Latest News

Selengkapnya Diteruskan DI NEWS.TOPSEKALI.COM

Showing posts with label Lawan Covid-19. Show all posts
Showing posts with label Lawan Covid-19. Show all posts

Monday, March 15, 2021

Menkes Budi Gunadi: Enggak Ada Pandemi yang Selesai Setahun (1), Pasti 5-10 Tahun

*Menkes Budi Gunadi: Enggak Ada Pandemi yang* 
*Selesai Setahun (1), Pasti 5-10 Tahun*
*Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin menghadiri pemberian vaksinasi pada 2.500 lansia secara gratis oleh Keluarga Besar Kolese Kanisius Jakarta di area sekolah Kolese Kanisius, Menteng Raya, Jakarta Pusat, Selasa 9 Maret 2021. Penyuntikan vaksin covid-19 secara gratis oleh Keluarga Besar Kolese Kanisius Jakarta tersebut dimulai Senin (8/3/2021) hingga Sabtu 13 Maret 2021.*

TEMPO CO, Jakarta - Menteri Kesehatan atau Menkes Budi Gunadi Sadikin mengatakan studi ilmiah menunjukkan tidak ada pandemi dan epidemi global yang berakhir dalam kurun waktu setahun. Termasuk pandemi Covid-19. Untuk itu, kata dia, pandemi selalu menuntut perubahan perilaku masyarakat.

*"Pandemi itu enggak ada yang selesai setahun, pasti lima tahun, sepuluh tahun, secara ilmiah begitu," ujar Budi dalam dialog yang digelar Kagama UGM bertajuk “Aku Siap Divaksin” secara daring, Ahad, 14 Maret 2021.*

Cara utama mengatasi pandemi, kata Budi, selalu sama yakni dengan mengurangi laju penularan. 

Dalam hal ini, kata dia, ada empat strategi rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Pertama, menjalankan protokol kesehatan. 

*Kedua, strategi surveillance, yakni mendeteksi siapa yang terinfeksi, kemudian menelusuri lagi siapa yang telah tertular, lalu diisolasi*. 

Upaya ini dilakukan pemerintah dengan menerapkan strategi 3T, yakni Testing, Tracing, dan Treatment.

Ketiga, vaksinasi Covid-19 dengan skema prioritas berbasis risiko. 

Dan keempat, perawatan yakni ketersediaan rumah sakit dan lainnya. 

*"Jadi, nomor satu, tolong taati protokol kesehatan. Vaksin itu nomor tiga. Empat strategi ini harus dijalankan bersamaan," ujar Budi.*

Untuk itu, Budi tak bosan mengingatkan masyarakat bahwa protokol kesehatan tetap sangat penting meskipun vaksinasi sudah berjalan. 

Semakin rendah laju penularan, semakin berkurang pula beban fasilitas kesehatan, fatality rate semakin menurun.

*Berdasarkan data statistik di seluruh dunia, kata Budi, tercatat dari 100 orang yang terinfeksi Covid-19, 80 persen sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan.* 

Sedangkan 20 persen masuk rumah sakit dengan rincian 5 persen masuk ruangan intensive care unit (ICU), dan yang fatality rate 2 persen.

Menurut Menkes, banyak penyakit lain yang lebih tinggi fatality rate-nya daripada Covid-19. Misalnya kanker paru ataupun tuberkulosis. 

*“Jadi setiap kali pandemi sebenarnya dari dulu sampai sekarang cara menanganinya sederhana, bagaimana kita bisa mengurangi laju penularan agar mampu kapasitas layanan kesehatan kita menangani,” tuturnya.*
Reporter : Dewi Nurita
Editor : Syailendra Persada
Source: https://nasional.tempo.co/read/1442155/menkes-budi-gunadi-enggak-ada-pandemi-yang-selesai-setahun-pasti-5-10-tahun#.YE6K0OZCmJY.whatsapp
Minggu, 14 Maret 2021 18:58 WIB

Friday, February 19, 2021

PRESIDEN: VAKSINASI MANDIRI DILAKSANAKAN AWAL MARET

*PRESIDEN: VAKSINASI MANDIRI* 
*DILAKSANAKAN AWAL MARET*
Selambatnya, awal Maret 2021, vaksinasi mandiri sudah bisa dilaksanakan. Dengan vaksinasi mandiri, upaya mewujudkan herd immunity atau imunitas kelompok akan lebih cepat terwujud di samping mengurangi beban APBN. Pemerintah masih menggodok sejumlah regulasi agar pelaksanaan vaksin mandiri memberikan manfaat optimal kepada masyarakat yang kini didera pandemi Covid-19.

“Mudah-mudahan, akhir Februari atau selambatnya awal Maret 2021, vaksinasi mandiri sudah bisa dilaksanakan,” kata Presiden Joko Widodo dalam diskusi dengan sejumlah pemimpin redaksi media nasional di Istana Negara, Rabu (17/2/2021).

Pada pertemuan yang dihadiri Menteri Sekretaris Negara Pratikno itu, Presiden menjelaskan juga tentang pentingnya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) skala mikro, pemilihan kepala daerah (Pilkada) 2024 dan demokrasi yang beradab di sosial media.

Pelaksanaan vaksinasi mandiri masih menunggu datangnya vaksin Sinopharm, Moderna, Pfizer, dan AstraZeneca. Saat ini, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia memberikan nama-nama perusahaan yang bersedia membeli vaksin mandiri. Ketika tiba, vaksin gotong royong itu langsung didistribusikan kepada perusahaan yang memesan.

“Vaksinasi mandiri dilaksanakan oleh rumah sakit yang tidak ditunjuk melakukan vaksinasi gratis,” jelas Presiden.

Selain itu, pengadaan vaksin Covid-19 di Indonesia hanya boleh dilakukan oleh PT Bio Farma. Hanya BUMN ini yang diberikan kewenangan untuk mengimpor. Kebijakan ini dimaksudkan untuk mencegah pemalsuan vaksin dan kebocoran. Vaksin mandiri diperoleh rumah sakit dari Bio Farma.

“Perusahaan yang membeli vaksin gotong royong dari Bio Farma nantinya melakukan vaksinasi gratis kepada karyawan dan keluarganya. Selain itu, rumah sakit boleh melayani pasien di luar karyawan dan keluarga perusahaan yang mensponsori,” papar Presiden.

Peran swasta dalam vaksinasi mandiri, demikian Presiden, sangat penting untuk mewujudkan herd immunity atau imunitas kelompok. Dengan peran swasta dalam vaksinasi gotong royong, beban APBN bisa dikurangi dan masa vaksinasi bisa diperpendek hingga kurang dari satu tahun.

Enam Prinsip

Pada diskusi dengan para pemimpin redaksi nasional, Rabu (17/2/2021) malam, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan siap melaksanakan arahan Presiden Jokowi untuk vaksinasi mandiri. Agar vaksinasi gotong royong berjalan sesuai harapan, pemerintah masih mematangkan sejumlah regulasi.

Pertama, merek vaksin mandiri harus berbeda dengan merek vaksin gratis. Pemerintah harus memastikan bahwa vaksinasi gotong royong tidak mengganggu pasokan vaksin gratis. Untuk merek Sinovac, kata Menkes, pemerintah menargetkan 125 juta. Jumlah ini tidak boleh berkurang.

“Bila Sinovac dibolehkan untuk vaksin mandiri, bisa jadi jatah untuk yang gratis berkurang karena pengusaha berani membeli lebih mahal. Ini tidak boleh terjadi,” jelas Menkes.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin bicara kepada wartawan saat meninjau pelaksanaan vaksinasi Covid-19 di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, 17 Feb. 2021. (JG Photo/Yudha Baskoro)

Perbedaan merek vaksin juga penting untuk menghindari kebocoran. Menkes memberi contoh tentang BBM bersubsidi, di mana selama ini premium bocor ke pihak yang tidak berhak karena sama-sama dijual di SPBU. Solar bersubsidi juga bocor. Penyaluran pupuk juga bocor.

“Untuk mencegah terjadi terjadinya kebocoran, KPK justru yang menyarankan bahwa sebaiknya vaksin mandiri jangan sama dengan vaksin gratis,” ungkap Budi.

Kedua, vaksin mandiri harus diimpor oleh Bio Farma. Tidak boleh diimpor oleh pihak mana pun.

“Vaksin ini diberikan ke rakyat banyak. Kualitasnya harus dijaga ketat. Di luar negeri sudah banyak vaksin palsu. Adalah tugas pemerintah untiuk memastikan bahwa vaksin ini yang disuntikkan adalah vaksin asli,” jelas Menkes.

Ketiga, vaksin gotong royong hanya boleh dibeli oleh korporasi untuk diberikan gratis ke karyawan dan keluarganya.

“It is not to do vaccine as a business. This is to help all Indonesians to get access to the vaccine faster,” jelas mantan Dirut PT Mandiri Tbk itu.

“Jadi, filosofinya begitu. Ini bukan buat bisnis vaksin. Kita membantu agar rakyat bisa mendapat vaksin lebih cepat dengan menggunakan jalur-jalur swasta. Masalah vaksin ini sensitif sekali,” papar Budi.

Keempat, supaya tidak kelihatan jump the queue, atau menyerobot orang yang sedang antre, vaksin mandiri diberikan sesudah vaksin untuk tenaga publik, vaksin ke penduduk lansia, dan vaksin kepada penduduk miskin dan hampir miskin Penerima Bantuan Iuran (PBI) mulai didistribusikan. Vaksin gotong royong harus diberikan sesudah vaksin buatan Tiongkok masuk Indonesia.

Ada empat vaksin gratis, yakni Sinovac (kerjasama Bio Farma dan RRT), Novavax dati AS, Pfizer dari Amerika-Jerman, dan AstraZeneca dari Inggris. Diharapkan, vaksin dari negara lain selain RRT segera masuk ke Indonesia.

Kalau nanti ada vaksin mandiri bukan vaksin buatan Tiongkok, kemungkinan besar masalah tidak ada karena warga penerima vaksin gratis juga sudah disuntikkan dengan vaksin non-RRT.

“Mudah-mudahan, dalam enam bulan ke depan, yang gratis dari GAVI masuk ke Indonesia,” jelas Menkes. GAVI, atau Global Alliance for Vaccine and Immunization, berencana memberi vaksin gratis hingga 20% dari total populasi. Tahap pertama, yang pasti dari GAVI adalah 3% dari populasi atau 18 juta. Ada peluang untuk mendapat hingga 20% atau 108 juta dari Gavi.

Kelima, semua vaksin mandiri harus menggunakan database pemerintah. “Semua satu data supaya bisa track mana warga yang sudah divaksinasi dan mana yang belum,” ujar Menkes.

Keenam, vaksin mandiri tidak menghilangkan hak warga untuk mendapatkan vaksin gratis. Pemerintah harus memastikan bahwa setiap warga tidak kehilangan hak untuk mendapatkan vaksinasi gratis. Setiap warga Indonesia punya pilihan untuk vaksin gratis atau vaksin mandiri.

Selain Sinovac, Novavax, Astrazeneca, Pfizer, dan Moderna, pemerintah lewat Bio Farma juga memesan vaksin Johnson & Johnson. Saat ini, Bio Farma sedang mempersiapkan produksi vaksin Merah-Putih yang 650 dibuat di dalam negeri.

Amankan 550 Juta

Menkes mengatakan, untuk pengadaan vaksin, pemerintah sudah mendapatkan komitmen dan opsi dari empat perusahaan, masing-masing Sinovac 125 juta dosis dengan opsi 100 juta dosis, AstraZeneca 50 juta dosis dengan opsi 50 juta dosis, Novavax 50 juta dosis dengan opsi 80 juta, dan Pfizer 50 juta dosis dengan opsi 50 juta dosis. Total ada komitmen 270 juta dosis dan ada opsi untuk membeli 280 juta dosis lagi.

“Jadi, sudah ada 555 juta dosis di tangan. Ada peluang dari Gavi 108 juta dosis dan sejumlah merek lainnya. Paling tidak, vaksin untuk penyuntikan dua kali 182 juta sudah aman,” kata Budi.

Kebutuhan vaksin untuk warga berusia di atas 18 tahun sebanyak 188 juta orang. Setelah dikurangi yang sakit dan komorbid tinggal 181 juta. Dengan asumsi dua kali suntik plus 15%, maka total kebutuhan 426 juta dosis.

Menkes mengakui, pertarungan untuk mendapatkan vaksin saat ini sangat ketat karena penduduk dunia mencapai 7,8 miliar. Dengan asumsi 70% penduduk yang perlu divaksin, maka ada 5,5 miliar warga bumi yang membutuhkan vaksin. Dengan dua kali suntik, maka dibutuhkan 11 miliar dosis.

Kapasitas produksi vaksin dunia setahun cuma 6,2 miliar dosis, sedang kebutuhan 11 miliar dosis. Ini belum termasuk vaksin lain untiuk anak-anak, yakni vaksin polio, difteri, rubella, dan sebagainya.

“Dunia harus menunggu 3,5 tahun untuk bisa vaksinasi. Sedang Presiden Indonesia menargetkan 12 bulan selesai vaksin,” pungkas Budi.

Source : https://www.beritasatu com/amp/kesehatan/734657/presiden-vaksinasi-mandiri-dilaksanakan-awal-maret?__twitter_impression=true
Selingan setelah membaca artikel, cape dapat mendengar di bawah ini 👂👩👇
*Nia Daniaty* - Seleksi Lagu Terbaik Sepanjang Karir - HQ Audio !!!
*Catet: Sepanjang Putaran Lagu Anti Intrupsi Iklan*
*LAGU.IniOK.com*

Wednesday, February 17, 2021

Catat ! Ini Aturan Pemberian Vaksin COVID-19 Pada Lansia

 
*Catat ! Ini Aturan Pemberian Vaksin COVID-19 Pada Lansia*
*Jakarta-Kelompok lansia atau orang yang berusia 60 tahun ke atas sebentar lagi akan divaksinasi* COVID-19. Program vaksinasi tahap kedua ini dilakukan seiring dengan hampir terlaksananya pemberian vaksin Corona kepada kelompok tenaga kesehatan.
Ada sekitar 21 juta orang lansia akan menjadi sasaran vaksinasi tahap kedua yang rencananya akan dimulai akhir Februari 2021. Kelompok lansia dipilih sebagai prioritas vaksin karena mereka lebih rentan saat terinfeksi COVID-19.

*Tak sama seperti pemberian vaksin pada kelompok lain, usia lansia akan mendapatkan perlakuan* khusus. Salah satunya soal interval jarak pemberian dosis pertama dan kedua vaksin Corona, yakni 28 hari. Pada kelompok usia dewasa lainnya, interval pemberian adalah 14 hari.

*"Untuk tekanan darah dan suhu, sama dengan kategori lain, yaitu suhunya mesti 37,5* derajat Celcius ke bawah dan tekanan darahnya tidak boleh lebih dari 180/110 mmHg. Yang berbeda adalah yang berkaitan dengan kondisi fisik, ada tambahan pertanyaan pada tahapan wawancara terkait hal itu sebelum dilakukan penyuntikan kepada lansia. Ini wujud aspek kehati-hatian," ujar juru bicara vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan, dr Siti Nadia Tarmizi.

*Ada beberapa pertanyaan lain yang akan diajukan untuk kelompok lansia sebelum terima vaksin,* yakni:

*1.Apakah mengalami kesulitan untuk naik 10 anak tangga?*

*2.Apakah sering merasa kelelahan?*

*3.Apakah memiliki paling sedikit 5 dari 11 penyakit* (Hipertensi, diabetes, kanker, penyakit paru kronis, serangan jantung, gagal jantung kongestif, nyeri dada, asma, nyeri sendi, stroke dan penyakit ginjal)?

*4.Apakah mengalami kesulitan berjalan kira-kira 100 -200 meter?*

*5.Apakah mengalami penurunan berat badan yang bermakna dalam setahun terakhir?*

*"Jika ada tiga atau lebih yang dijawab 'iya' oleh calon penerima vaksin lansia, maka vaksin tidak* dapat diberikan. Demi lancarnya proses ini, kepada calon penerima vaksinasi diharapkan memberikan keterangan sesuai dengan kondisi sebenarnya," terang dr Nadia.

*"Itu juga agar bisa memberikan efek vaksin yang maksimal dan memperkecil risiko terjadinya* Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi atau KIPI yang serius," pungkasnya.


Source : https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-5375293/catat-ini-aturan-pemberian-vaksin-covid-19-pada-lansia

Lansia akan mendapatkan perlakuan khusus terkait vaksinasi COVID-19. Selain interval dosisnya lebih panjang, yakni 28 hari, skrining juga akan lebih ketat.
*Berita Actual Dan Terpercaya,Perlu Anda Baca Segera Di *

Saturday, February 13, 2021

Kisah Nyata Saat Diketahui Terserang Covid-19, Bagaiman Dia Mempertahankan Diri dan Mengisolasi Diri,Baca Perlu Anda Ketahui Dan Saudara Anda

 
*Kisah Nyata Saat Diketahui Terserang Covid-19, Bagaiman Dia Mempertahankan* *Diri dan Mengisolasi Diri,Baca Perlu Anda Ketahui Dan Saudara Anda*
Sebelum Dahlan Iskan terpapar Covid-19, adiknya: Zainuddin Iskan telah terpapar Covid-19 lebih dulu. Namun, ini uniknya, Zainuddin Iskan tidak mau berobat ke rumah sakit dan dokter. Beliau berjuang sendiri di rumahnya sampai sembuh. Dan, sehat kembali. Berkat dzikir dan obat tradisional yang mudah didapatkan. Alhamdulillah.

*Inilah tulisan beliau tentang kisah nyata yang dialaminya itu dalam gaya bertutur:*

INI kisah nyata yang saya alami sendiri. Pertengahan Desember 2020 sampai 3 Januari 2021. 

*Bagaimana saya berjuang meredam paparan Covid-19 sendirian di rumah saya.* Alamat rumah saya: Jalan Kartikamanis IX no. 05 Madiun. 

Ketika terpapar Covid-19 tersebut, tidak ada seorang lainpun yang tahu. Bahkan isteri sayapun tidak tahu. Saya memang sengaja merahasiakannya. Agar mereka tidak sedih dan cemas. 

*Setelah Allah SWT mengaruniakan kesembuhan kepada saya dari paparan Covid tersebut*, saya kaget mendengar kabar Mas Dahlan Iskan' masuk Rumah Sakit Premier Surabaya karena terpapar positif Covid-19. 

Dia kakak kandungku satu-satunya yang masih hidup.  Padahal dia orang yang sangat ketat menjaga protokol kesehatan selama pandemi ini. 

*Semua orang tahu, dia orang yang harus menjaga kesehatannya*. Setelah melakukan operasi ganti hati di Tianjin Cina, 17 tahun lalu.(_*teruskan baca kisah menarik berikut di bawah ini...*_👭👮👯👰👇 ) 
   ''Tenang aja mase.  Pasti sembuh'', kataku untuk memberikan semangat. Ketika itu saya kaget dan heran,  dari mana mas Dahlan, yang begitu disiplin menjaga kesehatannya sampai bisa terpapar virus Corona.  

 Ternyata dia tertular ketika pergi dari rumahnya di Surabaya ke Takeran Magetan.  Untuk melakukan rapat Pengurus di Pondok PSM Takeran.  Karena ketuanya Gus Amiek ( Kyai H. IR. Miratul Mukminin) meninggal dunia gegara terserang Covid-19 beberapa waktu lalu. 

   Dari sinilah rupanya Mas Dahlan tertular virus Covid 19. Karena istri Gus Amiek,  yang sebelumnya juga positif Covid,  ikut dalam rapat itu. 

 ''Awakmu juga kena ya Din'', tanya mas Dahlan kepada saya, setelah saya sembuh. 

 Saya kaget, Mas Dahlan  tanya seperti itu. Koq bisa tahu. Padahal saya rahasiakan. Mungkin firasat seorang kakak kandung. Dan saya pun mengaku telah terpapar Covid-19. 

Untuk menambah semangat Mas Dahlan menghadapi serangan Covidnya. Saya bilang kepadanya: "Saya sudah sembuh dengan isolasi mandiri di rumah.Saya udah pulih seperti sedia kala dan aktif di masjid lagi." 

Saat kakakku menjalani perawatan di RS Premier Surabaya, aku sudah benar-benar sehat.   

Sebenarnya, ketika terpapar Covid-19 kondisiku jauh lebih parah dari Mas Dahlan. Mas Dahlan tergolong OTG (orang tanpa gejala). Tak terlihat sakit. 

''Kamu dirawat di rumah sakit waktu itu? tanya dia lagi.

"Enggak Mas. Jangankan dirawat di RS,  periksa aja aku tidak. Sebab aku yakin bisa sembuh dengan isolasi sendiri di rumah," kataku. 

Saya memang tidak melakukan pemeriksaan kesehatan. Baik rapid maupun swab test. Tapi saya tahu bahwa diriku terpapar Covid-19. Gejala-gejalanya sangat nyata saya alami. 

Saya hanya isolasi mandiri di rumah selama 15 hari. Dan tidak menceritakan kepada isteri saya, maupun keluarga dan siapa pun 

Mereka tahunya saya lagi sakit terkulai di kamar. Saya hanya katakan,  bahwa saya 'nggreges' (demam) terserang flu biasa.  

Saya minta kepada isteri agar tidur di kamar lain. Tidak sekamar dengan saya. Dan jangan mendekat kepada saya. Isteri saya patuh, walau terlihat terheran-heran. Mengapa? 

Saya memang sengaja menyembunyikannya, tidak mengaku kalau saya terserang Covid.  Agar mereka semua tidak panik. Saya harus kuat,  yakin bisa melaluinya dan sembuh.   

Saya yakin saya memang lagi terpapar Covid-19. Karena,  baik itu gejala,  proses sakit yang saya alami,  maupun sumber tertularnya sangat jelas. Saya tertular ketika menjenguk dan meraba kening keponakan saya yang lagi positif Covid-19 di kamar rumahnya. Dan saya membetulkan pipa oksigennya yang lepas. 

Awalnya,  keponakan saya (Nn) yang rumahnya di Desa Bukur,  Kecamatan Jiwan, Kabupaten Madiun, masuk RS dan opname karena  sakit jantungnya kambuh. Pada awal bulan Desember 2020 lalu.  Saat itu,  ketika di-swab masih negatif. 

Sepulang dari RS,  dia selalu menanyakan saya. Minta saya menjenguknya. Karena selama ini Nn memang sangat dekat dengan saya. Menganggap saya sebagai ayahnya yang sudah meninggal. 

Karena usiaku yang sudah di atas kepala 6 (usiaku sekarang sdh 63 th) sebenarnya aku dilarang menemuinya. Tapi aku nekat saja, dan masuk ke dalam kamarnya. 

 Aku lihat,  keponakanku Nn itu sangat tersiksa. Nafasnya tersengal-sengal, dan selang oksiqen di hidungnya terlepas. Tidak mampu berkata apa-apa.  Air matanya mengalir seakan ingin berkata kepadaku. 

Melihat kondisi seperti itu,  aku spontan menolongnya. Aku pasangkan kembali selang oksiqennya. Aku usap-usap kapalanya,  sambil aku bisikkan. ''Sabar yaa lee,  Nang. Istighfar yang banyak'', kataku. 

Sesaat kemudian aku mohon diri pulang. Keluar kamar aku langsung basuh tangan dan muka dengan sabun di wastavel dapurnya. Didampingi istrinya yang kemudian diketahui juga positip Covid. Sesampainya di rumah,  semua baju saya copot dan langsung mandi. 

Sehari kemudian,  di tubuhku sesuatu mulai terjadi. Gejala flu dan batuk mulai terasa. Aku mulai curiga, jangan-jangan mulai kena Covid. Hati mulai gelisah. 

Sementara keponakanku Nn, di rumah hanya 2 hari. Lalu masuk RS lagi, tanggal 14 Desember 2020. Dan di ketahui sudah positif Covid. 

Di rumah aku mulai merasakan batuk-batuk dan gatal di tenggorokan. Aku ingat saran dari orang-orang yang terserang Covid,  agar mengolesi lidah dengan minyak kayu putih. Dan minum garam. Itu aku lakukan 3x sehari.  

Namun belum ada perubahan,  masih tetap aja batuk-batuk dan bersin. Dengan selalu memakai masker,  saya tetap mengurung diri di kamar.  

Waktu lebih banyak saya gunakan untuk berzikir,  mendekat kepada Allah Sang Pencipta Segalanya. 

Kemudian memasuki hari ke 5, tubuhku mulai terasa berat dan lemas. Bernafas pun mulai terasa berat. Tubuhku mulai terasa 'nggreges' demam. Namun aku tetap tidak memeriksakan diri ke dokter. 

 Dua hari kemudian,  memasuki hari ke 8 dan 9, hidungku sudah tidak bisa merasakan bau.  Dan tubuh tetap aja terasa 'nggreges' demam. Minyak kayu putih, garam dan minuman vitamin C terus aku minum. 

 Malam hari,  demam tubuhku semakin menjadi. Aku benar-benar menggigil kedinginan. Tidak seperti biasanya. Setelah ditempeli termometer, ternyata tubuhku panas tinggi. Hingga 38,9 derajat Celcius

Aku mulai menyadari, bahwa aku benar benar terserang Covid 19. Aku juga sadar, ini sudah cukup bahaya bagiku. Aku langsung bangun keluar kamar. Mencari bawang putih 3 siung dan aku parut lembut. Saya taruh di sendok aku tambahi garam himalaya. Terus aku minum dengan satu gelas air putih. 

 Karena tidak terbiasa makan bawang,  sesaat kemudian aku mual.  Huuaaakk....huaakkk .... aku langsung muntah. Keluarlah parutan bawang putih tadi bercampur dengan dahak-dahak, banyak sekali yang menyumbat tenggorokanku. 

Plong rasanya leherku,  dan nafas sedikit mulai lega. Hidungku mulai bisa merasakan bau lagi. ''Alhamdulillaah'', pujiku. Aku bisa tidur malam itu. 

 Namun besoknya lagi,  aku demam tinggi lagi.  Dan tubuh masih terasa lemas, lunglai. Aku ulangi minum bawang lagi. Dan muntah lagi bersamaan dengan dahak-dahak. Tubuhku mulai terasa enak,  dan nafas mulai lega. 

Dzikirku tetap terus saja aku lakukan. Sebagai tempat bersandar dalam kehidupanku. Berangsur- angsur aku mulai merasakan peningkatan kesehatanku. 

 Semakin baik dan baik,  dan pulih kembali. 

Beberapa hari kemudian,  aku sudah bisa bangun dan keluar rumah. Dan bisa beraktifitas kembali, bergabung sebagai Ta'mir Masjid. 

 Sementara keponakanku Nn,  yang masuk RS lagi,  dan dinyatakan positip Covid, menjalani perawatan. Seminggu kemudian akhirnya dia meninggal dunia. Innalillahi wainna illaihi rojiun. Semoga Allah mengampuni semua dosa-doaanya. Aamiin. 

Alhamdulillah saya bisa sehat bergas kembali. Mudah-mudahan pengalaman saya ini membangkitkan semangat sesama ummat manusia. Covid-19 bisa diredam dengan obat tradisional berupa bawang putih dan garam himalaya. Disertai dzikir yang intensif dan sekuat-kuatnya. Alhamdulillah. (*) 

Penulis: Zainuddin Iskan, adik kandung Dahlan Iskan dan mantan wartawan Radar Madiun.@@
COWASJP COM – Intro Zainuddin Iskan, 63 tahun, mantan wartawan Radar Madiun (Grup Jawa Pos). Beliau adalah adik kandung dan satu-satunya saudara kandung Dahlan Iskan -- founder Harian DI's Way -- yang masih hidup.
🙏🏻🙏🏻🙏🏻

Lagu selingan dapat mendengar lagu sambil membaca artikel di atas👂👇👇
*Full Album Kisah Kasih Di Sekolah - Lagu Lawas Indonesia Terpopuler 80-90an*
*👉Catet: Sepanjang Putaran Lagu Anti Intrupsi Iklan😍*
Selamat Terhibur Bersama:

Friday, February 5, 2021

Wabah besar dan perang Epidemi hebat adalah ujian besar bagi suatu negara.

*Wabah besar dan perang Epidemi hebat adalah *
*ujian besar bagi suatu negara.*
https://news.iniok.com/2021/02/wabah-besar-dan-perang-epidemi-hebat_5.html
*Hari ini, Komentar penilaian Direktur Jenderal WHO terhadap Tiongkok mengejutkan dunia!*

Wabah besar dan perang Epidemi hebat adalah ujian besar bagi suatu negara.

*Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus berkunjung ke Tiongkok*, memuji pemerintah Tiongkok menunjukkan tekad politik yang kuat dan mengambil langkah-langkah tepat waktu dan efektif dalam menghadapi epidemi, sangat menakjubkan.

*Respon Tiongkok menghadapi pandemic ini memiliki keunggulan institusional*dan layak dipelajari semua negara.

Pernyataannya jelas membuat negara-negara Barat sangat tidak senang.

Poin utama dari pembicaraan Tedros adalah: Pertama, pemerintah Tiongkok telah menunjukkan tekad politik yang kuat; kedua, pemimpin nasional Tiongkok telah memperlihatkan kepemimpinan yang luar biasa hebat; ketiga, ilmuwan Tiongkok telah menunjukkan kemampuan luar biasa. Dia menyatakan rasa terima kasihnya yang mendalam kepada Tiongkok, krn perjuangan Tiongkok melawan epidemi tidak hanya melindungi rakyat Tiongkok, tetapi juga rakyat sedunia.

Direktur Jenderal WHO Tedros berdiri di ketinggian atas bencana atau berkah manusia, memuji Tiongkok bertindak cepat dengan lingkup skala besar, yang jarang terjadi di dunia, dan menampilkan kecepatan, skala dan efisiensi Tiongkok.

*Sebagai pemimpin organisasi antar-negara kelas dunia, untuk pertama kalinya* dalam tujuh puluh tahun, seseorang mengatakan ini dengan jelas, ini adalah keunggulan sistem Tiongkok, dan pengalaman relevan demikian patut dipelajari negara lain. Ini adalah peristiwa yang memekakkan telinga. Jika evaluasi ini secara massal diketahui, entah bagaimana perasaannya. Lebih menarik lagi, Tedros memperjelas bahwa WHO bersikeras untuk membuat penilaian ilmiah dan faktual mengenai situasi epidemi Tiongkok dan menentang reaksi berlebihan dan penyajian berita yang bukan kenyataan.

*Kebangkitan Tiongkok telah membuat iri negara-negara berkembang dan mematahkan stereotip* sistem tata negara bentukan Eropa dan Amerika Serikat.

*Keunggulan sistem ini adalah sebagai berikut:*

1. Ada tujuan bersama menyatukan segenap rakyat, restorasi Tiongkok menuju kesejahteraan bersama.

2. Ada tim penguasa yang mengakomodasi paling bnyak elit nasional, idenya adalah untuk melayani rakyat.

3. Ada pemimpin terpercaya jadi sentral, menjadikan 1,4 miliar orang seperti galaksi lingkaran konsentris dengan kohesi super.

Wuhan pernah merilis lagu "Lingkaran Konsentris", dan kali ini akan terasa lebih dalam.

4. Tradisi bangsa yang telah dipermalukan selama ratusan tahun, setiap kali krisis melanda, itu akan membangkitkan energi yang luar biasa. Ini bukan rahasia, lagu kebangsaan pun demikian dinyanyikan.

5. Partai politik yang keluar dari darah dan api memiliki suatu semangat, setiap kali datang bahaya, mereka selalu maju ke depan mendahului prajurit, memberi teladan.

6. Berjuang mengejar modernisasi tata-kelola negara dan bergabung dengan dunia.

*Singkat kata, sistem Tiongkok adalah sistem inovasi yang unik. 1,4 miliar orang* tidak saling mengunjung pada tahun baru, jutaan orang terisolasi dalam kota tertutup. Lima juta orang dilacak keberadaannya, lebih dari 6.000 dokter bergegas ke Wuhan, lebih dari 2 miliar dana pencegahan epidemi dgn cepat tersedia, lebih dari 20 provinsi mendukung Wuhan, dan pasokan kelengkapan medis dipindahkan dari segala arah, Hubei mnyiapkan 100.000 tempat tidur khusus dan 10.000 untuk Wuhan. Negara mana yang bisa melakukannya dengan cepat?

Hanya Tiongkok, hanya sistem Tiongkok.

Titik balik akan muncul di sekitar Festival Lentera, dan hari untuk mengatasi epidemi akan datang! Ayo Wuhan, Ayo Tiongkok!

*Seluruh pekerja yang lkut membangun rumah sakit di WU Han* mereka di bayar pemerintah perhari 1500 RMB. tetapi mereka menolak. Dan mengatakan: Ibu pertiwi kita menghadapi KESULITAN / KESUSAHAN. kami tidak layak menerima Bayaran ini. Rakyat China sungguh sungguh setia dan Berbakti pada NEGARA. HEBAT....

Keadaan Covid Tiongkok

Semakin terkendali. Terisolir di satu kota Wuhan saja. Propinsi lain nol. Wuhan sebesar Jakarta dgn penduduk 10 juta. Karantina sekota Wuhan masih berlanjut. Sdh 1 bulan seluruh penduduk Wuhan tidak bisa keluar dari rumah. Seluruh kebutuhan diantar tentara.

Tiongkok menyumbang balik ke Jepang 1 juta masker.

Tiongkok menawarkan bantuan medis ke seluruh dunia. Siap kirim dokter2nya + perawat. 👍

WHO menyerukan dunia belajar sama Tiongkok.

Belajarlah sampai ke negeri China.

Sunday, January 17, 2021

Surat Terbuka Univ Gajah Mada Kpd Ribka Tjiptaning DPR RI Jkt Soal Vaksin Sinovac


*VAKSIN SINOVAC RONGSOKAN ?*

Ir. KPH. *Bagas Pujilaksono Widyakanigara, M.Sc., Lic.Eng., Ph.D.*
*Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta*

Kepada Yth,
*Ibu Ribka Tjiptaning*
*DPR RI, Jakarta*
Dengan hormat,
Saya tidak tertarik membahas soal bu Ribka menolak divaksin covid-19, karena hal itu urusan pribadi bu Ribka. Nanti kalau saya mengomentari hal itu, bisa dianggap melanggar HAM berat dan harus berurusan dengan Komnas HAM.

Saya juga tidak tertarik memahami pesan utuh yang ingin bu Ribka sampaikan pada saat rapat kerja dengan Pemerintah, dalam hal ini dengan Menkes RI dan tim. Karena, jujur saya tidak melihat sama sekali unique point yang anda sampaikan. Apakah itu suatu kritik, jelas bukan, karena ucapan bu Ribka hanya maki-makian ke Pemerintahan Presiden Jokowi dan pencitraan dalam melambungkan diri sendiri. 

*Kritik itu bukan hanya mengungkap hal yang dikritisi, namun juga mengusulkan alternatif solusi.* Di rapat kerja itu, sama sekali bu Ribka tidak mengusulkan alternatif solusi bagi bangsa ini dalam upayanya keluar dari cengkeraman pandemi covid-19.

Di surat saya kali ini, saya hanya mengomentari ucapan-ucapan bu Ribka yang disampaikan di rapat kerja dengan Pemerintah, tanpa saya harus memahami pesan utuh yang ingin bu Ribka sampaikan.

*Bu Ribka mengatakan kalau vaksin Sinovac adalah vaksin Rongsokan*. *Bu Ribka, anda bukan ahli Biology Molecular*, *bagaimana bisa anda mengatakan vaksin Sinovac rongsokan?* Apakah anda punya data akademiknya? Kalau ada, mohon dishared ke publik. Anda hanya berdasar omongan orang. Ilmu pengetahuan berdasar bukti, bukan ngrumpi.

Perlu bu Ribka ketahui, *vaksin hasil penelitian Oxford University, UK*, tahapan uji klinis pada binatang, dilompati, karena kedaruratan,  langsung uji klinis ke manusia. Vaksin ini kira-kira menurut bu Ribka vaksin jenis apa ya? Vaksin comberan? Vaksin Oxford University, UK ini diproduksi oleh Astra Zenneca.

Kalau vaksin Sinovac adalah vaksin rongsokan, maka sama artinya anda mengatakan BPOM dan MUI adalah lembaga rongsokan, karena BPOM telah mengeluarkan ijin edar dan MUI telah mengeluarkan Sertifikat Suci dan Halal bagi vaksin Sinovac. 

Sepertinya anda terjebak dalam istilah efikasi, yang ternyata setelah saya mendengarkan penjelasan anda di youtube, anda salah memahaminya. Ini link youtubenya: https://youtu.be/su27gwI2wTM

BPOM menjelaskan efikasi dari vaksin Sinovac adalah 65.3%. Itu artinya, jika 100 orang divaksin, maka secara random yang akan kebal adalah 65 orang dan yang 35 orang masih bisa terinfeksi. Anda di youtube di atas bilang, yang 35 orang itu dikorbankan. Dari sini jelas, anda tidak memahami arti efikasi sama sekali. Tidak ada yang dikorbankan. Vaksinasi bukan ditujukan untuk mengorbankan orang.

Saya lihat di channel youtube lainnya, ini linknya: https://youtu.be/tHTchGw-fB4, judul yang tertulis di situ adalah Ribka: bisa saja yang diberikan ke Jokowi bukan Sinovac. Ucapan anda sangat tendensius.  Sebaiknya bu Ribka buktikan kebenaran ucapan itu, agar tidak menimbulkan kegaduhan di masyarakat. Jangan sampai ada pendapat di masyarakat, yang di vaksin kan ke rakyat jelata adalah vaksin rongsokan Sinovac dan yang untuk pejabat negara merk lain yang dibenak bu Ribka adalah vaksin mahal. Saya faham, kemana ibu menggiring opini.

Nilai efikasi vaksin Sinovac itu berbeda antara di Indonesia dan di Turki, karena obyek ujinya beda. Di Indonesia, vaksin Sinovac oleh BPOM diuji ke publik awam, sedang di Turki diuji ke nakes dimana mereka dilengkapi dengan APD. Logis, nilai efikasi vaksin Sinovac di Turki lebih tinggi, yaitu di angka 90%, sangat logis. Perbedaan tersebut jangan diartikan kualitas vaksinnya berbeda. 

Bu Ribka dalam banyak kesempatan selalu menyebutkan bahwa anda seorang dokter. So what? Namun, saya yakin dengan seyakin-yakinnya, masih susah bagi anda untuk memahami fakta emperik perbedaan nilai efikasi diatas.

Presiden Jokowi tidak pernah mengatakan, bahwa vaksinasi covid-19 di tanah air ditujukan untuk memutus rantai infeksi virus covid-19. Beliau mengatakan vaksinasi covid-19 ditujukan untuk membangun Herd Immumity. Itu benar. 

Apakah bu Ribka faham pengertian fisis Herd Immunity? Kalau tidak faham, saya jelaskan. Herd Immunity adalah imunitas skala sosial, yang makna fisisnya adalah virus covid-19 sudah kesulitan menemukan korban baru, dengan mekanisme penularan hamburan stokastik dalam jarak efektif penularannya. Itu arti Herd Immunity. Menurut WHO, jika 70% warga bangsa sudah divaksin covid-19, maka Herd Immunity terbentuk. Penduduk Indonesia sekitar 260 juta, maka merujuk ke WHO, ada sekitar 182 juta warga bangsa yang akan divaksin. Pemerintah sudah benar.

Presiden Jokowi selalu bilang, sekalipun sudah divaksin, harus tetap mentaati protokol kesehatan, itu benar. Dan itu, karena, faktor efikasi tadi.

Jika, Herd Immunity sudah terbentuk, maka laju infeksi virus covid-19 akan mereda by the time.

Saya tidak  mengatakan bu Ribka kadrun, karena saya tidak punya bukti. Maki-makian bu Ribka yang kontroversial kemarin menjadi amunisi bagi kelompok-kelompok anti Pemerintahan Presiden Jokowi untuk menyerang pemerintah. 

Bagi saya pribadi, bu Ribka sosok yang sangat ekstrim, melebihi partai oposisi. Padahal Ideologi Pancasila tidak pernah bisa mengakomodir cara berfikir ekstrim. Pancasila adalah ideologi equilibrium: seimbang antara urusan pribadi dan sosial. Di rapat kerja DPR RI kala itu, tampak jelas, bu Ribka sangat egois, dimana manfaat vaksin untuk, kepentingan nasional anda abaikan demi kepentingan pribadi. Saya sekarang nggak yakin kalau bu Ribka faham Pancasila dengan baik dan benar. Perilaku politik bu Ribka bukan perilaku Marhenis Sejati.

Apakah bu Ribka selalu mengupdate perkembangan pademi covid-19 di tanah air? Datanya naik terus secara signifikan. Apakah bu Ribka punya ide cemerlang untuk meredakan pandemi covid-19 di tanah air diluar cara vaksinasi? Kalau ada, mohon disampaikan ke rakyat Indonesia, baik dalam bahasa akademik atau politis. Keduanya saya bisa faham.

Terimakasih.

Yogyakarta, 2021-01-16
Hormat saya,
BP. Widyakanigara

*Catat: Video ini tidak ada intrupsi iklan.*
*Berita Actual Dan Terpercaya,Perlu Anda Baca Segera Di *

Monday, January 11, 2021

*APA ARTINYA EFIKASI VAKSIN 65,3 % ?*


*APA ARTINYA EFIKASI VAKSIN 65,3 % ?*
https://news.iniok.com/2021/01/apa-artinya-efikasi-vaksin-653_11.html
*Saat yang ditunggu-tunggu tiba*, yaitu pengumuman *hasil uji klinik (interim report) vaksin* Sinovac sekaligus pemberian ijin penggunaan darurat (Emergency Use Authorization = EUA) kepada PT Bio Farma sebagai pengusung vaksin ini di Indonesia. Paling tidak sebagian besar pertanyaan telah terjawab mengenai efikasi dan keamanannya. 

*Vaksin Sinovac dinyatakan memiliki efikasi 65,3%, dan dari segi keamanan dinyatakan aman.* Kekuatiran tentang kejadian antibody-dependent enhancement (ADE) seperti yang banyak disebut di beberapa media sosial dan menjadi ketakutan banyak orang tidak terjadi pada uji klinik Sinovac di Indonesia, maupun di Turki dan Brazil. Tapi kemudian banyak orang bertanya, kok efikasinya lebih rendah daripada yang di Turki atau Brazil ya? 

*BAGAIMANA CARA MENGHITUNGNYA?*
Vaksin dengan efikasi atau kemanjuran 65,3% dalam uji klinik berarti terjadi penurunan 65,3% kasus penyakit pada kelompok yang divaksinasi dibandingkan dengan kelompok yang tidak divaksinasi (atau plasebo). Dan itu didapatkan dalam suatu uji klinik yang kondisinya terkontrol. Jadi misalnya pada uji klinik Sinovac di Bandung yang melibatkan 1600 orang, terdapat 800 subyek yang menerima vaksin, dan 800 subyek yang mendapatkan placebo (vaksin kosong). Jika dari kelompok yang divaksin ada 26 yang terinfeksi (3.25%), sedangkan dari kelompok placebo ada 75 orang yang kena Covid (9.4%), maka efikasi dari vaksin adalah = (0.094 – 0.0325)/0.094 x 100% = 65.3%. Jadi yang menentukan adalah perbandingan antara kelompok yang divaksin dengan kelompok yang tidak. 

*Efikasi ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, misal dari tingkat risiko infeksi tempat uji*,  karakteristik subyek ujinya, pola kesehatan masyarakat, dll. Jika subyek ujinya adalah kelompok risiko tinggi, maka kemungkinan kelompok placebo akan lebih banyak yang terpapar, sehingga perhitungan efikasinya menjadi meningkat. Jadi misalnya pada kelompok vaksin ada 26 yang terinfeksi, sedangkan kelompok placebo bertambah menjadi 120 yg terinfeksi, maka efikasinya menjadi 78.3%. 

*Uji klinik di Brazil menggunakan kelompok berisiko tinggi yaitu tenaga Kesehatan*, *sehingga efikasinya diperoleh lebih tinggi*. Sedangkan di Indonesia menggunakan populasi masyarakat umum yang risikonya lebih kecil. Jika subyek placebonya berisiko rendah, apalagi taat dengan prokes sehingga tidak banyak yg terinfeksi, maka perbandingannya dengan kelompok vaksin menjadi lebih rendah, dan menghasilkan angka yang lebih rendah. Dan mungkin juga ada faktor2 lainnya yang berpengaruh terhadap hasil uji kliniknya. (lanjutkan baca ulasan ilmiah berikut ini....👲👵👸👇 )
*APAKAH EFIKASI SEBESAR ITU DAPAT BERDAMPAK SIGNIFIKAN?*
Penurunan kejadian infeksi sebesar 60%-an secara populasi tentu akan sangat bermakna dan memiliki dampak ikutan yang panjang. Katakanlah dari 100 juta penduduk Indonesia, jika tanpa vaksinasi ada 8 juta  yang bisa terinfeksi, maka jika program vaksinasi berhasil hanya ada 3 juta  penduduk yang terinfeksi. Dapat dihitung (0.08 – 0.03)/0.08 x 100% = 62.5%. Jadi ada 5 juta kejadian infeksi yang dapat dicegah. Mencegah 5 juta kejadian infeksi tentu sudah sangat bermakna dalam penyediaan fasilitas perawatan kesehatan. Belum lagi secara tidak langsung bisa mencegah penularan lebih jauh bagi orang-orang yang tidak mendapatkan vaksin, yaitu jika dapat mencapai kekebalan komunal atau herd immunity. 

*Mungkin ada yang mengatakan bahwa ini terlalu optimistik..* yah, hidup harus optimis dan berpikir positif, dengan tetap berupaya dan menyiapkan diri dengan skenario apapun. 
Jadi, saya pribadi masih menaruh harapan kepada vaksinasi, semoga bisa mengurangi angka kejadian infeksi COVID di negara kita. Apalagi jika didukung dengan pemenuhan protokol kesehatan yang baik, semoga dapat menuju pada pengakhiran pandemi COVID di Indonesia. 

*A GOOD START*
Ketika tadi diumumkan hasil efikasi vaksin Sinovac sebesar 65.3%, mungkin ada yang kecewa.. kenapa kok rendah... Tapi menurut saya it is a good start… apalagi batasan minimal FDA, WHO dan EMA pun utk persetujuan suatu vaksin adalah 50%. Artinya, secara epidemiologi, menurunkan kejadian infeksi sebesar 50% itu sudah sangat berarti dan menyelamatkan hidup banyak orang. Kita akan menunggu efektivitas vaksin setelah dipakai di masyarakat. Dan perlu diingat bahwa karena ini baru EUA yg berasal dari interim report, pengamatan terhadap efikasi dan safety masih tetap dilakukan sampai 6 bulan ke depan untuk mendapatkan full approval. 

*Sekali lagi, bismillah*… *manusia berusaha, Allah yang menentukan*. *KepadaNya kita pasrahkan*.
*Saya siap divaksinasi.*
https://news.iniok.com/2021/01/apa-artinya-efikasi-vaksin-653_11.html





KETIKA VAKSIN PUNYA IDEOLOGI

Ancen mbelgedhes —-
Susungguhnya ada sebagian yang sedang memperturutkan hawa nafsu, meski pki kalau cocok ya di dukung. Meski ulama kalau nggak cocok dengan pendapatnya ya dilawan. Tiba-tiba Ribka Ciptaning yang dulu pernah dibully karena disebut-sebut PKI dijadikan referensi melawan vaksin. Jadi ini bukan soal Bodrex, Baygon, atau vaksin bikinan China, tapi lebih pada soal nafsu yang dijadikan Tuhan palsu. 
Ini namanya mbel-gedhesssss 🙏😄😄

^^^^*
Apa salah vaksin sinovacs sehingga dilawan ? Apa karena bikinan China atau menunggu vaksin merah putih  bikinan anak negeri yang tak pernah selesai tapi terus diperdebatkan ? Atau vaksin berkalung syahadat ? Atau nunggu bikinan timur tengah atau negeri lainnya yang sesuai keinginan ? Lantas bagaimana dengan bikinan China yang lain ? Gadgatmu bahkan sendal dan sepatumu ? Atau ini hanya semacam politik dagang dan perang antar firma ? Tapi saya peduli apa ? 

Apa dipikir obat pening kepala semisal: Bodrex, Panadhol, Oskadhon atau puyer bintang tujuh yang telah dipakai puluhan tahun itu bukan bikinan China ? Hampir semua perangkat laptop bikinan China, bahkan semua jenis pakaian dalam Cd, kaus kutang dan BH. 

Bagi yang memperturutkan hawa nafsu, apapun akan diberi label dan cap agama. Bahkan lebih menyusut menjadi ideologi. Masih ingat dengan baju kotak-kotak. Apa salah warna kotak-kotak sehingga siapapun yang pakai dianggap pendukung Ahok ? Jadi jelas ini bukan soal iman atau agama yang dianuti, tapi soal nafsu yang kelewat batas dan amarah yang tidak terkendali. Lantas agama dijadikan tunggangan untuk membenarkan. 

^^^
Buya Yunahar Ilyas (Ketua Majelis Tarjih PP Muhammadiyah) merasakan betul prilaku buruk sebagian orang yang memperturutkan hawa nafsu, orang- orang yang hanya mengagumi pendapatnya sendiri, dan menafikkan pendapat siapapun yang berbeda, bahkan tidak segan berkata kafer, sesat atau yang semisal. 

Beliau bertutur tegas : ‘Kebanyakan mengikuti ulamanya jika sesuai dengan keinginannya kemudian meninggalkan bahkan menghujat ulama yang kebetulan tidak sesuai dengan pikirannya —mereka tidak menghormati ulama tapi memperalat ulama”. 

Agama hanya dijadikan alat untuk membenarkan hawa nafsunya— yang cocok dipakai yang tak cocok dibuang. Mereka inilah yang menzalimi agama dengan sebenar-benar zalim.  Sesungguhnya sedang tidak memperjuangkan agama tapi menjadikan agama sebagai alat perjuangan. Agama hanya menjadi alat. Kelompok ini insya Allah yakin pasti kalah dan morat-marit. Sebab Tuhan tidak diam ketika agamanya dizalimi. 

^^^^
Firman Allah tabaraka wataala dibawah sudahlah mencukupi: ‘Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhan ? dan Allah membiarkannya sesat dengan sepengetahuan-Nya, dan Allah telah mengunci pendengaran dan hatinya serta meletakkan tutup atas penglihatannya? Maka siapa yang mampu memberinya petunjuk setelah Allah (membiarkannya sesat?) Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?’. Al Jatsiyah 23. Wallahu taala a’lam 🙏🙏🌹

@nurbaniyusuf
Komunitas Padhang Makhsyar

====================================

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10214578403013083&id=1811803313

APA ARTINYA EFIKASI VAKSIN 65,3 % ?
Tulisan Profesor apoteker Zuliies Ikawati (Dosen farmasi UGM) untuk diketahui, 🙏🏻

Saat yang ditunggu-tunggu tiba, yaitu pengumuman hasil uji klinik (interim report) vaksin Sinovac sekaligus pemberian ijin penggunaan darurat (Emergency Use Authorization = EUA) kepada PT Bio Farma sebagai pengusung vaksin ini di Indonesia. Paling tidak sebagian besar pertanyaan telah terjawab mengenai efikasi dan keamanannya. Vaksin Sinovac dinyatakan memiliki efikasi 65,3%, dan dari segi keamanan dinyatakan aman. Kekuatiran tentang kejadian antibody-dependent enhancement (ADE) seperti yang banyak disebut di beberapa media sosial dan menjadi ketakutan banyak orang tidak terjadi pada uji klinik Sinovac di Indonesia, maupun di Turki dan Brazil. Tapi kemudian banyak orang bertanya, kok efikasinya lebih rendah daripada yang di Turki atau Brazil ya? Atau lebih rendah dari vaksin Pfizer dan Moderna?

BAGAIMANA CARA MENGHITUNGNYA?
Vaksin dengan efikasi atau kemanjuran 65,3% dalam uji klinik berarti terjadi penurunan 65,3% kasus penyakit pada kelompok yang divaksinasi dibandingkan dengan kelompok yang tidak divaksinasi (atau plasebo). Dan itu didapatkan dalam suatu uji klinik yang kondisinya terkontrol. Jadi misalnya pada uji klinik Sinovac di Bandung yang melibatkan 1600 orang, terdapat 800 subyek yang menerima vaksin, dan 800 subyek yang mendapatkan placebo (vaksin kosong). Jika dari kelompok yang divaksin ada 26 yang terinfeksi (3.25%), sedangkan dari kelompok placebo ada 75 orang yang kena Covid (9.4%), maka efikasi dari vaksin adalah = (0.094 – 0.0325)/0.094 x 100% = 65.3%. Jadi yang menentukan adalah perbandingan antara kelompok yang divaksin dengan kelompok yang tidak. 
Efikasi ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, misal dari tingkat risiko infeksi tempat uji,  karakteristik subyek ujinya, pola kesehatan masyarakat, dll. Jika subyek ujinya adalah kelompok risiko tinggi, maka kemungkinan kelompok placebo akan lebih banyak yang terpapar, sehingga perhitungan efikasinya menjadi meningkat. Jadi misalnya pada kelompok vaksin ada 26 yang terinfeksi, sedangkan kelompok placebo bertambah menjadi 120 yg terinfeksi, maka efikasinya menjadi 78.3%. Uji klinik di Brazil menggunakan kelompok berisiko tinggi yaitu tenaga Kesehatan, sehingga efikasinya diperoleh lebih tinggi. Sedangkan di Indonesia menggunakan populasi masyarakat umum yang risikonya lebih kecil. Jika subyek placebonya berisiko rendah, apalagi taat dengan prokes sehingga tidak banyak yg terinfeksi, maka perbandingannya dengan kelompok vaksin menjadi lebih rendah, dan menghasilkan angka yang lebih rendah. Dan mungkin juga ada faktor2 lainnya yang berpengaruh terhadap hasil uji kliniknya.

APAKAH EFIKASI SEBESAR ITU DAPAT BERDAMPAK SIGNIFIKAN?
Penurunan kejadian infeksi sebesar 65% secara populasi tentu akan sangat bermakna dan memiliki dampak ikutan yang panjang. Katakanlah dari 100 juta penduduk Indonesia, jika tanpa vaksinasi ada 8,6 juta  yang bisa terinfeksi, maka jika program vaksinasi berhasil hanya ada 3 juta  penduduk yang terinfeksi. Angka 65% diperoleh dari hitungan  (0.086 – 0.03)/0.086 x 100% = 65%. Jadi ada 5,6 juta kejadian infeksi yang dapat dicegah. Mencegah 5 juta kejadian infeksi tentu sudah sangat bermakna dalam penyediaan fasilitas perawatan kesehatan. Belum lagi secara tidak langsung bisa mencegah penularan lebih jauh bagi orang-orang yang tidak mendapatkan vaksin, yaitu jika dapat mencapai kekebalan komunal atau herd immunity. Mungkin ada yang mengatakan bahwa ini terlalu optimistik.. yah, hidup harus optimis dan berpikir positif, dengan tetap berupaya dan menyiapkan diri dengan skenario apapun. 
Jadi, saya pribadi masih menaruh harapan kepada vaksinasi, semoga bisa mengurangi angka kejadian infeksi COVID di negara kita. Apalagi jika didukung dengan pemenuhan protokol kesehatan yang baik, semoga dapat menuju pada pengakhiran pandemi COVID di Indonesia. 

A GOOD START
Ketika tadi diumumkan hasil efikasi vaksin Sinovac sebesar 65.3%, mungkin ada yang kecewa.. kenapa kok rendah... Tapi menurut saya it is a good start… apalagi batasan minimal FDA, WHO dan EMA pun utk persetujuan suatu vaksin adalah 50%. Artinya, secara epidemiologi, menurunkan kejadian infeksi sebesar 50% itu sudah sangat berarti dan menyelamatkan hidup banyak orang. Apalagi disampaikan juga tadi bahwa vaksin memiliki imunogenisitas yang tinggi mencapai 99-an % yang berarti dapat memicu antibody pada subyek yang mendapat vaksin. 
Kita akan menunggu efektivitas vaksin setelah dipakai di masyarakat. Dan perlu diingat bahwa karena ini baru EUA yg berasal dari interim report, pengamatan terhadap efikasi dan safety masih tetap dilakukan sampai 6 bulan ke depan untuk mendapatkan full approval. 

Sekali lagi, manusia berusaha, Allah yang menentukan. KepadaNya kita pasrahkan.
Saya siap divaksinasi.
====================

Wednesday, December 16, 2020

Presiden Jokowi: Vaksin Covid-19 Gratis !



Menantang Presiden Suntik Vaksin Pertama

1.09M subscribers
SUBSCRIBE
*Presiden Jokowi: Vaksin Covid-19 Gratis* _Presiden juga akan menjadi yang pertama menerima vaksin Covid-19_ Presiden Joko Widodo memutuskan bahwa vaksin Covid-19 bagi masyarakat akan tersedia secara gratis atau tanpa dikenakan biaya sama sekali. Keputusan tersebut diambil setelah mempertimbangkan masukan dari masyarakat sekaligus melakukan perhitungan anggaran keuangan negara. Hal itu disampaikan oleh Presiden dalam pernyataannya yang ditayangkan melalui YouTube Sekretariat Presiden, dari Istana Merdeka, Jakarta, pada Rabu, 16 Desember 2020. "Jadi, setelah banyak menerima banyak masukan dari masyarakat dan setelah melakukan kalkulasi ulang, perhitungan ulang, mengenai keuangan negara, dapat saya sampaikan bahwa vaksin Covid-19 untuk masyarakat adalah gratis," ujarnya. "Sekali lagi, gratis, tidak dikenakan biaya sama sekali," Presiden menegaskan. Untuk mewujudkan hal tersebut, Presiden Joko Widodo telah menginstruksikan seluruh jajaran Kabinet Indonesia Maju, lembaga, dan pemerintah daerah untuk memprioritaskan program vaksinasi massal pada tahun anggaran 2021. Kepala Negara juga telah memerintahkan Menteri Keuangan untuk memprioritaskan dan merealokasi dari anggaran lain terkait ketersediaan dan vaksinasi secara gratis ini sehingga tidak ada alasan bagi masyarakat untuk tidak mendapatkan vaksin. Dalam kesempatan tersebut, Presiden sekaligus menegaskan bahwa Kepala Negara akan menjadi penerima vaksin Covid-19 pertama kali. Hal ini untuk menepis keraguan masyarakat akan keamanan vaksin yang disediakan. "Saya juga ingin tegaskan lagi, nanti saya yang akan menjadi penerima pertama divaksin pertama kali. Hal ini untuk memberikan kepercayaan dan keyakinan kepada masyarakat bahwa vaksin yang digunakan aman," tuturnya. Selain itu, Presiden tetap mengingatkan seluruh masyarakat untuk terus berdisiplin dalam menjalankan protokol kesehatan dengan mengenakan masker, menjaga jarak aman, dan mencuci tangan secara berkala untuk kebaikan bersama. "Terakhir, saya ingatkan agar masyarakat untuk terus berdisiplin menjalankan 3M: menggunakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan untuk kebaikan kita semuanya," tandasnya. https://news.iniok.com/2020/12/presiden-jokowi-vaksin-covid-19-gratis.html Jakarta, 16 Desember 2020 Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden Website: https://www.presidenri.go.id YouTube: Sekretariat Presiden
====================
Banyak orang, termasuk tokoh penting, menantang Presiden Jokowi untuk disuntik vaksin Covid19 pertama kali. Apa yang sebenarnya sedang mereka ekspresikan melalui tantangan itu?

Bagi saya, tantangan itu tanda kebodohan. Vaksin itu sudah disuntikkan ke ribuan orang saat uji klinis. Siapa pun yang menerima suntikan pertama saat vaksinasi nanti, itu hanya soal seremoni belaka. 

Yang menantang itu mungkin hendak meminta jaminan keamanan vaksin tersebut. Kalau memang aman, suntikkan ke orang nomor satu. Ini betul-betul kebodohan. Keamanan vaksin tidak dijamin dengan cara itu. Ada proses riset yang panjang sebelum vaksin itu disuntikkan ke manusia. Lalu, seperti disebut di atas, sudah ada ribuan orang yang menerima suntikan vaksin ini. Kalau vaksin itu tidak aman, ribuan orang tadi sudah kelojotan mati.

Intinya, itu sebenarnya ekspresi ketidakpercayaan. "Kami tidak percaya pada Presiden," begitu mungkin hal yang ingin disampaikan. Untuk apa? Terlebih bila itu disampaikan oleh tokoh yang berpengaruh. Anda ingin mengajak orang di bawah pengaruh Anda untuk tidak mempercayai Presiden? Alasannya apa?

Ada perbedaan penting antara tidak percaya dengan kritis. Kalau Anda kritis, mungkin Anda bisa menyatakan keberatan soal vaksin, dengan alasan yang masuk akal. Misalnya, Anda tidak mau vaksin dari Cina. Beberakan saja alasannya. Itu sikap kritis. Tapi mengucapkan tantangan seperti itu bukan sikap kritis. Itu lebih merupakan sikap tak percaya. Apa dasarnya? Tidak ada. Sekadar tidak suka saja. 

Dalihnya, biar masyarakat percaya. Bukan. Anda yang tidak percaya, dan mencoba mempengaruhi masyarakat, agar tidak percaya juga, seperti Anda.

Nah, itu masalahnya. Anda orang berpengaruh, yang sering mengoceh soal akhlak mulia. Tapi Anda dengan telanjang memamerkan kebencian Anda, meski dibungkus dengan kata-kata santun.
-Kang H Idea-
===========================

Para dokter hrs ekstra hati2 menyeleksi siapa yang bisa divaksin. Ini utk menghindari adanya korban akibat efek samping. 

Efektivitas vaksin 95% adalah bahasa iklan. Arti teknis sebenarnya adalah 5% dari hasil uji klinis, relawan mengalami efek samping  entah sekedar pusing, lumpuh hingga kematian. 

Standar ilmiah yg normal mestinya hasil uji vaksin harus masuk jurnal ilmiah dg laporan data dan analisanya. 

Nah, vaksin cvd ini tdk melalui tahapan itu utk dikaji bersama para ahli global. Standarnya juga disebutkan minimal 2 tahun hasil uji klinis dipantau baru boleh digunakan demi keamanan.

Inilah mengapa vaksin ini digunakan atas dasar darurat. Maka, adalah bijaksana jika tdk dilakukan sbg mandatory/wajib krn sdh pasti jika semua diwajibkan resiko 5% korban efek samping itu nyata. 

Dari 1 juta orang ada resiko 50.000 orang kena efek samping sekedar pusing, lumpuh atau mati. 

Lah kok malah lebih besar resikonya drpd yg kena cvd dan sembuh. 🤔🤔🤔

Sebagai catatan korban cvd usia produktif (18-40 th) yg meninggal hanya kurang dari 1%. Nah, dg divaksin kelompok usia ini justru dihadapkan pada resiko efek samping pusing, lumpuh atau mati sebesar 5%. 

Kira2 sebanding gak resikonya? 🤔🤔🤔

=========================================

Wednesday, July 15, 2020

Hidup Adalah Sebuah Pilihan, Di Mana Pun Anda Berada Pilihlah Jalan Terbaik.Minta Nasihat Orang Bijaksana.


Inilah jawabannya...

Hukum Pemilihan yang harus diselamatkan dalam Bencana.  Bila ada 2 orang : Ibu & Anak dalam suatu Bencana, kita harus pilih salah satu untuk diselamatkan. Menurut Hukum Penyelamatan Dalam Bencana, yg dipilih untuk ditolong adalah ANAKnya, Ibunya dikurbankan.

Demikian juga dalam  bencana COVID19, pilihan hanya ada dua: KESEHATAN atau EKONOMI?

▪ Kalau pilih Kesehatan yg diselamatkan, yg jadi korban Ekonominya hancur, dan yg jadi korbannya Generasi Muda kita jadi tak Produktif, masa depannya Suram bahkan Hancur. Jumlah Pemuda & anak² kita yg jadi korban besar sekali 91% X 267 juta rakyat Indonesia.

▪ Kalau pilih Ekonomi yg diselamatkan , Kesehatan akan Hancur, Covid 19 merajalela, anak² muda kita kuat tak jadi korban Covid, yg jadi korban adalah LANSIA, tapi jumlah kecil sekali 9% dari total Rakyat Indonesia.

Menurut Hukum Penyelamatan Bencana kita harus memilih Selamatkan yg Muda yg jumlahnya Besar Sekali, yg dikorbankan yg tua yg jumlahnya sedikit.
Jadi pilihan yang TEPAT yg diselamatkan EKONOMI daripada KESEHATAN, Selamatkan yg Muda yg Jumlahnya Besar sekali.

JADI KITA YANG LANSIA HARUS SIAP, HARUS KARANTINA TERTUTUP TOTAL tidak ketemu sama sekali dengan Anak / Cucu dalam kurun waktu tertentu.

YANG DI LOCKDOWN ADALAH LANSIA

 🙏🏻 Inilah kehidupan yg harus kita hadapi kedepan. MAU BERAPA LAMA LAGI HIDUP DALAM KETAKUTAN ??
[https://politikandalan.blogspot.com/2020/07/hidup-adalah-sebuah-pilihan-di-mana-pun.html]

🤢 Mungkin banyak yg belum tahu.

1. Dunia sekarang menghadapi TSUNAMI RESESI EKONOMI. Di Amerika sudah 33 Juta orang kena PHK . Di China ada 80 Juta orang. Eropa sendiri pusing dengan 60 Juta pekerja terancam PHK.

2. Badai Corona ini membuat Amerika harus berhutang 46 Ribu Trilyun Rupiah. Sebagian besar hutang bukan untuk menghadapi Corona, tapi untuk menyelamatkan keuangan Perusahaan² yg mulai rontok bersamaan .

3. Eropa sendiri Menggalang Dana hampir 2 Ribu Trilyun rupiah, untuk menyelamatkan Ekonomi mereka.

4. Jadi jangan anggap Remeh Resesi Ekonomi kali ini. Karena, Virus membunuh beberapa orang, tetapi RESESI EKONOMI BISA MENGHANCURKAN SEBUAH NEGARA!.

5. Inilah masa² menakutkan bagi banyak Negara, termasuk Indonesia. Produksi berhenti, Ekonomi hancur, orang ketakutan, dan dampak besarnya adalah Jutaan orang kehilangan Pekerjaan.

6. Para Pengusaha di Indonesia bahkan sudah Warning, mereka hanya bisa bertahan terakhir di bulan Juni saja. Kalau Juni Mall masih tutup, kantor gak boleh kerja, maka banyak perusahaan bangkrut dan untuk menyelamatkan keuangan banyak perusahaan itu, butuh Dana Ribuan Trilyun Rupiah. Hancurlah kita!.

7. Jadi kita harus paham kenapa Jokowi harus melonggarkan ikatan dari ketakutan terhadap virus Corona ini. Kita tidak bisa hidup dalam ketakutan terus. Kita harus mulai bergerak untuk melancarkan nadi Perekonomian kembali.

8. Itulah kenapa Transportasi Publik setahap demi setahap dibuka. Juni sekolah² harus kembali beraktivitas. Kantor mulai bergerak.

9. Dan untuk sekarang, Doni Monardo, Ketua Gugus Tugas Covid, sdh mengumumkan bagi Warga yg berusia dibawah 45 Tahun boleh kembali beraktivitas. Pertimbangannya, karena selama ini yg rentan akan dampak Corona adalah mereka yg berusia diatas 45 Tahun.

10. Pasti banyak yg mencaci , "Wah, kok Pemerintah seenaknya saja. Bagaimana kalau nanti angka tertular Corona jadi meninggi ??"

11. Percayalah!  Lebih mengerikan melihat Statistik jumlah orang yg di PHK , daripada statistik jumlah orang yang Positif Corona seperti sekarang ini.
Yg ribut biasanya kelas menengah yg hidup ketakutan meski masih bisa makan, tapi kelas bawah perut laparnya gak akan bisa ditahan.

 12. "Berdamailah dengan Corona..!" Kata Presiden beberapa hari lalu.
Memangnya mau berapa lama lagi kita harus hidup dalam ketakutan??

🍅 Pemerintah tidak mungkin akan melindungi Anda 24 jam sehari, 7 hari seminggu, 365 hari setahun... dst..

🍅 Apakah Anda pikir, setelah akhir  Mei 2020 , Corona tiba² akan pergi dan kita akan mulai hidup seperti sebelumnya?.
👉🏽  TIDAK SAMA SEKALI.!!!
Makin bulan ke depan makin jelas.. terasa berat... mudah²an tidak !! Sudah terbiasa.. Perlu adaptasi ... 👉🏽 NEW NORMAL.

🍅 Virus ini sekarang telah menetap di Negara kita.., DI SINI..!
Kita harus belajar untuk hidup dengannya. Setidaknya sampai Vaksin ditemukan.

🍅 Sekarang kita harus melawan Virus ini sendiri !, dengan MENGUBAH GAYA HIDUP KITA, dengan MEMPERKUAT KEKEBALAN KITA, dengan NEW NORMAL..!!! 💝🙏🏻💝

Harap Perhatikan Perbedaannya !!!                          (Supaya tidak berprasangka buruk)

1. Batuk kering + Bersin = Polusi udara.

2. Batuk + Lendir + Bersin + Pilek = Pilek biasa.

3. Batuk + Lendir + Bersin + Pilek + Sakit tubuh + Kelemahan + Demam ringan = Flu.

4. Batuk kering + Bersin + Nyeri tubuh + Kelemahan + Demam tinggi + Kesulitan bernapas + Hilangnya indra pengecap dan perasa =  Corona virus.

Departemen patologi AIIMS,
Din. Kes.
--------------------------------------------------
ini kiriman dari Din. Kes. tolong dishare ke korwil masing-masing
Jadikan pesan ini tersedia untuk diketahui orang sebanyak mungkin !
[https://politikandalan.blogspot.com/2020/07/hidup-adalah-sebuah-pilihan-di-mana-pun.html]

===========================

Angka kasus infeksi virus corona di Indonesia masih mengalami peningkatan dan belum menunjukkan tanda-tanda penurunan, bahkan dalam kurun waktu terakhir mencapai 1.000 kasus baru.  

Sebagai langkah untuk menekan penyebaran virus corona adalah dengan mendeteksi infeksi melalui testing. Salah satu testing yang direkomendasikan WHO adalah Swab Test atau PCR (Polymerase Chain Reaction). Tidak perlu takut.. tidak ada rasa sakit.. demi untuk memastikan Anda semua. 

Klinik Lentera bersama Dinas Kesehatan Provinsi Banten menyelenggarakan SWAB TEST GRATIS pada tanggal 22 Juli 2020 

diperuntukkan kepada 300 orang. Silakan segera daftar melalui nomor telepon 021 742 7819, WA - 0882 1218 3495, 0813 8907 2637 (informasi & persyaratan)  
[https://www.infotangsel.co.id/2020/07/klinik-lentera-bersama-dinas-kesehatan.html]




Saturday, May 16, 2020

Berapa Lama Lagi Hidup Dalam Ketakutan

*Inilah kehidupan yg harus kita hadapi kedepan*


*MAU BERAPA LAMA LAGI HIDUP DALAM KETAKUTAN ??*


Mungkin banyak yang belum tahu...

Dunia sekarang menghadapi tsunami resesi ekonomi. Di Amerika sudah 33 juta orang kena PHK. Di China ada 80 juta orang. Eropa sendiri pusing dengan 60 juta pekerja terancam PHK.

Badai Corona ini membuat Amerika harus berhutang 46 ribu triliun rupiah. Sebagian besar hutang bukan untuk menghadapi Corona, tapi untuk menyelamatkan keuangan perusahaan2 yang mulai rontok bersamaan.

Eropa sendiri menggalang dana hampir 2 ribu trilyun rupiah, untuk menyelamatkan ekonomi mereka.

Jadi jangan anggap remeh resesi ekonomi kali ini. Karena seperti kita pernah obrolkan dulu, virus membunuh beberapa orang tetapi resesi ekonomi bisa menghancurkan sebuah negara.

Inilah masa-masa menakutkan bagi banyak negara, termasuk Indonesia. Produksi berhenti, ekonomi hancur, orang ketakutan. Dan dampak besarnya adalah jutaan orang kehilangan pekerjaan.

Para pengusaha di Indonesia bahkan sudah warning, mereka hanya bisa bertahan terakhir di bulan Juni saja. Kalau Juni mal-mal masih tutup, kantor-kantor gak boleh kerja maka banyak perusahaan bangkrut. Dan untuk menyelamatkan keuangan banyak perusahaan itu, butuh dana ribuan triliun rupiah. Hancurlah kita..

Jadi kita harus paham kenapa Jokowi harus melonggarkan ikatan dari ketakutan terhadap virus Corona ini. Kita tidak bisa hidup dalam ketakutan terus, harus mulai bergerak untuk melancarkan nadi perekonomian kembali

Itulah kenapa transportasi publik setahap demi setahap dibuka. Juni sekolah-sekolah harus kembali aktivitas. Kantor mulai bergerak.

Dan untuk sekarang, Doni Monardo, Ketua Gugus Tugas Covid, sudah mengumumkan bagi warga yang berusia dibawah 45 tahun, boleh kembali beraktivitas. Pertimbangannya, karena selama ini yang rentan akan dampak Corona adalah mereka yang berusia diatas 45 tahun.

Pasti banyak yang mencaci, "Wah, kok pemerintah seenaknya saja. Bagaimana kalau nanti angka tertular Corona jadi meninggi ??"

Percayalah. Lebih mengerikan melihat statistik jumlah orang yang di PHK, daripada statistik jumlah orang positif Corona sekarang ini. Yang ribut biasanya kelas menengah yang hidup ketakutan meski masih bisa makan, tapi kelas bawah perut laparnya gak akan bisa ditahan.

"Berdamailah dengan Corona.." Kata Presiden beberapa hari lalu.

Ya mau tidak mau, kita harus realistis dan menatap ke depan bahwa kita sekarang harus membangun benteng2 besar supaya tsunami resesi tidak masuk ke halaman, daripada sibuk mengutuk gempa Corona yang kemarin datang..

Memangnya mau berapa lama lagi kita harus hidup dalam ketakutan ??

Pemerintah hanya dapat menahan lockdown untuk jangka waktu tertentu. Penguncian akan berakhir perlahan. Pemerintah juga tidak akan menunjukkan keketatan seperti itu karena pemerintah pada saat itu telah membuat Anda mengetahui tentang Corona (COVID-19), jarak sosial, sanitasi tangan, dll.
Anda juga melihat peningkatan jumlah pasien Covid di negara ini.

Sekarang mereka yang masuk akal, akan memahami rutinitas mereka.

Pemerintah tidak akan melindungi Anda 24x7 selama 365 hari.

Masa depan Anda dan keluarga Anda sepenuhnya ada di tangan Anda. Setelah kuncian terbuka, pikirkan baik-baik sebelum pergi. Anda dapat pergi bekerja / kantor dan bertindak sesuai aturan dan batasan. Anda harus sangat waspada terhadap lingkungan Anda.

Apakah Anda pikir, setelah 22 Mei 2020, Corona tiba-tiba akan pergi, dan kita akan mulai hidup seperti sebelumnya?

Tidak, tidak sama sekali....

Virus ini sekarang telah menetap di negara kita, dan di sini, kita harus belajar untuk hidup dengannya. Setidaknya sampai vaksin ditemukan.

Berapa lama pemerintah akan melakukan lockdown? Berapa lama pintu keluar akan diblokir?

Sekarang kita harus melawan virus ini sendiri, dengan mengubah gaya hidup kita, dengan memperkuat kekebalan kita.

Kita harus mengadopsi gaya hidup yang berusia ratusan tahun. Makan murni. Beli hanya apa yang perlu.
Bebaskan diri Anda dari cengkeraman dokter dan Antibiotik. Anda harus menambah jumlah makanan bergizi dalam makanan Anda. Lupakan makanan cepat saji, pizza, burger, minuman dingin dll. Kita mungkin harus mengganti peralatan kita .... mengadopsi kapal-kapal besar yang terbuat dari kuningan, perunggu, tembaga, bukannya aluminium, baja dll, yang secara alami membantu menghilangkan virus.
Lupakan rasa lidah, gorengan pedas, sampah hotel.

Ini harus diikuti secara ketat setidaknya 7 hingga 8 bulan ke depan. Hanya dengan begitu kita bisa selamat. Mereka yang tidak berubah bisa dalam masalah.

Terima ini dan mulai implementasikan.
 .
Kehidupan adalah keputusan kita semua.

TETAP AMAN.

*TUHAN MENYERTAIMU*
👍👍👍

Tags

Analisis Politik (275) Joko Widodo (150) Politik (106) Politik Baik (64) Berita Terkini (59) Jokowi (58) Pembangunan Jokowi (54) Lintas Agama (31) Renungan Politik (31) Perang Politik (29) Berita (27) Ekonomi (25) Anti Radikalisme (24) Pilpres 2019 (23) Jokowi Membangun (22) Perangi Radikalisme (22) Pembangunan Indonesia (21) Surat Terbuka (20) Partai Politik (19) Presiden Jokowi (19) Lawan Covid-19 (18) Politik Luar Negeri (18) Bravo Jokowi (17) Ahok BTP (14) Debat Politik (14) Radikalisme (13) Toleransi Agama (12) Caleg Melineal (11) Menteri Sri Mulyani (11) Perangi Korupsi (11) Berita Hoax (10) Berita Nasional (9) Education (9) Janji Jokowi (9) Keberhasilan Jokowi (9) Kepemimpinan (9) Politik Kebohongan (9) Tokoh Dunia (9) Denny Siregar (8) Hidup Jokowi (8) Anti Korupsi (7) Jokowi Hebat (7) Renungan (7) Sejarah Penting (7) Selingan (7) imlek (7) Ahok (6) Health (6) Perangi Mafia (6) Politik Dalam Negeri (6) Gubernur DKI (5) Jokowi Pemberani (5) KPK (5) Khilafah Makar (5) Kisah Nyata (5) Lawan Radikalisme (5) NKRI Harga Mati (5) Negara Hukum (5) Partai PSI (5) Pengamalan Pancasila (5) Pilkada (5) Refleksi Politik (5) Teknologi (5) hmki (5) kota tangsel (5) natal (5) pengurus (5) peresmian (5) relawan (5) Anti Teroris (4) Bahaya Khalifah (4) Berita Baru (4) Dugaan Korupsi (4) Indonesia Maju (4) Inspirasi (4) Kebudayaan Indonesia (4) Lagu Jokowi (4) Mahfud MD (4) Menteri Pilihan (4) Pancasila (4) Pendidikan (4) Pileg 2019 (4) Politik Identitas (4) Sejarah (4) Tokoh Masyarakat (4) Tokoh Nasional (4) Vaksin Covid (4) Adian Napitupulu (3) Adudomba Umat (3) Akal Sehat (3) Analisa Debat (3) Artikel Penting (3) Atikel Menarik (3) Biologi (3) Brantas Korupsi (3) Breaking News (3) Covid-19 (3) Demokrasi (3) Dewi Tanjung (3) Hukum Karma (3) Karisma Jokowi (3) Kelebihan Presiden (3) Kesaksian (3) King Of Infrastructur (3) Lagu Hiburan (3) Makar Politik (3) Melawan Radikalisme (3) Musibah Banjir (3) Nasib DKI (3) Nasihat Canggih (3) Negara Maju (3) Negara Makmur (3) Nikita Mirzani (3) PKN (3) Pembubaran Organisasi (3) Pemilu (3) Pendidikan Nasional (3) Pendukung Jokowi (3) Penegakan Hukum (3) Poleksos (3) Politik Adudomba (3) Rekayasa Kerusuhan (3) Rencana Busuk (3) Revisi UUKPK (3) Sederhana (3) Tanggung Jawab (3) Testimoni (3) Tokoh Revolusi (3) Waspada Selalu (3) barongsai (3) jakarta (3) Ada Perubahan (2) Agenda Politik (2) Akal Kebalik (2) Akal Miring (2) Anggaran Pemprov (2) Antusias Warga (2) Arsitektur Komputer (2) Basmi Mafia (2) Basmi Radikalisme (2) Beda Partai (2) Berita Internasional (2) Budiman PDIP (2) Capres Cawapres (2) Cinta Tanah Air (2) Dasar Negara (2) Denny JA (2) Erick Thohir (2) Etika Menulis (2) Filsafat (2) Fisika (2) Free Port (2) Gerakan Budaya (2) Gereja (2) Himbauan (2) Information System (2) Isu Sara (2) Jaga Presiden Jokowi (2) Jalan Toll (2) Jenderal Pendukung (2) Jihat Politik (2) Jokowi Commuter (2) Jokowi Guru (2) Jokowi Motion (2) Kabinet II Jokowi (2) Kasus Hukum (2) Kasus Korupsi (2) Kehebatan Jokowi (2) Kemajuan Indonesia (2) Kemanusiaan (2) Kerusuhan Mei (2) Komputer (2) Komunikasi (2) Kriminalisasi Ulama (2) Langkah DPRD-DPR (2) Lawam Penghianat Bangsa (2) Lawan Fitnah (2) Mafia Indonesia (2) Media Sosial (2) Menteri Susi (2) Merakyat (2) Miras (2) Motivasi (2) Nilai Rupiah (2) Olah Raga (2) Opini (2) Pembangunan Pasar (2) Pemimpin Pemberani (2) Pengadilan (2) Pengatur Strategi (2) Penjelasan TGB (2) Penyebar Hoax (2) Perangi Terroriis (2) Pidato Jokowi (2) Political Brief (2) Politik ORBA (2) Program Jokowi (2) Raja Hutang (2) Relawan Jokowi (2) Ruang Kesehatan (2) Sampah DKI (2) Selengkapnya (2) Sertifikat Tanah (2) Simpatisan Jokowi (2) Suka Duka (2) Sumber Kekuasaan (2) Survey Politik (2) Tegakkan NKRI (2) Tenaga Kerja (2) Tirta Memarahi DPR (2) Toll Udara (2) Transparan (2) Ucapan Selamat (2) Ulasan Permadi (2) Ultah Jokowi (2) Undang Undang (2) amandemen (2) jokowi 3p (2) jokpro (2) news (2) perjuangkan (2) Adek Mahasiswa (1) Aksi Gejayan (1) Aksi Makar (1) Alamiah Dasar (1) Ancaman Demokrasi (1) Andre Vincent Wenas (1) Anggarana Desa (1) Anies Dicopot (1) Ansor Banten (1) Antek HTI (1) Anti Cina (1) Anti Terrorris (1) Anti Vaksin (1) Anti Virus (1) Arti Corona (1) Aset BUMN (1) Atheis (1) BIN (1) BTP (1) Bahasa Indonesia (1) Bahaya Isis (1) Bangkitkan Nasionalisme (1) Bangsa China (1) Bank Data (1) Bantu Dishare (1) Basuki Tjahaya Purnama (1) Bawah Sadar (1) Bencana Alam (1) Berani Karena Jujur (1) Berani Melapor (1) Binekatunggal Ika (1) Bintang Mahaputera (1) Bisnis (1) Bongkar Gabeneer (1) Bravo Polri (1) Bravo TNI (1) Budiman Sujatmiko (1) Bumikan Pancasila (1) Bunuh Diri (1) Busana (1) Buya Syafii Maarif (1) Calon Menteri (1) Cari Panggung Politik (1) Cctvi Pantau (1) Cendekia (1) Croc Brain (1) Cudu Nabi Muhammad (1) Cybers Bots (1) Daftar Tokoh (1) Dagang Sapi (1) Danau Toba (1) Data Base (1) Demo Bingung (1) Demo Gagal (1) Demo Mahasiswa (1) Demo Nanonano (1) Demokrasi Indonesia (1) Deretan Jenderal (1) Dewan Keamanan PBB (1) Digital Divelovement (1) Dosa Kolektif (1) Dubes Indonesia (1) Ekologi (1) Extrimis (1) FBR Jokowi (1) Faham Khilafah (1) Filistinisme (1) Filosofi Jawa (1) Fund Manager (1) G30S/PKI (1) GPS Tiongkok (1) Gagal Faham (1) Gaji Direksi (1) Gaji Komisaris (1) Gaya Baru (1) Gelagat Mafia (1) Geografi (1) Gerakan (1) Gerakan Bawah Tanah (1) Gibran (1) Grace Natalie (1) Gubernur Jateng (1) Gus Nuril (1) Gusti Ora Sare (1) HTI Penunggang (1) Hadiah Tahun Baru (1) Hari Musik Nasional (1) Hiburan (1) Hukuman Mati (1) Hypnowriting (1) Identitas Nusantara (1) Illegal Bisnis (1) Ilmu Pengetahuan (1) Ilusi Identitas (1) Imperialisme Arab (1) Indonesia Berduka (1) Indonesia Damai (1) Indonesia Hebat (1) Injil Minang (1) Intermezzo (1) Internet (1) Intoleransi (1) Investor Asing (1) Islam Nusangtara (1) Istana Bogor (1) Isu Agama (1) Isu Politik (1) J Marsello Ginting (1) Jadi Menteri (1) Jalur Gaza (1) Jangan Surahkan Indonesia (1) Jembatan Udara (1) Jenderal Moeldoko (1) Jenderal Team Jkw (1) Jilid Milenial (1) Jiplak (1) Jokowi 3 Periode (1) Jokowi Peduli (1) Jualan Agama (1) Jurus Pemerintah (1) Jusuf Kalla (1) Kadrun (1) Kambing Hitam (1) Kampus Terpapar Radikalisme (1) Kasus BUMN (1) Kasus Keluarga (1) Kebusukan Hati (1) Kecelakaan (1) Kehilangan Tuhan (1) Kehilangan WNI (1) Kekuasaan (1) Kekuatan China (1) Kemengan Jokowi (1) Kena Efisensi (1) Kepribadian (1) Keputusan Pemerintah (1) Kerusuhan 22 Mei (1) Kesaksian Politikus (1) Keseahatan (1) Ketum PSI (1) Kitab Suci (1) Kode Etik (1) Komnas HAM (1) Komunis (1) Konglomerat Pendukung (1) Kopi (1) Kota Bunga (1) Kota Misteri (1) Kota Modern (1) Kota Zek (1) Kredit Macet (1) Kuliah Uamum (1) Kunjungan Jokowi (1) Kurang Etis (1) LPAI (1) Lagu Utk Jokowi (1) Lahan Basah (1) Larangan Berkampanye (1) Larangan Pakaian (1) Lawan Rasa Takut (1) Leadership (1) Legaci Jokowi (1) Lindungi Jokowi (1) Lintas Dinamika (1) Luar Biasa (1) MPG (1) Mabok Agama (1) Mafia Ekonomi (1) Mafia Tanah (1) Mahakarya (1) Mahkamah Agung (1) Manfaat Vaksin (1) Mari Tertawa (1) Masa Kampanye (1) Masalah BUMN (1) Matematika (1) Membunuh Sains (1) Mempengaruhi Musuh (1) Mempengaruhi Orang (1) Mendisplinkan Siswa (1) Mengharukan (1) Menghasut Pemerintah (1) Menghina Lambang Negara (1) Mengulas Fakta (1) Menjaga Indonesia (1) Menjaga Jokowi (1) Menjelang Pemilu (1) Menjlang Pelantikan (1) Menko Polhukam (1) Menteri (1) Menteri Agama (1) Menteri Sosial (1) Menydihkan (1) Mesin Pembantai (1) Minuman Keras (1) Model Tulisan (1) Muhamad Ginting (1) Mumanistik (1) Muslim Prancis (1) Musu RI (1) Musuh Dlm Selimut (1) Obat Tradisional (1) Oligarki (1) Omnibus Law (1) Oramas Terlarang (1) Orang Baik (1) Orang Beragama (1) Orang Bodoh (1) Orang Kaya (1) Ormas Islam (1) Otak Kebalik (1) Overdosis Haram (1) PHK dan Buruh (1) Palestina (1) Panduan (1) Pantau Jakarta (1) Para Makar (1) Parawisata (1) Partai Baru (1) Partai Komunis (1) Pasar Murah (1) Pelarian (1) Pembayaran Utang Negara (1) Pembela Rakyat (1) Pembumian Pancasila (1) Pemerintahan Jayabaya (1) Pemilihan Presiden (1) Pemprov DKI (1) Pencerahan (1) Pencucian Uang (1) Pendukung Lain (1) Penebaran Virus so (1) Pengacau Negara (1) Pengalaman (1) Pengangguran (1) Pengaruh (1) Pengertian Istilah (1) Pengertian Otoritas (1) Penggulingan Rezim (1) Penghianat Bangsa (1) Pengobatan (1) People Power (1) Perang Dunia III (1) Perangi Tetroriis (1) Peraturan (1) Perayaan Natal (1) Percobaan (1) Perguruan Tinggi (1) Peringatan Keras (1) Peristiwa Mei 1998 (1) Pernikahan (1) Pernyataan ISKA (1) Pertamina (1) Pertemuan Politik (1) Pesan Gus Nuril (1) Pesan Habib (1) Peta Politik (1) Pidato Prisiden RI (1) Pil Pahit Srilanka (1) Pilkada 2018 (1) Pilkada Solo (1) Pilpres Curang (1) Pimpinan MPR (1) Politik Agama (1) Politik Catur Jkw (1) Politik Kepentingan (1) Politik LN (1) Politik Uang (1) Politikus (1) Pollitik (1) Profesional (1) Propaganda (1) Propaganda Firehose (1) Psikoanalisa (1) Psikologi Praktis (1) Puisi (1) Pulau Terindah (1) Quick Count (1) RUU Kadrun (1) Raja Bonar (1) Raja Debat (1) Raksasa (1) Rakyat Kecil (1) Realita Politik (1) Rekam Jejak (1) Rekapitulasi DPS (1) Reklamasi Pulau (1) Remix Sunda (1) Rendah Hati (1) Reungan Politik (1) Rhenald Kasali (1) Risma (1) Ruhut P Sitompul (1) Saksi Yehuwa (1) Sangat Canggih (1) Scandal BLBI (1) Seharah Pers (1) Sehat Penting (1) Sejarah Politik (1) Sekilas Info (1) Selamat Imlek (1) Sembuhkan Jiwasraya (1) Seni (1) Seniman Bambu (1) Shanzhai (1) Sidak Harga (1) Sidang MPR (1) Sigmun Freud (1) Silaturahmi (1) Sistem Informasi (1) Skema Kerusuhan (1) Skenario 22 Mei (1) Skenario Demonstrans (1) Skripsi (1) Soekarno (1) Stasiun KA (1) Suku Minang (1) Sumber Inspirasi (1) Super Power (1) Superkarya (1) Syirianisasi (1) System Informasi (1) TKA Siapa Takut (1) Tahun Kampret (1) Taliban (1) Tanda Kehormatan (1) Tanda Zaman (1) Tanggapan Atas Pidato (1) Tanya Jawab (1) Tebang Pilih (1) Teori Kepribadian (1) Terkaya Indonesia (1) Terorisme (1) Terrorisme (1) Tidak Becus Kerja (1) Tindakan Makar (1) Tingkat Kemiskinan (1) Tinjauan Filsafat (1) Tips dan Trik (1) Toleransi Identitas (1) Travelling (1) Tuan Rumah (1) Tukang Kayu (1) UU Cipta Kerja (1) Ucapan Gong Xi Fat Choi (1) Ulama Bogor (1) Ulasan Berita (1) Ulasan Suriah (1) Ustadz Bangsa (1) Via Vallen (1) Virus Covid-15 (1) Wajib Baca (1) Wakil Tuhan (1) Wali Kota (1) Wanita Kartini (1) Wewenang (1) Yusril Blakblakan (1) breaing news (1) karo (1) kontemporer (1) tari (1)