Showing posts with label Isu Sara. Show all posts
Showing posts with label Isu Sara. Show all posts
Friday, February 7, 2020
SAVE UIGHUR, MENGASONG AGAMA LAGI ?
Hore ada isu baru lagi,” mereka bersorak gembira. Dengan memainkan isu ini bisa dapat sumbangan besar. Bisa juga digunakan menuding pemerintah. Bisa memobilisasi umat Islam yang kebelet jihad.
Maka isu muslim Uighur di China didengung-dengungkan. Sebentar lagi akan ada gerakan #SaveUighur, lalu spanduk permohonan sumbangan beredar di jalan-jalan. Menjual penderitaan atas nama agama. Gambar-gambar wajah anak yang sengsasa dibentangkan, di bawahnya tertera nomor rekening dengan font yang besar. Duit bakalan terkumpul banyak. Cihuiii.
Bagi kelompok politik pembenci, isu Uighur ini lumayan keren. Mereka akan memainkan isu ini untuk menimbulkan sentimen anti Cina. Menggelar demo besar-besaran seperti membela agama. Karena muslim Uighur memang berhadapan dengan pemerintah Tiongkok. Tujuannya membentuk persepsi rasial disini.
Sebagian ada yang menuding Jokowi. Kenapa gak membela Uighur? Mau belain pemerintah China, ya? Gak bersimpati pada umat Islam, ya? PKI, ya? Busyet, urusan yang terjadi luar negeri, yang kena Jokowi lagi.
Padahal kemarin di Poso, beberapa teroris yang tertangkap ternyata berasal dari Uighur. Mereka masuk ke Indonesia untuk membuat kekacauan. Targetnya membunuhi aparat. Bikin kerusuhan dan mencari korban sebanyak-banyaknya.
Teroris Uighur bukan hanya ada di Poso. Juga ada di Mindanao, bergabung dengan Abu Sayaf, menculik pelaut kita minta uang tebusan. Yang masuk ke Suriah atau Irak bahkan lebih banyak lagi.
Diperkirakan 100 ribu lebih, orang Uighur masuk ke Suriah, membantu Alqaedah menghancurkan negeri itu. Mereka masuk melalui Turki.
Seorang teroris asal Uighur di Suriah, dalam wawancara dengan AP, pernah berkata. “Kami hanya mau belajar memegang senjata. Belajar perang. Setelah itu kami akan kembali ke China untuk memerdekakan wilayah kami.”
Terus kamu pikir dengan semangat sparatis begitu pemerintah China cuma akan mengelus-elus mereka?
Warga Uighur tinggal di daerah Xinjiang. Tapi mereka lebih mengidentifikasi dirinya sebagai suku Turk, berkomunikasi dengan bahasa Turki. Sebagian besar tidak bisa bahasa Mandarin. Secara kebudayaan juga jauh berbeda dengan etnis Han, yang merupakan etnis terbesar Tiongkok.
Xinjiang adalah wilayah China yang berbatasan dengan banyak negara. Sebut saja Kazakhstan, Tajikistan, Rusia, Mongol, Pakistan, Afghanistan dan India. Nah, sebagian orang Uighur mendirikan sebuah gerakan sparatis yang dinamakan East Turkestan Islamic Movement (ETIM).
Tujuan gerakan ini melepaskan diri dari China, dengan slogan agama sebagai alasannya.
Kelompok ETIM inilah yang berdekatan dengan Alqaedah, Taliban bahkan ISIS. Sebagian tentara teroris disuplai oleh orang dari Uighur. Bahkan di China sendiri beberapa kali terjadi aksi teroris yang didalangi ETIM yang ujungnya menyebabkan konflik rasial, khususnya dengan suku Han.
Karena persoalan inilah pemerintah China mengawasi orang-orang Uighur secara ketat. Sebetulnya tidak semua penduduk Uighur radikal begitu. Hanya sebagian kecil saja. Tapi mereka memang terikat kekeluargaan dengan yang lain. Inilah yang membuat pemerintah China mencurigai keluarga-keluarga teroris yang masih berada di Xianjiang. Mereka yang keluarganya diketahui bergabung dengan teroris di Afghanistan, Suriah, atau Irak akhirnya terkena dampak. Diawasi secara ketat.
Untuk menangani gerakan sparatis di Uighur, China sudah menjalankan kebijakan asimilasi. Anak-anak Uighur diajar bahasa Mandarin agar mereka bisa berkomunikasi dengan warga lain. Juga bekerja di pemerintahan. Mungkin juga didoktrin kembali dengan ideologi negara. Inilah yang menjadi isu soal kamp konsentrasi dimana jutaan warga Uighur wajib menjalani metode pembelajaran.
Tapi mungkin saja, dalam proses itu ada kekerasan. Sebab ada sentimen rasial dari suku Han yang sering menjadi korban kekerasan oleh ETIM tadi. Pengawasan pada gerakan ekstrim Uighur menyebabkan sebagian penduduknya mengalami tekanan pemerintah China.
Artinya China lebih berkepentingan menangani gerakan sparatis yang membahayakan wilayahnya ketimbang memberangus warganya yang beragama Islam. Penanganan Uighur bukan karena agamanya. Tapi karena semangat sparatisnya.
Coba saja lihat. Etnis Hui yang juga beragama Islam hidupnya biasa saja di China. Masjid dan mushola banyak berdiri. Acara keagamaan bebas dilaksanakan. Tidak ada tekanan terhadap aktifitas ibadah mereka. Islam etnis Hui bebas berkembang di China.
Karena orang Hui tidak bermimpi untuk mengibarkan gerakan sparatis seperti Uighur. Corak keislaman etnis Hui mirip NU di Indonesia. Banyak mengikuti ajaran tarekat dan sufisme. Mereka menyatu dengan kebanyakan rakyat Tiongkok.
Berbeda dengan etnis Uighur yang terimbas pola pikir ekstrimis.
Lalu kenapa isu Uighur sekarang meledak? Kita ingat, AS lagi angot-angotnya dengan China. Mereka terlibat perang dagang yang keras. Nah, isu Uighur ini bisa digunakan untuk menekan China. Meskipun mereka juga tahu, Uighur adalah salah satu supplier teroris dunia. Dengan diangkat isu Uighur ini, akan ada tekanan dunia internasional khususnya dari negara-negara Islam kepada China.
Sebetulnya pemerintah China punya andil juga menjadikan sebagian etnis Uighur bertindak radikal. Dulu saat Uni Sovyet menyerang Afghanistan, China ikut membiayai Taliban untuk menahan ekspansi Sovyet. Sebagian pejuang Taliban juga berasal dari Uighur.
Seperti biasa, isu Uighur juga makanan empuk di Indonesia. Maka, ramai-ramai lah orang berteriak membela Uighur lalu menuding pemerintah China memerangi Islam. Sama persis, mereka juga berteriak Save Aleppo, justru ketika para teroris sedang digencet pasukan Suriah di Aleppo.
China memang menangani agak keras etnis Uighur. Tapi kita tidak mendengar ada pembantaian. Berbeda dengan Saudi terhadap Yaman. Rakyat Yaman dibantai. Distop jalur makanannya. Dihujani bom. Jutaan anak Yaman kelaparan. Jutaan nyawa rakyat melayang. Masjid dan madrasah hancur di Yaman.
Tapi pernahkah kita mendengar slogan Save Yaman di Indonesia? Pernahkah kita mendengar protes AS di PBB atas aksi brutal koalisi Saudi di Yaman? Pernahkah ada demo kedutaan Saudi memprotes kebengisannya terhadap rakyat Yaman?
Gak pernah. Karena isu Yaman gak menguntungkan AS untuk dimainkan. Oleh sebab itu, isu tersebut juga gak direspon di Indonesia. Apalagi isu Yaman tidak bisa digunakan untuk menembak Jokowi.
“Warga Yaman, kan semua Islam, mas. Kenapa mereka gak membela? Toh, Yaman maupun Uighur sama-sama manusia. Mestinya kan dibela,” tanya Abu Kumkum.
“Mereka sebetulnya gak peduli pada Islam atau pada penderitaan manusia, Kum. Mereka hanya peduli pada agendanya saja.”
“Karena isu Yaman gak bisa digunakan untuk cari sumbangan, ya mas?”.
Pimteeerrr...
by Eko Kuntadhi
https://www.facebook.com/803774136380640/posts/2848049061953127/
Thursday, June 7, 2018
KELOMPOK SAKIT JIWA YANG NGEBET BERKUASA

KELOMPOK SAKIT JIWA YANG NGEBET BERKUASA
Di negeri
ini ada sekelompok orang aneh, kelompok sakit jiwa tapi ngebet
sekali pingin berkuasa. Mereka teriak �Ganti Presiden� tapi
bingung jika ditanya siapa kader mereka yang dicintai rakyat
dan layak jadi presiden. Mereka gemar sebar fitnah, hoax, isu
SARA dan ujaran kebencian tapi justru merasa sedang
menjalankan perintah agama. Mereka mengaku sebagai
pejuang agama tapi perilaku dan tindakannya jauh dari nilai
agama bahkan aksi dan sepak terjangnya justru malah semakin
sukses mempermalukan agama jadi bahan tertawaan. Mereka
mengaku beragama tapi mulut fasih memaki �bangsat, anjing,
babi, halal darahnya�.
Hanya soal kaos �Ganti Presiden� saja
mereka tega mempersekusi ibu dan anak di acara CFD. Tapi
bukannya mengakui, menyesali dan meminta maaf atas insiden
memalukan itu namun mereka justru balik memfitnah bahwa ibu
dan anak itu adalah penyusup yang melakukan akting dan
rekayasa untuk menyudutkan mereka. Mereka suka mendzalimi
tapi justru memutar balik fakta dan gantian teriak merasa
sebagai pihak yang didzalimi.
Bayangkan bagaimana jika
orang-orang licik dengan kwalitas rendahan semacam ini bisa
berkuasa di negeri ini? Pastilah ini bakal jadi bencana dan
kemalangan besar bagi bangsa ini. Jika saat kampanye saja
mereka sekasar, sebarbar dan seprimitif ini maka bagaimana
jika mereka memegang amanah dan tanggung jawab besar
dalam pengelolaan negara dengan anggaran ribuan trilyun?
Pastilah bakal segera hancur nasib negara ini.
Ideologi konflik,
politik identitas, politik kebencian, isu SARA, primordialisme,
radikalisme dan sentimen agama adalah alat utama agar
mereka bisa berkuasa di negeri ini. Tempat ibadah dijadikan
ajang kampanye, propaganda, sarana menghasut massa, ajang
caci maki dan menyebar kebencian. Bagi mereka asal Anda
bisa bertakbir sambil memaki Jokowi, pemerintah dan kyai NU,
Anda sudah akan langsung disebut ulama tanpa harus susah
payah menimba ilmu agama di pondok pesantren selama
puluhan tahun. Instan, cepat dan setengah gila !!
Tidak ada
program, misi visi dan prestasi kerja nyata yang bisa mereka
tawarkan selain hanya politik adu domba, siasat pecah belah
dan penyebaran fitnah dan kebencian saja yang mampu mereka
lakukan. Hanya itu yang mereka bisa lakukan karena
sesungguhnya hanya itulah hal yang mereka punya. Hanya
kebencian yang bisa mereka tunjukkan karena hanya itulah
yang ada dalam hati dan pikiran mereka. Parahnya ajaran
radikal mereka sudah merasuk cukup dalam mulai dari sekolah
TK, SD, SMA, Perguruan Tinggi, BUMN hingga instansi-instansi
negara.
Fungsi oposisi yang mereka jalankan bukanlah oposisi
yang cerdas, berkwalitas, berimbang, profesional dan punya
kontribusi untuk negara melainkan sekedar libido berkuasa dan
hasrat menjegal lawan dengan segala cara. Mereka tidak
pernah berpikir untuk mengabdi dan melayani demi kebaikan
bangsa melainkan hanya ambisi berkuasa bagi kelompoknya
saja. Setiap saat mereka sibuk mencari dan menyebarkan isu,
hoax dan fitnah baru untuk menjatuhkan pemerintahan.
Mereka
teriak isu kebangkitan PKI padahal yang sebenarnya bangkit
adalah kelompok radikal dan sel-sel teroris. Mereka teriak isu
serangan tenaga kerja asing padahal tenaga kerja Indonesia
lebih banyak yang kerja di luar negeri dan disana tidak ada
seruan �serangan tenaga kerja Indonesia�. Mereka teriak soal
hutang luar negeri padahal rasio hutang kita sehat dan memiliki
peringkat bagus sebagai negara tujuan investasi. Mereka teriak
Jokowi anti Islam padahal pemerintah sekedar anti radikalisme
dan kampretisme yang membahayakan kedamaian, kerukunan
dan kesatuan bangsa.
Jokowi tidak pernah korupsi sapi, tidak
pernah culik orang, tidak pernah bakar sekolah dan tidak
pernah bikin chat porno tapi dibenci setengah mati bagaikan
setan saja. Sementara yang korupsi sapi, yang pernah culik
orang dan yang bikin chat mesum justru dibela layaknya orang
suci. Yang bersih, jujur dan mengabdi untuk rakyat malah
dimusuhi sementara yang ga jelas manfaat dan jasanya bagi
negara justru disanjung puji bagai pahlawan.
Mereka seringkali
lebih sok peduli pada bangsa lain daripada terhadap bangsa
sendiri. Mereka ngamuk ketika ada warga Palestina terusir tapi
diam seribu bahasa saat negeri sendiri diguncang teror bom
yang menewaskan banyak orang. Mereka bikin demo membela
pemain sepakbola negara lain yang kebetulan seagama hanya
karena urusan sepele yaitu cedera dalam permainan tapi diam
seribu bahasa saat komunitas Ahmadiyah di negeri ini diserang,
diusir, dirusak, dibakar bahkan dibunuh oleh kelompok mereka.
Saya rasa hanya orang gila saja yang membawa urusan
olahraga ke ranah agama dan politik. Hanya orang sinting saja
yang menganggap satu orang atlet sepak bola luar negeri
sebagai representasi umat Islam sedunia yang harus dibela,
disakralkan dan tidak boleh disenggol sampe cedera padahal
cedera dalam olahraga adalah hal yang wajar dan biasa.
Sungguh memalukan, sampai sekonyol dan segoblok itulah
sikap mereka dalam beragama.
Mereka juga lebih bangga
dengan negara lain tapi justru merendahkan negerinya sendiri.
Mereka menyanjung puji pemimpin negara lain seperti Raja
Arab dan Presiden Turki tapi justru mencaci maki Presiden
sendiri. Padahal jika Jokowi punya kebijakan seperti Raja Arab
dan Presiden Turki pasti sudah ada ribuan dari mereka yang
masuk penjara atau kehilangan kepalanya karena dianggap
melawan negara atau menghina kepala negara.
Anehnya lagi,
mereka demo ketika ada satu warga Palestina yang tewas
dibunuh Israel tapi diam seribu bahasa saat ada 10.000 warga
Yaman yang tewas dibantai militer Arab Saudi. Jika
pembantaian dilakukan oleh sesama orang Islam mereka diam
saja. Mereka sama sekali bukan pembela kemanusiaan
melainkan sekedar budak, kacung atau bahkan zombie yang
memperjuangkan ego dan ambisi kelompoknya saja.
Para tokoh,
ormas dan partai mereka tidak pernah mengutuk aksi terorisme
seakan teroris adalah bagian dari mereka sendiri yang wajib
dilindungi. UU revisi terorisme diganjal dan terkatung-katung
selama 2 tahun di Senayan dan baru disahkan setelah ada
banyak korban tewas akibat ulah barbar para teroris, desakan
masyarakat dan ultimatum dari Presiden yang akan terbitkan
Perppu untuk memberantas terorisme.
Mereka bahkan teriak
HAM bagi para pelaku teror tapi tidak pernah memikirkan HAM
para korban teror dan masyarakat lain yang terancam hak
hidupnya. Wakil Ketua MPR dari partai mereka bahkan usul
pelaku teror ditembak pake peluru bius saja seolah para teroris
itu juga nge-bom nya hanya pake bom bius saja.
Mereka ngamuk
dan bikin demo berjilid-jilid saat ada pejabat publik yang bilang
�jangan mau dibodohin pake......� tapi justru diam dan bahkan
membela saat ada penistaan lebih parah yang dilakukan oleh
kelompok mereka sendiri dengan perkataan �Prabowo titisan
Allah SWT�. �Nabi Muhammad gagal mewujudkan rahmatan lil
alamin� dan �Kitab suci adalah fiksi.� Mereka rame-rame demo
saat ada musisi yang terlibat video porno tapi diam saja saat
ada anak / keponakan majikannya yang terlibat video porno.
Mereka juga diam saja bahkan malah membela soal kasus chat
mesum dan foto porno yang melibatkan junjungannya.
Mereka
sangat mudah mengkafirkan orang lain dan menganggap
mereka yang tak sepaham dengan kelompoknya sebagai sesat,
munafik, halal darahnya dan bakal masup neraka. Mereka
berlagak sok suci dan sok benar sendiri padahal kelakuan,
etika, adab dan sopan santunnya kadang malah di bawah rata-
rata. Menyembah sandal jepit dan ember pecah tapi tidak
membunuh orang lain bagi saya adalah lebih baik daripada yang
mengaku menyembah Tuhan Yang Maha Pengasih tapi malah
tega membunuh sesama manusia.
Mereka bilang Pancasila
haram tapi justru menganggap air pipis onta dan minum air
bekas olahan tinja adalah halal. Mereka bilang demokrasi haram
tapi tidak pernah mengecam aksi penipuan trilyunan duit
puluhan ribu calon jemaah umroh dan gubernur yang korupsi 6
milyar hanya karena pelakunya termasuk bagian dari kelompok
mereka sendiri. Mereka bilang mengucap selamat hari raya
agama lain haram tapi tidak pernah ada kutukan dan fatwa
sesat untuk terorisme seolah terorisme itu halal.
Mereka takut
dengan patung dan simbol agama lain tapi tidak takut dosa
karena bikin hoax dan fitnah. Mereka berfatwa bahwa ngopi di
Starbucks bakal masup neraka. Ada juga yang berfatwa bahwa
yang percaya bumi bulat bakal masup neraka tapi tak ada
satupun ustadz mereka yang berfatwa bahwa pelaku terorisme
yang sudah membunuh banyak orang bakal masup neraka.
Bahkan ustadz mancung sendiri bilang bahwa bisa saja Imam
Samudra yang sudah bunuh 200 orang malah masuk sorga.
Saya rasa hanya orang bodoh saja yang percaya bahwa
membunuh bisa mendapat grand prize sorga. Mirisnya lagi yang
model gini malah banyak pengikutnya.
Mereka bilang Jokowi
kafir tapi justru bilang ISIS yang hobi perkosa, hobi bunuh dan
hobi penggal kepala sebagai sesama saudara yang tidak boleh
dihujat dan dimusuhi. Bahkan teroris Santoso yang pernah
gorok leher seorang petani tua justru dianggap sebagai
pahlawan yang mayatnya tersenyum dan wangi bau sorga.
Parahnya lagi pendukung terorisme semacam ini bisa duduk di
Senayan sebagai wakil rakyat dan pembuat undang-undang.
Jika sudah begini maka Indonesia mungkin akan segera
berubah menjadi Indonistan.
Mereka bikin acara �Peluk Aku� di
CFD agar orang bersimpati pada mereka. Padahal justru
merekalah yang seharusnya bersimpati dan memeluk keluarga
para korban bom teror. Mereka juga bikin film �Power of Love�
untuk mendokumentasikan peristiwa demo yang didalamnya
penuh ujaran kebencian seperti �Bunuh, gantung, bakar,
penggal, salib, penjarakan dll�. Sungguh aneh, mereka tidak
mau menunjukkan rasa simpati, cinta dan kasih sayang terlebih
dahulu tapi menuntut agar dicintai dan disayangi.
Saat aksi
demo di DKI mereka mengajari anak-anak kecil di bawah umur
untuk ikut demo bahkan teriak dan nyanyi �Bunuh, Bunuh�. Tapi
saat ada keluarga religius yang menjadi pelaku teror bom bunuh
diri di Surabaya mereka malah bilang �Teroris tak beragama�.
Mereka selalu menyangkal, berdalih, menyalahkan pihak lain
dan cari alasan dengan mengatakan bahwa aksi teror hanyalah
rekayasa dan pengalihan isu saja tanpa memikirkan bagaimana
perasaan keluarga para korban teror. Lebih parah lagi mereka
selalu cuci tangan dan mencari kambing hitam bahwa ini adalah
konspirasi polisi, aparat, pemerintah hingga Amerika,
Freemason, Illuminati, Aliens, agen CIA, agen Zionis hingga
agen togel dan agen elpiji segala.
Mereka nyinyir soal anggaran
tim BPIP sebesar 6 milyar tapi diam saja dengan anggaran
TGUPP sebesar 28 milyar. Padahal tim BPIP memiliki amanat
dan tanggung jawab besar untuk seluruh negara dalam
mengawal Pancasila dan terdiri dari tokoh-tokoh kompeten
seperti mantan Presiden, mantan Wapres, pemimpin ormas
agama terbesar (NU), ketua majelis ulama dll. Sementara tim
TGUPP hanya bertugas untuk satu wilayah DKI saja dan itupun
terdiri dari orang-orang yang ga jelas dan ga jelas pula kerja,
tugas dan manfaatnya selain hanya jadi penggembira dan tim
hore saja.
Pejabat publik yang kompeten, profesional, jujur,
bersih dan anti korupsi dibenci dan dijatuhkan hanya karena
alasan beda agama. Sementara yang ga becus kerja dan suka
bagi-bagi jatah duit rakyat buat kelompoknya tetap dibela hanya
karena dianggap seiman. Tapi yang bersih, jujur, anti korupsi
dan seiman seperti Jokowipun akan tetap dibenci, dimusuhi dan
berusaha dijatuhkan hanya karena tidak sepaham dengan
mereka dan tidak mendukung agenda besar mereka untuk
mengubah dasar negara dan menjadikan NKRI sebagai Negara
Agama.
Sungguh lucu, konyol, menggelikan sekaligus
menyedihkan saat kita melihat ada sekumpulan orang sakit jiwa
yang ngebet berkuasa dengan menghalalkan segala cara.
Mereka merasa paling benar dan paling suci dengan menafikan
pihak lain. Apapun akan dilakukan hanya agar kelompoknya
bisa berkuasa meskipun itu harus menjual martabat dan
kehormatan dirinya. Jangankan kehormatan dirinya, bahkan
martabat bangsa, Tuhan dan agamapun juga siap mereka jual
dan gadaikan.
Bagi mereka �politik identitas & politik
kebencian� adalah komoditas yang harus bisa mereka
manfaatkan sebesar-besarnya demi tujuan & kepentingan
mereka. Mereka bersembunyi dibalik logika absurd boleh
�membenci karena Tuhan� seolah Tuhan adalah Maha
Pembenci yang memerintahkan mereka untuk juga menjadi
kaum pembenci. Ideologi kebencian yang sudah
meluluhlantakkan banyak negara di Timur Tengah ini ingin
dibawa kesini untuk menghancurkan negeri ini. Dan mereka
akan terus membenci sampe grup band Metallica bikin album
religi.
Mabok dogma memang bisa bikin orang kehilangan akal
sehat dan hati nuraninya. Bahaya dari racun ideologi
Kampretisme yang berkembang di masyarakat saat ini bisa
membuat kita kehilangan nalar, jati diri dan sifat kemanusiaan
kita. Bangsa ini bakal hancur, pecah, terpuruk dan ngesot
mundur ke belakang jika para Kampreters ini berkuasa. Jika
silent majority yang waras diam saja menyaksikan semua
kekonyolan ini maka akan lebih cepat lagi bangsa ini runtuh dan
kembali ke pola pikir dan peradaban ala abad pertengahan.
Mereka tidak mau mengakui kinerja bagus Presiden dalam
membangun infrastruktur tapi malah mengklaim hasil kerja
tersebut sebagai prestasi dari tokoh kelompok mereka yang
sebenarnya ga kerja apa-apa. Jokowi yang kerja tapi mereka
berterima kasihnya sama Aher. Ahok yang kerja tapi mereka
klaim sebagai prestasi Anies. Jokowi yang sibuk kerja
pontang-panting siang malam demi kesejahteraan negara tapi
mereka justru mengidolakan Erdogan presiden Turki yang ga
ada jasa dan hubungannya sama sekali dengan mereka.
Mereka
teriak anti aseng tapi sebar proposal ngemis duit THR pada
para pengusaha. Saat ketahuan, mereka jadi malu dan bilang
itu cuma buat lucu-lucuan. Padahal kenyataannya di lapangan
jika hal itu tidak dipenuhi maka biasanya akan muncul
perusakan, ancaman dan intimidasi. Mereka teriak anti kapir
tapi tidak malu terima gaji dan THR dari boss dan majikannya
yang katanya kapir.
Mereka teriak anti kapir tapi tidak malu
sehari-hari pake produk hasil ilmu pengetahuan dan tehnologi
bangsa kapir. Hampir semua tehnologi dan fasilitas yang kita
gunakan saat ini (seperti telepon, internet, mobil, motor,
televisi, listrik dll) adalah jasa, sumbangsih, ide dan karya dari
bangsa kapir. Jadi nikmat kapir manakah yang mereka
dustakan?
Mereka getol teriak �Ganti Presiden� tapi tidak malu
mudik lewat jalan tol yang dibangun oleh Presiden. Tapi karena
bukan Presiden Turki maka semua jasa dan jerih payah ini tidak
bakalan mereka akui. Ini bukan saja tidak tahu malu, tidak tahu
diri, tidak tahu bersyukur, tidak tahu balas budi dan tidak tahu
terima kasih tapi memang sudah sakit jiwa akut sejak dari
sononya. Sakit jiwa yang diridloi Tuhan katanya. Tuhan kok
paranoid, begitu jawaban saya....
Salam Waras nan Tak Kunjung
Datang
#2019 Ganti Otak Kampret
copas dr FB