif. Kita bisa lihat dari narasi yg dikembangkan. Ini salah satu contohnya --> https://m.wartaekonomi.co.id/berita201054/zulkifli-hasan-sekarang-indonesia-gaduh-mau-aman-gabung-ke-prabowo-sandiaga.html

Ada banyak kemiripan pola kampanye Prabowo-Sandi dgn metode firehose of falsehoods ini. Seperti yg dijelaskan oleh Rand Corps, metode ini ada 4 karakter. 1. High volume, 2. Continuous, rapid and repetitive 3. No commitment to objective reality, 4. No commitment to consistency
Seperti yg pernah dijelaskan oleh mas @budimandjatmiko mengenai metode ini. Langkah pertamanya adalah dgn menarik perhatian publik. Meskipun terkadang cara2nya terlihat konyol. Jd jangan anggap remeh gimmick2 pakai Pete jd rambut, gaya bango, nelp pakai tempe dllnya.
Dengan cara2 ini perhatian publik bisa didapatkan. Prinsip pertama dari metode firehose of falsehoods ini terpenuhi. High volume, yg artinya jangkauannya menjadi semakin luas. Orang2 akan membahas & Media2 akan menunggu kekonyolan2 berikutnya sehingga perhatian akan semakin luas
Langkah berikutnya adalah menghilangkan kepercayaan terhadap data. Dgn menggunakan cerita2 terisolasi yg tdk dpt diverifikasi kebenarannya (isolated and unverified cases). Jadi jgn heran cerita ibu2 yg cekcok dgn suaminya krn uang 100ribu digunakan utk membantah data inflasi
Dan yg paling penting adalah, disaat bersamaan juga melontarkan tuduhan jika pihak lawannya jg melalukan kebohongan. Trump melakukan hal ini dgn memberikan panggilan lying ted thd Ted Cruz, saingan terberatnya di konvensi GOP. Kemudian memanggil Hillary dgn Crooked Hillary
Polanya adalah buat false claim > viral ~> dibantah dgn fact checking> mengakui kesalahan~>tuduh pihak lawan jg berbohong ~>repeat

SHARING HARI SABTU



SHARING HARI SABTU

https://mediacyberarj.wordpress.com/strategi-prabowo-mirip-dengan-donald-trump-mengejek-arogan-dan-tidak-merasa-bersalah/

Memang tdk semua menyadari bahwa kubu Prabowo Sandi sengaja ciptakan hal2 kontroversial untuk mendapatkan perhatian media dan publik.
Hati-hati pendukung Jokowi Maruf reaktif dan terjebak masuk dalam permainannya.

ini sebagai bahan kontemplasi :
ini tulisan bagus dan buat saya layak untuk di batin.


Tulisan Made Tony Supriatma

Lid'le Trump of Indonesia: Ketika melihat pidato capres Prabowo Subianto tentang hotel-hotel di Jakarta, saya merasa sesuatu yang sangat familiar. Berbeda dengan banyak orang yang menganggap Prabowo mengejek orang Boyolali, yang tidak pernah menginjak hotel-hotel mewah di Jakarta, saya merasa pidato ini punya unsur yang lain.

Sikap badan, intonasi, dan cara penyampaian pidato Prabowo ini sangat mirip dengan Donald J. Trump, yang sekarang jadi presiden Amerika Serikat. Saya terkesima. Rupanya orang ini sangat serius meniru Trump.

Awalnya adalah slogan Make Indonesia Great Again, yang dengan cerdas disingkat oleh kawan saya menjadi "Migrain." Kini soal pidato.

Salah satu ciri khas Trump adalah kemampuannya mengejek lawan-lawannya. Itu disampaikan dengan cara yang sangat 'entertaining.' Untuk para pengikutnya tentu saja.

Cara Prabowo pun tidak jauh berbeda sebenarnya. Para pendukung Jokowi (dan mungkin beberapa orang Boyolali) mungkin akan menghubungkan pidato ini sebagai ejekan terhadap orang kecil. Boyolali menjadi simbol kaum kecil, miskin, dan kere.

Namun, apakah demikian untuk pendukung Prabowo sendiri? Saya tidak yakin. Dalam konteks pemilihan presiden, tahap kampanye saat ini adalah tahap menarik perhatian.

Trump sudah membuktikan, semakin kontroversial ucapannya, semakin besar kemampuan untuk menarik perhatian. Dia pernah mengatakan, kalau dia menembak orang di Fifth Ave. dia yakin tidak akan kehilangan satu pun pemilih.

Media-media arus utama dan kaum liberal ribut. Mereka sibuk mengecam, membincangkan, memaki sana sini, membuat même, dan bahkan berdemo. Hasilnya? Trump makin populer dan menang.

Untuk Trump, semakin kontroversial pernyataannya, semakin menarik perhatian, semakin meyakinkan pendukungnya bahwa dia adalah presiden yang tegas; yang tidak peduli; yang otentik (sekalipun otentisitas yang dibuat-buat); dan yang  berani.

Hal seperti ini tidak hanya berlaku di Amerika saja. Beberapa bulan sebelum Trump, Rodrigo Duterte terpilih menjadi presiden Filipina. Di negara mayoritas Katolik ini, Duterte berani mengatakan Sri Paus adalah 'anak lonte' (son of the whore). Dia juga bilang Tuhan itu 'bodoh.'

Yang terakhir, Jair Bolsonaro terpilih menjadi presiden Brasil, juga dengan pernyataan-pernyataan yang sangat kontroversial. Pernyataan dia soal LGBT, perempuan, perkosaan, penyiksaan, sangat menusuk. Dan dia menang.

Persamaan dari semua politisi ini adalah mereka sangat kanan,  sangat pro-bisnis tapi didukung oleh sebagian besar kelas pekerja, didukung oleh para pemeluk agama yang taat sekalipun pandangannya sangat bertentangan dengan ajaran agama, tidak peduli dengan hal-hal seperti HAM (Duterte menembak mati ribuan orang tanpa pengadilan), tidak mengindahkan sopan santun, sangat macho, dan kelihatan berani.

Prabowo berusaha seperti Trump. Tampaknya, dia berusaha epigon yang tidak tanggung-tanggung. Beberapa 'playbooks' (pedoman) dari Trump dan orang-orang kanan tampaknya dipelajari dengan baik oleh Tim Prabowo.

Saya tidak tahu pasti bagaimana keadaan di dalam Tim Prabowo. Tapi dari beberapa yang muncul ke permukaan, mereka tampaknya serius untuk menerapkan strategi ini.

Saya tidak terlalu heran kalau isu LGBT nanti akan menjadi isu kampanye yang besar. Dalam playbook kaum kanan, ini adalah salah satu isu yang mampu menyatukan pemilih. Tidak peduli bahwa ada anggota keluarga Prabowo ada juga yang gay.

Semua ini ditujukan untuk menimbulkan 'the sense of crisis' atau perasaan krisis. Jika dihadapi isu LGBT, orang-orang yang tidak punya pengetahuan tentang LGBT akan tiba-tiba merasa bahwa masyarakatnya, komunitasnya, atau keluarganya terancam.

Memang menyedihkan karena korbannya adalah orang-orang minoritas yang tidak berdaya untuk melawan. Namun, dimana-mana politik tidak punya moral. 

Usaha untuk menimbulkan krisis ini sudah dicoba dibanyak front. Tempe setipis ATM? Nasi ayam Singapore lebih murah daripada di Indonesia? ... Termasuk, kaum Boyolali yang tidak akan mampu menginjak hotel-hotel mewah di Jakarta.

Selain itu, berita Sandiaga Uno pergi ke pasar-pasar bertaburan di media. Selain kritik-kritiknya tentang ekonomi, yang lebih ramai dibahas adalah tingkah lakunya yang konyol. Sulit untuk mengatakan bahwa itu tidak tanpa tujuan.

Pendukung Jokowi, sama seperti kaum liberal dan pendukung Hillary di Amerika, sibuk mengejek, membikin même, dan menertawakan. Namun, untuk kubu sebelah dan mungkin juga untuk pemilih biasa, tingkah ini lucu dan akrab. Seakrab Jokowi dulu blusukan. 

Apakah playbook ini akan berhasil? Sampai tahap ini, sulit untuk menentukan. Namun, saya melihat Tim Jokowi mulai reaktif terhadapnya. Untuk menepis kritik, Jokowi sidak ke pasar. Dia mencoba membangun daya magis-nya yang pernah dipunyainya tahun 2014 dan kini sudah aus dan usang.

Jokowi belum dihadapkan dengan isu-isu yang lebih keras. LGBT bisa menjadi isu yang sangat keras. Saya perlu mengulangi ini karena ini sangat penting dalam playbook kaum kanan.

Reaksi Tim Jokowi bisa ditunggu. Dia punya dua pilihan. Pertama, mengikuti playbook kaum kanan dan mengganyang LGBT. Kedua, menerima LGBT dan tegas berdiri disamping minoritas lemah ini (alangkah bagusnya wakil juga ikut mendukung secara tulus) dan mendidik masyarakat untuk menerima perbedaan.

Saya menduga, dia akan mengambil jalan pertama. Bahkan mungkin lebih galak dan lebih ke kanan. Kita sudah melihat reaksi Jokowi berhadapan dengan isu PKI. Alih-alih memberikan apa yang benar secara politik  dan memperbesar lingkar pemilih dan secara kreatif mendudukkan sejarah kelam ini secara proporsional, dia bergerak ke kanan.

Dalam banyak hal, serangan balik dari Jokowi terhadap serangan dari kanan adalah dengan menjadi lebih kanan. Yang tidak disadari adalah bahwa ini adalah jebakan yang memang ditunggu-tunggu. Banyak politisi moderat di dunia masa kini yang terjebak dalam pola ini dan kalah. Kita sudah melihatnya di Amerika, Eropa, Asia, dan Afrika.

Akan halnya Prabowo, kita tunggu saja seberapa jauh dia akan berhasil menjadi "Lid'le Trump of Indonesia." Atau Trimp kecil di Indonesia.

Pidato Prabowo tentang Boyolali bisa dilihat disini:

https://www.youtube.com/watch?v=4Vfevo6R-r4

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10156194049548533&id=784153532

MENGAPA PRABOWO MENGHINA ORANG BOYOLALI ?


Gambar ilustrasi

MENGAPA PRABOWO MENGHINA ORANG BOYOLALI ?

Oleh :
Rudi S. Kami

Menghina tampang orang rupanya sudah menjadi 'habit' atau kebiasaan buruk seorang Prabowo Subianto. Agustus 2017 yang lalu, dia menghina sekelompok wartawan yang dikatakan bertampang lusuh, orang susah dan bergaji kecil. Sempat beberapa organisasi wartawan protes, tapi rupanya Prabowo tidak kapok-kapok juga.

Setelah ngamuk di depan ibu-ibu di Ponorogo karena dianggap ribut saat dia berpidato beberapa waktu lalu, kali ini Prabowo membuat ulah lagi dengan menghina masyarakat Boyolali yang dikatakan bertampang kampungan yang dianggap tidak layak masuk hotel bintang lima di Jakarta. Mungkin dia merasa sedang melucu di depan pendukungnya. Namun selain lawakannya 'garing', Prabowo tidak sadar sudah masuk pada ranah penghinaan masyarakat secara komunal yang serius!
Ini kebodohan kesekian kali yang ditunjukkan Prabowo di depan publik!
Latar belakang keluarga "menak" yang tidak pernah susah sedari kecil, membuat Prabowo terbentuk menjadi orang yang tidak punya kepekaan sosial yang memadai. Semua orang tahu keluarga besar Prabowo adalah keluarga kaya raya kemudian dia juga sempat jadi menantu Presiden Soeharto, mungkin hal ini membentuk Prabowo menjadi orang yang arogan, bossy dan semena-mena serta tidak memiliki empati sosial yang sepantasnya.

Tapi mungkin juga ini bentuk kemarahan dan kekecewaan Prabowo kepada masyarakat Boyolali. Karena pada Pilpres 2014 dia keok terjungkal alias kalah jauh dibanding perolehan suara Jokowi.
Saat itu di Kabupaten Boyolali Prabowo hanya dapat suara 24,69%. Wilayah Jawa Tengah memang wilayah neraka buat Prabowo pada Pilpres 2014. Dia kalah telak di 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah. Dia terpuruk hanya mendapatkan total 33,35%.

Namun kalau karena alasan kekalahan menyesakkan saat Pilpres 2014, lalu dia merasa berhak menghina masyarakat Boyolali, hal ini adalah strategi kampanye yang luar biasa bodoh dan memalukan. Seharusnya dia justru mengambil hati masyarakat Boyolali dengan kalimat manis dan dengan kerendahan hati, agar di Pilpres 2019 dia mendapatkan simpati dari masyarakat Boyolali.

Dengan adanya skandal "tampang Boyolali" ini, kalau ada orang Boyolali atau orang yang berasal atau punya nenek moyang dari Boyolali, masih ada yang mau memilih Prabowo pada Pilpres 2019, berarti orang tersebut tidak punya kehormatan dan harga diri.
Masak sudah dihina dina separah itu gak tersinggung to Mas/Mbak ?!
Saya saja yang bukan orang Boyolali merasa tersinggung dan marah kok, apalagi orang Boyolali.
Hanya orang yang tidak waras yang tidak tersinggung dengan ulah norak hinaan dari Prabowo.
Tapi saya haqul yaqin masyarakat Boyolali semua waras.

Menyikapi berbagai blunder yang dilakukan oleh Prabowo dan juga wakilnya Lelaki Tulang Lunak Sandiaga Uno pada masa kampanye, hal ini membuktikan Timses Prabowo-Sandiaga tidak punya strategi kampanye yang memadai.
Sangat terlihat Tim Komunikasi Publik mereka sangat kedodoran dan tidak mampu mengendalikan kelakuan dan ucapan Prabowo dan Sandi di lapangan. Mungkin juga Tim Komunikasi Publik mereka tidak kuasa atau takut memberi masukan untuk meng-upgrade penampilan Prabowo.
Karena sudah menjadi rahasia umum bahwa  karakter asli seorang Prabowo sejatinya sangat arogan dan otoriter.

Apapun alasannya, Prabowo sudah menunjukkan ke masyarakat Indonesia, bagaimana sebenarnya karakter aslinya.
Dengan mata telanjang kita bisa melihat bagaimana dia dengan lancar dan fasih menghina orang sambil terkekeh-kekeh.
Ini dilakukan dilakukan pada masa kampanye, bagaimana kalau benar nanti jadi pejabat !?
Pasti karakter arogansinya semakin merajalela tidak terkendali!

Apakah anda mau mempunyai Presiden seperti itu ?!
Kalau saya sih ogah !!

Bagi masyarakat Boyolali yang tercinta,
Saya dan dua ratus juta lebih masyarakat Indonesia bersama anda semua. Kami dapat merasakan rasa sakit dan luka yang teramat pedih atas hinaan Prabowo. Namun mohon dimaklumi kelakuan orang satu ini ya. Dia hanya manusia biasa yang mungkin mendapatkan pola pengasuhan yang salah. Dia hanya manusia biasa yang punya ambisi di luar kemampuan dan kapasitas dirinya. Makanya dia sering gagal.
Jadi mohon dimaklumi saja.

Sahabat Boyolali terkasih,
Gusti Allah mboten sare, penghinaan yang kalian terima dari Prabowo insyaallah akan digantikan dengan berkah yang melimpah dari Allah SWT kepada masyarakat Boyolali. Apalagi kalau nanti Presidennya Pak Jokowi lagi.....duuuh makmur sejahtera deh masyarakat Boyolali. Apalagi juga Ibunda Pak Jokowi juga berasal dari Boyolali lho. Jadi sabar nggih mas/mbak.
Sing waras ngalah saja 🙏🙏

Salam Satu Indonesia


Edit.
C.310

Tags

Analisis Politik (275) Joko Widodo (150) Politik (106) Politik Baik (64) Berita Terkini (59) Jokowi (58) Pembangunan Jokowi (54) Lintas Agama (31) Renungan Politik (31) Perang Politik (29) Berita (27) Ekonomi (25) Anti Radikalisme (24) Pilpres 2019 (23) Jokowi Membangun (22) Perangi Radikalisme (22) Pembangunan Indonesia (21) Surat Terbuka (20) Partai Politik (19) Presiden Jokowi (19) Lawan Covid-19 (18) Politik Luar Negeri (18) Bravo Jokowi (17) Ahok BTP (14) Debat Politik (14) Radikalisme (13) Toleransi Agama (12) Caleg Melineal (11) Menteri Sri Mulyani (11) Perangi Korupsi (11) Berita Hoax (10) Berita Nasional (9) Education (9) Janji Jokowi (9) Keberhasilan Jokowi (9) Kepemimpinan (9) Politik Kebohongan (9) Tokoh Dunia (9) Denny Siregar (8) Hidup Jokowi (8) Anti Korupsi (7) Jokowi Hebat (7) Renungan (7) Sejarah Penting (7) Selingan (7) imlek (7) Ahok (6) Health (6) Perangi Mafia (6) Politik Dalam Negeri (6) Gubernur DKI (5) Jokowi Pemberani (5) KPK (5) Khilafah Makar (5) Kisah Nyata (5) Lawan Radikalisme (5) NKRI Harga Mati (5) Negara Hukum (5) Partai PSI (5) Pengamalan Pancasila (5) Pilkada (5) Refleksi Politik (5) Teknologi (5) hmki (5) kota tangsel (5) natal (5) pengurus (5) peresmian (5) relawan (5) Anti Teroris (4) Bahaya Khalifah (4) Berita Baru (4) Dugaan Korupsi (4) Indonesia Maju (4) Inspirasi (4) Kebudayaan Indonesia (4) Lagu Jokowi (4) Mahfud MD (4) Menteri Pilihan (4) Pancasila (4) Pendidikan (4) Pileg 2019 (4) Politik Identitas (4) Sejarah (4) Tokoh Masyarakat (4) Tokoh Nasional (4) Vaksin Covid (4) Adian Napitupulu (3) Adudomba Umat (3) Akal Sehat (3) Analisa Debat (3) Artikel Penting (3) Atikel Menarik (3) Biologi (3) Brantas Korupsi (3) Breaking News (3) Covid-19 (3) Demokrasi (3) Dewi Tanjung (3) Hukum Karma (3) Karisma Jokowi (3) Kelebihan Presiden (3) Kesaksian (3) King Of Infrastructur (3) Lagu Hiburan (3) Makar Politik (3) Melawan Radikalisme (3) Musibah Banjir (3) Nasib DKI (3) Nasihat Canggih (3) Negara Maju (3) Negara Makmur (3) Nikita Mirzani (3) PKN (3) Pembubaran Organisasi (3) Pemilu (3) Pendidikan Nasional (3) Pendukung Jokowi (3) Penegakan Hukum (3) Poleksos (3) Politik Adudomba (3) Rekayasa Kerusuhan (3) Rencana Busuk (3) Revisi UUKPK (3) Sederhana (3) Tanggung Jawab (3) Testimoni (3) Tokoh Revolusi (3) Waspada Selalu (3) barongsai (3) jakarta (3) Ada Perubahan (2) Agenda Politik (2) Akal Kebalik (2) Akal Miring (2) Anggaran Pemprov (2) Antusias Warga (2) Arsitektur Komputer (2) Basmi Mafia (2) Basmi Radikalisme (2) Beda Partai (2) Berita Internasional (2) Budiman PDIP (2) Capres Cawapres (2) Cinta Tanah Air (2) Dasar Negara (2) Denny JA (2) Erick Thohir (2) Etika Menulis (2) Filsafat (2) Fisika (2) Free Port (2) Gerakan Budaya (2) Gereja (2) Himbauan (2) Information System (2) Isu Sara (2) Jaga Presiden Jokowi (2) Jalan Toll (2) Jenderal Pendukung (2) Jihat Politik (2) Jokowi Commuter (2) Jokowi Guru (2) Jokowi Motion (2) Kabinet II Jokowi (2) Kasus Hukum (2) Kasus Korupsi (2) Kehebatan Jokowi (2) Kemajuan Indonesia (2) Kemanusiaan (2) Kerusuhan Mei (2) Komputer (2) Komunikasi (2) Kriminalisasi Ulama (2) Langkah DPRD-DPR (2) Lawam Penghianat Bangsa (2) Lawan Fitnah (2) Mafia Indonesia (2) Media Sosial (2) Menteri Susi (2) Merakyat (2) Miras (2) Motivasi (2) Nilai Rupiah (2) Olah Raga (2) Opini (2) Pembangunan Pasar (2) Pemimpin Pemberani (2) Pengadilan (2) Pengatur Strategi (2) Penjelasan TGB (2) Penyebar Hoax (2) Perangi Terroriis (2) Pidato Jokowi (2) Political Brief (2) Politik ORBA (2) Program Jokowi (2) Raja Hutang (2) Relawan Jokowi (2) Ruang Kesehatan (2) Sampah DKI (2) Selengkapnya (2) Sertifikat Tanah (2) Simpatisan Jokowi (2) Suka Duka (2) Sumber Kekuasaan (2) Survey Politik (2) Tegakkan NKRI (2) Tenaga Kerja (2) Tirta Memarahi DPR (2) Toll Udara (2) Transparan (2) Ucapan Selamat (2) Ulasan Permadi (2) Ultah Jokowi (2) Undang Undang (2) amandemen (2) jokowi 3p (2) jokpro (2) news (2) perjuangkan (2) Adek Mahasiswa (1) Aksi Gejayan (1) Aksi Makar (1) Alamiah Dasar (1) Ancaman Demokrasi (1) Andre Vincent Wenas (1) Anggarana Desa (1) Anies Dicopot (1) Ansor Banten (1) Antek HTI (1) Anti Cina (1) Anti Terrorris (1) Anti Vaksin (1) Anti Virus (1) Arti Corona (1) Aset BUMN (1) Atheis (1) BIN (1) BTP (1) Bahasa Indonesia (1) Bahaya Isis (1) Bangkitkan Nasionalisme (1) Bangsa China (1) Bank Data (1) Bantu Dishare (1) Basuki Tjahaya Purnama (1) Bawah Sadar (1) Bencana Alam (1) Berani Karena Jujur (1) Berani Melapor (1) Binekatunggal Ika (1) Bintang Mahaputera (1) Bisnis (1) Bongkar Gabeneer (1) Bravo Polri (1) Bravo TNI (1) Budiman Sujatmiko (1) Bumikan Pancasila (1) Bunuh Diri (1) Busana (1) Buya Syafii Maarif (1) Calon Menteri (1) Cari Panggung Politik (1) Cctvi Pantau (1) Cendekia (1) Croc Brain (1) Cudu Nabi Muhammad (1) Cybers Bots (1) Daftar Tokoh (1) Dagang Sapi (1) Danau Toba (1) Data Base (1) Demo Bingung (1) Demo Gagal (1) Demo Mahasiswa (1) Demo Nanonano (1) Demokrasi Indonesia (1) Deretan Jenderal (1) Dewan Keamanan PBB (1) Digital Divelovement (1) Dosa Kolektif (1) Dubes Indonesia (1) Ekologi (1) Extrimis (1) FBR Jokowi (1) Faham Khilafah (1) Filistinisme (1) Filosofi Jawa (1) Fund Manager (1) G30S/PKI (1) GPS Tiongkok (1) Gagal Faham (1) Gaji Direksi (1) Gaji Komisaris (1) Gaya Baru (1) Gelagat Mafia (1) Geografi (1) Gerakan (1) Gerakan Bawah Tanah (1) Gibran (1) Grace Natalie (1) Gubernur Jateng (1) Gus Nuril (1) Gusti Ora Sare (1) HTI Penunggang (1) Hadiah Tahun Baru (1) Hari Musik Nasional (1) Hiburan (1) Hukuman Mati (1) Hypnowriting (1) Identitas Nusantara (1) Illegal Bisnis (1) Ilmu Pengetahuan (1) Ilusi Identitas (1) Imperialisme Arab (1) Indonesia Berduka (1) Indonesia Damai (1) Indonesia Hebat (1) Injil Minang (1) Intermezzo (1) Internet (1) Intoleransi (1) Investor Asing (1) Islam Nusangtara (1) Istana Bogor (1) Isu Agama (1) Isu Politik (1) J Marsello Ginting (1) Jadi Menteri (1) Jalur Gaza (1) Jangan Surahkan Indonesia (1) Jembatan Udara (1) Jenderal Moeldoko (1) Jenderal Team Jkw (1) Jilid Milenial (1) Jiplak (1) Jokowi 3 Periode (1) Jokowi Peduli (1) Jualan Agama (1) Jurus Pemerintah (1) Jusuf Kalla (1) Kadrun (1) Kambing Hitam (1) Kampus Terpapar Radikalisme (1) Kasus BUMN (1) Kasus Keluarga (1) Kebusukan Hati (1) Kecelakaan (1) Kehilangan Tuhan (1) Kehilangan WNI (1) Kekuasaan (1) Kekuatan China (1) Kemengan Jokowi (1) Kena Efisensi (1) Kepribadian (1) Keputusan Pemerintah (1) Kerusuhan 22 Mei (1) Kesaksian Politikus (1) Keseahatan (1) Ketum PSI (1) Kitab Suci (1) Kode Etik (1) Komnas HAM (1) Komunis (1) Konglomerat Pendukung (1) Kopi (1) Kota Bunga (1) Kota Misteri (1) Kota Modern (1) Kota Zek (1) Kredit Macet (1) Kuliah Uamum (1) Kunjungan Jokowi (1) Kurang Etis (1) LPAI (1) Lagu Utk Jokowi (1) Lahan Basah (1) Larangan Berkampanye (1) Larangan Pakaian (1) Lawan Rasa Takut (1) Leadership (1) Legaci Jokowi (1) Lindungi Jokowi (1) Lintas Dinamika (1) Luar Biasa (1) MPG (1) Mabok Agama (1) Mafia Ekonomi (1) Mafia Tanah (1) Mahakarya (1) Mahkamah Agung (1) Manfaat Vaksin (1) Mari Tertawa (1) Masa Kampanye (1) Masalah BUMN (1) Matematika (1) Membunuh Sains (1) Mempengaruhi Musuh (1) Mempengaruhi Orang (1) Mendisplinkan Siswa (1) Mengharukan (1) Menghasut Pemerintah (1) Menghina Lambang Negara (1) Mengulas Fakta (1) Menjaga Indonesia (1) Menjaga Jokowi (1) Menjelang Pemilu (1) Menjlang Pelantikan (1) Menko Polhukam (1) Menteri (1) Menteri Agama (1) Menteri Sosial (1) Menydihkan (1) Mesin Pembantai (1) Minuman Keras (1) Model Tulisan (1) Muhamad Ginting (1) Mumanistik (1) Muslim Prancis (1) Musu RI (1) Musuh Dlm Selimut (1) Obat Tradisional (1) Oligarki (1) Omnibus Law (1) Oramas Terlarang (1) Orang Baik (1) Orang Beragama (1) Orang Bodoh (1) Orang Kaya (1) Ormas Islam (1) Otak Kebalik (1) Overdosis Haram (1) PHK dan Buruh (1) Palestina (1) Panduan (1) Pantau Jakarta (1) Para Makar (1) Parawisata (1) Partai Baru (1) Partai Komunis (1) Pasar Murah (1) Pelarian (1) Pembayaran Utang Negara (1) Pembela Rakyat (1) Pembumian Pancasila (1) Pemerintahan Jayabaya (1) Pemilihan Presiden (1) Pemprov DKI (1) Pencerahan (1) Pencucian Uang (1) Pendukung Lain (1) Penebaran Virus so (1) Pengacau Negara (1) Pengalaman (1) Pengangguran (1) Pengaruh (1) Pengertian Istilah (1) Pengertian Otoritas (1) Penggulingan Rezim (1) Penghianat Bangsa (1) Pengobatan (1) People Power (1) Perang Dunia III (1) Perangi Tetroriis (1) Peraturan (1) Perayaan Natal (1) Percobaan (1) Perguruan Tinggi (1) Peringatan Keras (1) Peristiwa Mei 1998 (1) Pernikahan (1) Pernyataan ISKA (1) Pertamina (1) Pertemuan Politik (1) Pesan Gus Nuril (1) Pesan Habib (1) Peta Politik (1) Pidato Prisiden RI (1) Pil Pahit Srilanka (1) Pilkada 2018 (1) Pilkada Solo (1) Pilpres Curang (1) Pimpinan MPR (1) Politik Agama (1) Politik Catur Jkw (1) Politik Kepentingan (1) Politik LN (1) Politik Uang (1) Politikus (1) Pollitik (1) Profesional (1) Propaganda (1) Propaganda Firehose (1) Psikoanalisa (1) Psikologi Praktis (1) Puisi (1) Pulau Terindah (1) Quick Count (1) RUU Kadrun (1) Raja Bonar (1) Raja Debat (1) Raksasa (1) Rakyat Kecil (1) Realita Politik (1) Rekam Jejak (1) Rekapitulasi DPS (1) Reklamasi Pulau (1) Remix Sunda (1) Rendah Hati (1) Reungan Politik (1) Rhenald Kasali (1) Risma (1) Ruhut P Sitompul (1) Saksi Yehuwa (1) Sangat Canggih (1) Scandal BLBI (1) Seharah Pers (1) Sehat Penting (1) Sejarah Politik (1) Sekilas Info (1) Selamat Imlek (1) Sembuhkan Jiwasraya (1) Seni (1) Seniman Bambu (1) Shanzhai (1) Sidak Harga (1) Sidang MPR (1) Sigmun Freud (1) Silaturahmi (1) Sistem Informasi (1) Skema Kerusuhan (1) Skenario 22 Mei (1) Skenario Demonstrans (1) Skripsi (1) Soekarno (1) Stasiun KA (1) Suku Minang (1) Sumber Inspirasi (1) Super Power (1) Superkarya (1) Syirianisasi (1) System Informasi (1) TKA Siapa Takut (1) Tahun Kampret (1) Taliban (1) Tanda Kehormatan (1) Tanda Zaman (1) Tanggapan Atas Pidato (1) Tanya Jawab (1) Tebang Pilih (1) Teori Kepribadian (1) Terkaya Indonesia (1) Terorisme (1) Terrorisme (1) Tidak Becus Kerja (1) Tindakan Makar (1) Tingkat Kemiskinan (1) Tinjauan Filsafat (1) Tips dan Trik (1) Toleransi Identitas (1) Travelling (1) Tuan Rumah (1) Tukang Kayu (1) UU Cipta Kerja (1) Ucapan Gong Xi Fat Choi (1) Ulama Bogor (1) Ulasan Berita (1) Ulasan Suriah (1) Ustadz Bangsa (1) Via Vallen (1) Virus Covid-15 (1) Wajib Baca (1) Wakil Tuhan (1) Wali Kota (1) Wanita Kartini (1) Wewenang (1) Yusril Blakblakan (1) breaing news (1) karo (1) kontemporer (1) tari (1)