Latest News

Selengkapnya Diteruskan DI NEWS.TOPSEKALI.COM

Tuesday, July 30, 2019

Danau Toba Menjadi Destinasi Wisata Internasional


Dukung Danau Toba Menjadi Destinasi Wisata Internasional, Kementerian PUPR Anggarkan Rp 2,4 Triliun pada Tahun 2020

Parapat – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) membangun sejumlah infrastruktur untuk mendukung pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Danau Toba, Sumatera Utara menjadi destinasi wisata skala internasional. Infrastruktur yang dibangun antara lain pembangunan jalan ligkar samosir, jembatan Tano Ponggol, revitalisasi Danau Toba, embung, instalasi pengolahan air, sanitasi, dan penataan kawasan tepi Danau Toba.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan pada tahun 2020 telah mengalokasikan anggaran pembangunan infrastruktur untuk pengembangan KSPN Danau Toba sebesar Rp 2,4 triliun atau lebih besar dari tahun 2019 sebesar Rp 821,3 miliar.

"Kementerian PUPR sudah membuat program pengembangan KSPN Danau Toba. Program tersebut merupakan program terpadu dari seluruh sektor yang sudah kita survei. Ini belum termasuk kawasan Kaldera, untuk menarik investor di Kaldera kita akan programkan pembangunan jalan Dengan kunjungan hari ini dan dilanjutkan oleh rencana tinjauan Presiden, akan memperhalus program untuk mengubah wajah kawasan Danau Toba menjadi lebih tertata," kata Menteri Basuki saat meninjau penataan kawasan wisata Dolok Sipiak di Parapat, (28/7/2019).

Penataan kawasan wisata Dolok Sipiak di Kecamatan Parapat, Kabupaten Simalungun dilakukan melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya pada tahun 2017-2018 dengan biaya Rp 5,8 miliar. Kawasan yang berada diatas bukit tersebut menjadi tujuan wisata karena dari lokasi ini wisatawan mendapatkan pemandangan Danau Toba yang indah.

Agar lebih tertata dan nyaman dikunjungi, Kementerian PUPR membangun sejumlah fasilitas berupa ruang sanggar tari, amphitheatre, gardu pandang, area bermain, toko souvenir, dan parkir kendaraan.

Tidak jauh dari lokasi tersebut, Kementerian PUPR juga akan melakukan penataan pedestrian Pesanggrahan Bung Karno yang pernah menjadi rumah pengasingan Presiden pertama Indonesia tersebut. Penataan pedestrian juga akan dilakukan di area Pasar Sisi Danau Toba di Parapat. Untuk menambah ruang terbuka pada wilayah tersebut, Kementerian PUPR tahun ini telah menganggarkan Rp 50 miliar untuk penataan ruang terbuka publik Parapat.

Dalam melakukan penataan KSPN Danau Toba, Kementerian PUPR melibatkan Arsitek Nusantara Yori Antar yang juga terlibat dalam pembenahan kawasan pariwisata Labuan Bajo, NTT. "Pengembangan kawasan wisata tidak cukup dengan konsultan teknik, namun juga perlu melibatkan arsitek agar infrastruktur yang dibangun tidak kaku, sehingga perlu diperhalus melalui arsitektur," ujarnya.

Turut hadir dalam peninjauan tersebut Bupati Tobasa Darwin Siagian, Dirjen Cipta Karya Danis H. Sumadilaga, Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman Didiet A. Akhdiat, Direktur Sungai dan Pantai Ditjen Sumber Daya Air Jarot Widyoko, Kepala BBPJN II Medan Sumatera Utara Selamet Rasidi, Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera II, Roy Pardede, Kepala Biro Komunikasi Publik Endra S. Atmawidjaja, dan Arsitek Nusantara Yori Antar.(*)

Biro Komunikasi Publik
Kementerian PUPR

Facebook : Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Twitter : @kemenpu
Instagram : kemenpupr
Youtube : kemenpu

#PUPRsiapmelayani
#InfrastrukturUntukIndonesiaMaju
#PUPRSigapMembangunNegeri
#PUPRBangkitMelawanKorupsi

Kuburan Bus Transjakarta dan Bagaimana Pendukung Anies Men-fitnah Jokowi dan Ahok


Kuburan Bus Transjakarta dan Bagaimana Pendukung Anies Men-fitnah Jokowi dan Ahok

Beberapa hari ini pendukung Anies gencar menyebarkan foto dan video kuburan bus-bus Transjakarta yang dikaitkan dengan kebijakan Jokowi dan Ahok saat menjabat gubernur dan wakil gubernur Jakarta. Seolah-olah mereka berdua bertanggung jawab, dari fitnah terlibat kasus korupsi, hingga keduanya melakukan pemborosan uang milyaran rupiah. Inilah fitnah yang dilakukan pendukung Anies.

Bagaimana faktanya?

Bus-bus itu memang ditolak oleh Ahok, karena cacat dan rusak, bus-bus produk China yang abal-abal. Tapi Dishub DKI zaman itu (yg pejabat-pejabatnya warisan dari era sebelumnya) malah bersikeras agar bus-bus itu diterima oleh Pemprov DKI dengan dalih: asas manfaat & TransJakarta kekurangan armada bus pengangkut.

Bukan Ahok namanya kalau tidak melawan. Ahok tetap melawan, dia tidak mau terima bus-bus abal-abal itu. Ahok malah curiga kalau ada kongkalikong di balik pembelian bus-bus itu. Dan benar, Kadishub saat itu, Undar masuk penjara karena kasus suap.

Korupsi Bus TransJakarta, Eks Kadishub Udar Pristono Dihukum 13 Tahun Penjara http://detik.id/6TZxMd

Hukuman Udar Pristono Diperberat Jadi 13 Tahun Penjara
 https://megapolitan.kompas.com/read/2016/03/23/21130951/Hukuman.Udar.Pristono.Diperberat.Jadi.13.Tahun.Penjara

Justeru Ahok lah yg membongkar kasus korupsi pengadaan bus Transjakarta dan menolak bus-bus karatan itu, sehingga menyelamatkan penumpang bus Transjakarta dari celaka, misalnya yg pernah terjadi: kebakaran.

Dari pengalaman ini, Ahok tidak mau lagi ada pengadaan bus-bus dari China:

Ahok Tidak Mau Terima Bus Transjakarta Abal-abal dari Tiongkok http://poskotanews.com/2015/12/29/ahok-tidak-mau-terima-bus-transjakarta-abal-abal-dari-tiongkok

Pusing Urus Bus China, Ahok: Sekalian Aja ada Dingdong atau Tongtong http://detik.id/6FzKRc

Kembali ke kuburan bus-bus Transjakarta yang diviralkan lagi oleh pendukung Anies yg dipakai untuk memojokkan dan memfitnah Jokowi dan Ahok, padahal faktanya bus-bus itulah yang ditolak Ahok, karena cacat, karatan dan rusak, kalau saja Ahok saat itu terima, maka, dia bisa dituduh terlibat korupsi. Kalau dia terima maka dia bisa dituduh ikut memesan pengadaan bus-bus cacat. Kalau Ahok terima berarti mencelakakan penumpang Transjakarta. Justeru di era Jokowi dan Ahok, kasus korupsi pengadaan bus Transjakarta dibongkar!

Jokowi dan Ahok yg membongkar korupsi Transjakarta, kok malah disalahkan oleh pendukung Anies saat ini. Ini sama saja pendukung Anies mendukung terpidana korupsi seperti Udar Pristono dan mencelakakan penumpang Transjakarta dengan memakai bus-bus yang abal-abal itu.

Melihat Danau Toba dari Sipinsur Geosite,Harapan Semakin Dekat Pembangunan Wisata Danau Toba.


Presiden Joko Widodo beserta Ibu Negara Iriana Joko Widodo dan sejumlah Menteri Kabinet Kerja meninjau Sipinsur Geosite di Kabupaten Humbang Hasundutan, Provinsi Sumatera Utara, Senin, 29 Juli 2019.

Presiden juga menginginkan agar Danau Toba, yang tak jauh dari Sipinsur, bisa dikembangkan menjadi kawasan wisata terintegrasi yang berkelas. Di samping soal wisata, ia juga menegaskan agar isu lingkungan juga menjadi perhatian.

Meninjau Pelabuhan Penyeberangan Muara di Tapanuli Utara

Presiden Joko Widodo meninjau Pelabuhan Penyeberangan Muara, di Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara, pada Senin, 29 Juli 2019. Usai menyimak paparan dan melihat panel proyek, Presiden menyempatkan bersalaman dan berswafoto dengan masyarakat sekitar.













https://setpres.setneg.go.id/foto/melihat-danau-toba-dari-geosite-sipinsur/

Dinamika 2019 Menuju 2022 dan 2024


AKHIRNYA usai sudah hajatan akbar lima tahunan, yaitu untuk kali pertama pemilu legislatif dan presiden digelar serentak tahun 2019 ini. Tidak mudah menjaga kewarasan politik di tengah gempuran badai isu identitas sentimen etnis dan agama sejak 2014 yang sebenarnya sudah timbul bibitnya di 2012.

 Masih segar dalam ingatan untuk pertama kalinya Joko Widodo dan Prabowo Subianto "berlaga" dalam Pilpres 2014 yang melahirkan keterbelahan yang dikenal dengan sebutan "cebong" dan "kampret". Itu disambung dengan Pilkaa DKI Jakarta 2017 yang mengerucutkan politik identitas, terutama mengedepankan sentimen etnis dan agama.

Yang baru berlalu, masih terasa bilur-bilur babak belur pertempuran hebat kubu 01 dan 02. Dengan ditolaknya seluruh dalil gugatan Prabowo Subianto–Sandiaga Uno di Mahkamah Konstitusi, berarti legitimasi terpilihnya Joko Widodo–Kiai Ma'ruf Amin adalah final.

Di titik inilah mulai nampak para "penumpang gelap" yang sebenarnya terang benderang menampakkan jati dirinya. Di seluruh linimasa media sosial, caci maki dan sumpah serapah berhamburan dari kelompok ini ditujukan kepada Prabowo Subianto, di mana sebelumnya secara terstruktur sistematis dan masif ditujukan kepada Jokowi.

Mencapai puncaknya adalah ketika kedua kontestan Pilpres 2019 ini pada 13 Juli 2019 bertemu di Stasiun MRT, disambung duduk bareng dalam MRT dan makan siang bersama di salah satu mal di Jakarta. Diplomasi mulut dan perut ternyata tidak berhenti di situ. Pada 24 Juli 2019, Prabowo Subianto menyambangi kediaman Megawati Soekarnoputri memenuhi undangan "diplomasi nasi goreng". Entah apa yang dibicarakan di situ, hanya orang-orang yang sangat terbatas hadir di situ. Di hari yang sama, Anies Baswedan bertemu Surya Paloh di DPP Nasdem.

Dua hari sebelumnya, 22 Juli 2019, Nasdem, PKB, Golkar, dan PPP juga mengadakan pertemuan. Disusul dengan pertemuan Prabowo dan Rachmawati pada 27 Juli 2019 di kediaman Rachmawati untuk "diplomasi nasi liwet". Pertemuan-pertemuan intensif tingkat tinggi ini selain meredakan dan semoga menghapus sekat perseteruan antara kubu 01 dan 02, justru juga membuka lebar-lebar kedok para penumpang gelap yang memanfaatkan kubu 02 untuk memuluskan tujuan mereka yang ingin mengganti Pancasila dengan khilafah.

Serempak dan kompak kelompok ini mendeklarasikan diri dengan narasi-narasi senada bahwa Prabowo "pengkhianat", bahwa mereka akan terus berjuang, bahwa mereka tetap menolak "presiden hasil kecurangan". Tidak ketinggalan Amien Rais dengan percaya diri meminta komposisi 55:45 untuk masuk ke dalam koalisi pemerintahan presiden dan wakil presiden terpilih, entah yang dimaksud 55 persen itu kubu yang mana, kubu pemenang atau saking percaya diri dan menilai diri sendiri tinggi kubunya sendiri.

Tak lain pertemuan-pertemuan ini tentu saja untuk membahas peta alokasi orang-orang dalam pemerintahan 2019-2024. Akankah Gerindra menduduki posisi penting dan strategis di dalam kabinet baru 2019 ini? Posisi-posisi kunci seperti Ketua MPR dan beberapa kementerian tampaknya menjadi incaran Gerindra. Ini becermin dari pengalaman PAN sebelumnya yang tadinya berseberangan di 2014, kemudian merapat dan mendapatkan jabatan Ketua MPR. Bagaimana posisi para partai koalisi pendukung Jokowi sejak awal?

Menurut kabar, partai-partai koalisi pendukung Jokowi keberatan jika oposisi masuk dalam kabinet kali ini. Tak kalah heboh adalah sinyal bahwa Anies Baswedan akan maju dalam Pilpres 2024. Gelagat ke situ sebenarnya sangat samar sudah dapat dirasakan sejak pidato pada hari pelantikannya tentang pribumi dan non-pribumi dan kemudian pelahan tapi pasti sentimen etnis tertentu terus dibangun. Yang baru lewat adalah ketika Anies dihajar isu pembongkaran instalasi bambu Getih Getah di Bundaran Hotel Indonesia, dengan enteng dia mengatakan, jika menggunakan besi nanti uangnya akan lari ke Tiongkok karena besinya impor dari sana. Secara sederhana, jumlah besi yang dibutuhkan untuk instalasi semacam itu, sepertinya berlebihan jika dikatakan harus impor. Anies Baswedan tidak akan melewatkan setiap detik masa jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta untuk mulai dan terus membangun dukungan untuk melaju di 2024.

Mengutip tulisan saya di sini dua tahun lalu, Perlawanan Koruptor dan Oligarki Berbungkus Agama dan Sentimen Etnis, saya mencoba memisahkan sejernih mungkin urusan hiruk pikuk politik semenjak 2012 sampai sekarang ini dan saya yakin akan menghebat di Pilpres 2019 dengan level yang mungkin terdahsyat dalam sepanjang sejarah Republik Indonesia. Terlebih lagi saya tidak mengkritik agama apa pun karena saya meyakini ajaran agama apapun adalah kebaikan. Namun, seringkali agama digunakan, dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan politik.

Di seluruh penjuru dunia terbukti agama merupakan bungkus paling manjur dan mujarab untuk mengobarkan fanatisme membabibuta. Timur Tengah, Irlandia, Afrika, bahkan di Amerika--agama (dan biasanya bersinergi dengan etnis) masih merupakan senjata paling ampuh. Para anasir politik identitas sentimen etnis dan agama ini tahu persis bagaimana memainkan isu ini terus menerus serta memanfaatkan momentum Pileg dan Pilpres 2019 ini untuk terus bertahan di semua lini, baik pemerintah ataupun swasta.

Pembubaran Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) oleh Pemerintah ternyata justru menaikkan perolehan suara PKS secara signifikan yang menerima limpahan dari HTI. Dua partai, yaitu PKS dan PAN, yang diperkirakan tidak lolos ke Senayan kali ini di 2019 justru memperoleh kenaikan suara cukup signifikan dibanding tahun 2014. Semenjak pertemuan Jokowi-Prabowo dan disusul dengan pertemuan-pertemuan lainnya, para anasir politik identitas sentimen etnis dan agama tersebut mulai ancang-ancang mencari tempat berlabuh yang lain setelah Gerindra sebagai juara 3, bisa dibilang "rujuk" dengan PDIP, partai pemenang Pemilu 2019 ini.

Pilkada DKI Jakarta 2022 
Sewaktu menuliskan ini, rasanya seperti déjà vu di tahun-tahun 2011-2012 ketika Gerindra dan PDI-P berkoalisi mengusung seorang tukang kayu yang saat itu menjabat sebagai Wali Kota Solo dan seorang etnis Tionghoa menjadi pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur DKI Jakarta. Banyak orang menilai pasangan calon ini adalah pasangan aneh dan tidak akan menang melawan petahana ketika itu menghadapi pasangan calon lain yang dianggap lebih berakar di DKI Jakarta. Sejarah mencatat pasangan Jokowi-Ahok menang gilang gemilang di DKI Jakarta tahun 2012. Danm dua tahun kemudian Jokowi maju sebagai capres dan menang. Akankah sejarah berulang? Fauzi Bowo hanya menjabat satu periode setelah menang pada tahun 2007 berpasangan dengan Prijanto.

Siapa nantinya yang akan berlaga di Pilkada Gubernur DKI Jakarta 2022? Bisa dibilang laga di Ibu Kota tahun 2022 nanti akan menjadi "pemanasan" untuk maju dalam laga skala nasional yaitu presiden di 2024. Nama-nama mulai sayup-sayup berseliweran. Dari nama-nama yang berseliweran belum ada calon kuat yang cukup greget melawan petahana Anies Baswedan. Akankah fenomena "satria piningit" seperti Jokowi akan terulang, dari yang sebelumnya tidak masuk radar bursa calon gubernur DKI Jakarta, tiba-tiba mencuat dan meroket dengan cepat?

Pilkada serentak 2020 
Yang mungkin terlewatkan dari perhatian publik adalah tahun depan, tahun 2020 akan ada pilkada serentak di 270 daerah seluruh Indonesia. Terbetik berita bahwa Gerindra membuka peluang berkoalisi dengan PDI-P untuk maju dalam Pilkada Sumatera Barat 2020. Kedua partai besar ini sangat menyadari bahwa Sumatera Barat adalah lumbung suara signifikan untuk pilpres. Kemudian, yang paling menarik dicermati adalah Pilkada Surakarta. Sudah ada dua partai politik yang bersiap mengusung Gibran Rakabuming, putra sulung Jokowi, maju menjadi calon wali kota Solo tahun depan. Dua partai politik itu adalah Demokrat dan PKS.

Cukup mengagetkan melihat manuver PKS, partai yang selama ini cukup bertentangan dengan pemerintah, serta merta berancang-ancang mengusung Gibran. Jelas tapi tak terpaparkan melalui kata-kata maksud dan tujuan PKS. Kalau Demokrat memang jelas harus berpikir strategis untuk lima tahun ke depan termasuk di sela-sela perhelatan politik dalam lima tahun ke depan ini, berbagai pilkada di berbagai daerah. Akankah Gibran maju sebagai calon wali kota Solo untuk Pilkada 2020? Jika ya dan jika menang, akankah mengulangi menyusuri rute yang sama dengan Jokowi untuk kemudian maju 2022 di DKI dan 2024 di nasional? Saat ini memang sangat terlalu dini untuk menebak. Tetapi yang jelas, seluruh partai politik akan menapaki "rute" yang sama, yaitu Pilkada 2020, Pilkada DKI Jakarta 2022, dan Pilpres 2024.

Visi Indonesia dan radikalisme
Dalam pidato Jokowi di Sentul pada 14 Juli 2019, berulang kali ditekankan bahwa dalam periode kedua ini, Jokowi tidak memiliki beban politik dan akan secara maksimal dengan segala daya upaya untuk Indonesia. Pidato ini dirangkum dalam Visi Indonesia.

Salah satu poin utama Visi Indonesia adalah membangun sumber daya manusia dan menuntaskan revolusi mental yang merupakan janji politik Jokowi sejak 2014. Yang tidak kalah penting adalah bangkitnya semangat nasionalisme dan perlawanan nasional terhadap maraknya paham-paham yang ingin mengganti Pancasila yang semakin mengkhawatirkan merasuk ke seluruh lini masyarakat. Menyebut dua contoh terbaru adalah wacana (atau sudah?) akan digantikannya rok menjadi celana panjang untuk pasukan pengibar bendera pusaka (paskibraka) dalam perayaan Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus di Istana Negara dan satu lagi heboh-heboh diblokirnya kanal Kimi Hime yang dinilai terlalu vulgar.

Dimulai dengan hal-hal seperti ini, kemudian akan meluas ke hal-hal lain yang biasanya akan dikaitkan dengan ajaran agama. Perlawanan secara budaya muncul diawali dengan Selasa Berkebaya yang ingin mengembalikan identitas busana nasional serta perlawanan masyarakat ratusan ribu penandatangan petisi pembubaran Front Pembela Islam (FPI). Ditambah beberapa hari belakangan semakin santer kemungkinan pembubaran FPI oleh pemerintah jika dinilai tidak sejalan dengan haluan negara. Jika memang FPI jadi dibubarkan, bisa jadi Pilkada DKI Jakarta 2022 akan jauh berkurang panasnya sentimen etnis dan agama seperti 2017 kemarin. God bless Indonesia, bukan indonestan.

AJI CHEN BROMOKUSUMO

https://nasional.kompas.com/read/2019/07/30/06000081/dinamika-2019-menuju-2022-dan-2024?page=4.
Editor : Laksono Hari Wiwoho

Konsep Trinitas ini tidak mudah dipahami.


TULISAN BAGUS DARI PROF MAHFUD

Saya tidak menduga Prof Mahfud menguasai konsep Trinitas sedemikian dalam. Bravo untuk orang terdidik dan cerdas.
Jelas sekali bahwa  beliau ini selain cendekiawan, muslim, juga ORANG INDONESIA!

Eggi Sudjana, Ormas, dan Konsep Trinitas

Oleh: Mahfud MD

Saya tidak mendedikasikan tulisan ini kepada Eggi Sudjana secara khusus tetapi juga kepada semuanya saja, yang sekedar ingin tahu mengenai konsep Trinitas dalam kristen. Benarkah Umat Kristen menyembah Tiga Tuhan. Dan benarkah hal itu bertentangan dengan Pancasila Sila Pertama.

Saya tahu Eggi Sudjana sedang sangat sibuk. Sibuk mengklarifikasi. Tetapi semoga saja beliau mau meluangkan waktunya barang sebentar, mungkin sebelum tidur untuk membaca tulisan ini. Ini penting agar Eggi Sudjana menjadi tahu.

Tulisan ini adalah bentuk uji intelektual atas pengetahuan ES yang mungkin terbatas itu atas konsep Ketuhanan Yang Maha Esa. (Untuk selanjutnya penulisan nama Eggi Sudjana akan saya singkat menjadi ES. Singkat dan bikin adem).

Ormas vs Agama resmi di Indonesia

Setelah membaca dengan agak komprehensif Perppu 2/2017, saya tidak menemukan hal-hal yang membatasi ruang gerak Ormas. Intinya, asalkan Ormas itu tidak menggangu ketertiban umum dalam hal apapun dan tidak bertentangan dengan ideologi negara, tak ada yang perlu dirisaukan. Berdakwah menyebarkan agama dipersilahkan oleh negara asal sesuai dengan ketentuan. Tapi kalau mau mengotak-atik sistem negara dengan dakwah dan paham yang bertentangan dengan ideologi negara, negara melarang.

Lalu ES mengkaitkan Perppu 2/2017 ini dengan sila pertama dalam Pancasila: Ketuhanan Yang Maha Esa. Bagi ES sila pertama itu berarti Tuhan yang SATU. Bahwa ajaran selain Islam bertentangan dengan Pancasila. Karena menyembah banyak Tuhan. Tidak satu Tuhan seperti Islam. “Kristen itu Tritunggal, Hindu Trimurti, dan Budha..bla bla bla... Nah, konsekuensi hukum dari Perppu Ormas itu menurut ES, jika Perppu itu diterima, maka ajaran selain Islam harus dibubarkan,” demikian kurang lebih kata ES.

Pengetahuan ES itu keliru. Alasannya sangat sederhana. Pertama: Perppu 2/2017 ini sebenarnya diperuntukan untuk Ormas-Ormas yang paham dan ajarannya oleh pemerintah dianggap berbahaya bagi NKRI. Mengancam Bhineka Tunggal Ika. Ingin mengganti ideologi bangsa. Dalam hal ini adalah Ormas HTI. Ormas HTI ini jelas melandaskan diri pada salah satu ajaran Islam. Terbukti ide tentang khilafah itu dan HTI sendiri ditolak oleh MUI. Apakah karena FPI yang katanya berlandaskan Islam, jika berbuat anarkis lalu Islam yang dibubarkan? Tidakkan.

HTI ini Ormas yang ingin menegakkan salah satu ajaran Islam mengenai Khilafah. Tetapi sekaligus pula bahwa di Indonesia tafsir mengenai ide Khilafah itu tidak lagi cocok. Kenapa? Karena Indonesia bukan negara Islam. Jadi apalagi yang mau dibela soal HTI ini, sementara begitu banyak negara Islam di Timur Tengah yang menolak HTI. Itu yang pertama.

Yang kedua: Agama-agama yang disebut ES di Indonesia: Kristen, Hindu, dan Budha, dan Islam sendiri, diakui oleh negara. Ini berarti bahwa agama-agama yang disebut ES itu tidak membahayakan ideologi bangsa. Tidak berpotensi menghancurkan keutuhan NKRI dan Bhineka Tunggal Ika. Oleh sebab itu, negara menjamin hak-hak beragama bagi semua pemeluk agama yang sah itu, agama yang diakui oleh negara. Jadi sangat keliru kalau ES mengatakan bahwa ajaran selain Islam harus dibubarkan bila Perppu 2/2017 diterima. Dua hal ini tidak singkron. Tidak nyambung.

Ajaran atau paham itu sumbernya dari Agama. Bukan Agama yang bersumber dari ajaran. Agama itu induk yang melahirkan ajaran-ajaran. Ajaran itu juga harus ditafsirkan sesuai jaman. Ajaran boleh dihapus jika tidak sesuai dengan kontak jaman. Misal, dalam Islam, hokum berjinah adalah rajam sampai mati. Nah, apakah hokum rajam itu sesuai dengan kontek masa kini dan di Indonesia? Jawabannya tentu saja tidak lagi relevan. Oleh sebab itu, bentuk hukum itu tidak dipakai di Indonesia. Sampai di sini paham ya, ES.

Ketiga, HTI itu adalah Ormas dengan paham radikal. Kenapa saya sebut radikal? Karena ingin mengubah dasar negara kita. Yang tujuannya jelas mengancam kedaulatan NKRI dan Bhineka Tunggal Ika. HTI dengan sangat gamblang dan vulgar menolak demokrasi, mengatakan demokrasi itu haram. Menolak negara bangsa. Pemimpin tidak dipilih oleh demokrasi dan DPR tetapi oleh alim Ulama. "Itu sudah clear: Gerakan mereka memasukkan ideologi Khilafah mengganti Pancasila," kata Prof. Mahfud.
http://www.viva.co.id/berita/nasional/918922-mahfud-md-hti-memang-ingin-mengganti-Pancasila.
http://nasional.kompas.com/read/2017/07/21/05100001/menurut-mui-ideologi-dan-aktivitas-hti-bertentangan-dengan-Pancasila.

Oke, jika sistem Khilafah itu merupakan ajaran Islam. Tetapi para pendiri bangsa ini sudah sepakat bahwa Indonesia adalah negara bangsa. Dengan Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika sebagai ideologinya. Tidak bisa ideologi itu diganggu gugat. Dengan kata lain tak ada ruang bagi Khilafah di Indonesia.

Sistem Khilafah itukan hanya salah satu dari sekian ajaran Islam, yang ternyata tidak cocok di Indonesia. Masih banyak ajaran-ajaran Islam lainnya yang baik, yang bisa selaras dengan ideologi bangsa. NU dan Muhammadiyah adalah dua organisasi Islam yang telah membuktikan keselarasan Islam dengan ideologi bangsa ini.

Jadi kesimpulan sementara adalah: ES tolong bedakan antara ajaran dengan Agama. Dalam agama ada banyak sekali ajaran-ajarannya, paham-pahamnya. Tidak boleh satu ajaran agama keliru lalu agamanya dibubarkan. Apalagi dasar pembubaran hanya karena konsep ke-Esa-an Tuhan.

Dan yang pasti dalam Sila Pertama negara tidak pernah mempersoalkan konsep keTuhan dalam setiap agama yang dianut oleh warga negara. Yang ditekankan oleh negara adalah berTuhan dalam konsep masing-masing agama. Mau Tuhanya tiga kek, lima kek, bukan urusan negara sejauh tidak bertentangan dengan ideologi bangsa. Yang dipersoalkan negara melalui Perppu 2/17 inikan soal Ormas yang berpaham radikal, ajaran Khilafah HTI yang ingin mengganti ideologi bangsa, mengancam NKRI dan Bhineka Tunggal Ika. Itu pointnya.

Tidak hanya paham dan ajaran HTI kan yang dilarang. "ajaran atau paham yang bertentangan dengan Pancasila' antara lain ajaran ateisme, komunisme/marxisme-leninisme, atau paham lain yang bertujuan mengganti/mengubah
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Jelaskan pak ES!!
https://news.detik.com/berita/d-3557287/larangan-untuk-Ormas-di-Perppu-217-jadi-lebih-luas-ini-isinya
Konsep Tritunggal dalam Kekristenan: Allah yang satu dan Esa

Nah, ini yang penting. Point inilah yang menjadi dasar ucapan ES bahwa ajaran selain Islam harus dibubarkan karena bertentangan dengan Pancasila: Ketuhanan yang Maha Esa. Bahwa Tuhan dalam agama kristen itu ada tiga maka bertentangan dengan Pancasila yang didefinisikan ES sebagai Tuhan yang tunggal dengan kata ESA.

“Ketuhanan yang Maha Esa” ini tidak lantas berarti Tuhan yang satu. Bahwa setiap orang harus ber-satu Tuhan dalam agama yang harus agama monoteis. Dalam bahasa sangsekerta satu bukanlah ESA melainkan EKA. Karena Frasa Tuhan yang Maha dan Esa jika diartikan Tuhan Yang Maha Satu, kan kurang cocok, kalau mengikuti pikiran ES. Harusnyakan Tuhan yang Maha Eka, bukan Maha ESA. Ini juga hendak menegaskan bahwa seharusnya jika titik berat pada sila pertama ini adalah Tuhan yang satu. Seharusnya sila pertama ini berbunyi “Tuhan Yang Maha Esa (EKA)”. Karena awalan ke dan akhiran an pada kata ‘Ketuhanan” memberi makna baru pada kata itu. kata “Maha” (sansekerta) berarti mulia dan besar. Besar ini bukan dalam satuan ukuran. Melainkan merujuk pada sesuatu yang lebih dari besaran dalam satuan ukuran. Pahamkan kalau saya sebut Tuhan Maha pengasih? Artinya adalah kasih dari Tuhan itu tak terbatas.

ESA/Etad (sansekerta) kata itu lebih menitikberatkan pada arti keberadaan Tuhan itu sendiri. Sedangkan kata Ketuhanan: diberi awalan ke- dan akhiran an. Ini otomatis memberi makna yang baru pada kata itu yakni: mengalami hal dan atau merujuk pada sifat-sifat yang berhubungan dengan Tuhan. Jadi Ke-tuhan-an yang Maha Esa kurang lebih dapat diartikan bahwa kita harus beriman pada Tuhan yang memiliki sifat adil, baik, mulia, bijaksana. Sifat Tuhan yang Maha Mulia, maha Agung, Maha segalanya. Percaya bahwa Tuhan itu ada. Dengan percaya kepada Tuhan penganutnya diharapkan memiliki rasa adil dan rasa kemanusiaan yang tinggi terhadap sesamanya.                     
Jadi pak ES, Ketuhanan Yang Maha Esa ini tidak bisa merujuk pada jumlah Tuhan hanya karena kata “Esa”. Bahwa Tuhan yang disembah harus satu. Tetapi kepada beriman kepada Tuhan. Tidak ateis!
https://oktavianipratama.wordpress.com/matakuliah-umum/kewarganegaraan/arti-dan-makna-sila-ketuhanan-yang-maha-esa

Sekarang kita ke persoalan Trinitas. Ini agak berat pak ES. Jadi simak baik-baik.

Sebenarnya konsep Trinitas ini tidak mudah dipahami. Juga oleh penganut agama katolik itu sendiri. Mereka kadang kesulitan memahami, mencerna dan bagaimana menjelaskan Trinitas ini. Satu Tuhan dalam tiga pribadi. Nah, apalagi orang yang bukan Katolik.

Inti paling mendasar dalam beragama katolik itu adalah iman. Ketebukaan hati dan kemauan untuk mengakui keterbatasan akal manusia sangat penting untuk dapat memahami sedikit misteri Allah. Namun bukan berarti bahwa iman itu tidak logis atau tidak dapat diterima akal budi pikiran manusia. Demikian pula konsep Trinitas. Bukan berarti konsep itu tidak masuk akal. Ia dapat dijelaskan. Namun butuh peran serta iman dalam menjelaskan-Nya. Karena Tuhan itu Maha. Tak sanggup akal manusia menjelaskan misteri Tuhan.

Analogi matahari mungkin bisa menjelaskan sedikit tentang konsep Trinitas ini. lihatlah Matahari. Matahari hanya SATU. Tetapi terdiri dari cahaya dan panasnya. Cahaya dan panas matahari memiliki peran (pribadi) yang berbeda. Tetapi Matahari itu tetaplah Matahari yang SATU. Bisakah kita memisahkan cahaya dari Matahari? Atau memisahkan panas matahari dari Matahari itu?
Kita berterima kasih kepada cahaya matahari: “terima kasih cahaya, berkat kamu saya bisa melihat keindahan sekeliling saya dan dunia ini”. Nah, apakah dengan berterima kasih kepada cahaya itu kita lalu menafikan, mengesampingkan Matahari itu sendiri? Tidakkan? Berterima kasih kepada cahaya secara otomatis pula berterima kasih kepada Matahari, yang telah memberikan cahayanya ke dunia ini. Ingat ini adalah analogi yang sangat sederhana dan terbatas untuk menjelaskan ke-Maha-an Allah Tritunggal.
Ajaran atau konsep Trinitas ini tidak asal muncul begitu saja. Melainkan memiliki dasar yang kokoh dalam Kitab Suci dan Ajaran Gereja: Dogma.

Untuk menjelaskan mengenai konsep Trinitas ini, saya akan mengutip cukup banyak dari ttp://www.katolisitas.org/trinitas-satu-tuhan-dalam-tiga-pribadi/. dengan tidak merubah atau menambah kata. Silahkan mempir ke situs tersebut untuk mempelajari hal ini dengan lebih komprehensif.
““Aku dan Bapa adalah satu” (Yoh 10:30); “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa…” (Yoh 14:9).  Yesus juga menyatakan keberadaan Diri-Nya yang telah ada bersama-sama dengan Allah Bapa sebelum penciptaan dunia (lih. Yoh 17:5). Kristus adalah sang Sabda/ Firman, yang ada bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah, dan oleh-Nya segala sesuatu dijadikan (Yoh 1:1-3). Tidak mungkin Yesus menjadikan segala sesuatu, jika Ia bukan Allah sendiri.
“Selain menyatakan kesatuan-Nya dengan Allah Bapa, Yesus juga menyatakan kesatuan-Nya dengan Roh Kudus, yaitu Roh yang dijanjikan-Nya kepada para murid-Nya dan disebutNya sebagai Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, (lih. Yoh 15:26). Roh ini juga adalah Roh Yesus sendiri, sebab Ia adalah Kebenaran (lih. Yoh 14:6).”
“Selanjutnya, kita melihat pengajaran dari para Rasul yang menyatakan kembali pengajaran Yesus ini, contohnya, Rasul Yohanes yang mengajarkan bahwa Bapa, Firman (yang adalah Yesus Kristus), dan Roh Kudus adalah satu (lih 1 Yoh 5:7); demikian juga pengajaran Petrus (lih. 1 Pet:1-2; 2 Pet 1:2); dan Paulus (lih.  1Kor 1:2-10; 1Kor 8:6; Ef 1:3-14). Rasul Paulus”

Juga dari sejarah gereja: Dogma Tentang Tritunggal Maha Kudus “Konsili Nicea (325): Credo Nicea: “…Kristus itu sehakekat dengan Allah Bapa, Allah dari Allah, Terang dari Terang, Allah benar dari Allah benar …”)),
Berikut ini adalah Dogma tentang Tritunggal Maha Kudus menurut Katekismus Gereja Katolik, yang telah berakar dari jaman jemaat awal:

1. Tritunggal adalah Allah yang satu. ((Lihat KGK 253)) Pribadi ini tidak membagi-bagi ke-Allahan seolah masing-masing menjadi sepertiga, namun mereka adalah ‘sepenuhnya dan seluruhnya’. Bapa adalah yang sama seperti Putera, Putera yang sama seperti Bapa; dan Bapa dan Putera adalah yang sama seperti Roh Kudus, yaitu satu Allah dengan kodrat yang sama. Karena kesatuan ini, maka Bapa seluruhnya ada di dalam Putera, seluruhnya ada dalam Roh Kudus; Putera seluruhnya ada di dalam Bapa, dan seluruhnya ada dalam Roh Kudus; Roh Kudus ada seluruhnya di dalam Bapa, dan seluruhnya di dalam Putera.

2. Ketiga Pribadi ini berbeda secara real satu sama lain, yaitu di dalam hal hubungan asalnya: yaitu Allah Bapa yang ‘melahirkan’, Allah Putera yang dilahirkan, Roh Kudus yang dihembuskan. ((Lihat KGK 254))

3. Ketiga Pribadi ini berhubungan satu dengan yang lainnya. Perbedaan dalam hal asal tersebut tidak membagi kesatuan ilahi, namun malah menunjukkan hubungan timbal balik antar Pribadi Allah tersebut. Bapa dihubungkan dengan Putera, Putera dengan Bapa, dan Roh Kudus dihubungkan dengan keduanya. Hakekat mereka adalah satu, yaitu Allah. ((Lihat KGK 255))

Selain dari Kitab Suci dan Dogma gereja sebagai dasar konsep Trinitas ini, yang sekaligus pula menjelaskannya, Filsafat yang sangat erat kaitannya dengan akal budi juga bisa dipakai untuk menjelaskan hal ini : Arti ‘substansi/ hakekat’ dan ‘pribadi’:

Mari kita lihat pada diri kita sendiri. ‘Substansi’ (kadang diterjemahkan sebagai hakekat/ kodrat) dari diri kita adalah ‘manusia’. Kodrat sebagai manusia ini adalah sama untuk semua orang. Tetapi jika kita menyebut ‘pribadi’ maka kita tidak dapat menyamakan orang yang satu dengan yang lain, karena setiap pribadi itu adalah unik. Dalam bahasa sehari-hari, pribadikita masing-masing diwakili oleh kata ‘aku’ (atau ‘I’ dalam bahasa Inggris), di mana ‘aku’ yang satu berbeda dengan ‘aku’ yang lain. Sedangkan, substansi/ hakekat kita diwakili dengan kata ‘manusia’ (atau ‘human’).

Analogi yang paling mirip (walaupun tentu tak sepenuhnya menjelaskan misteri Allah ini) adalah kesatuan antara jiwa dan tubuh dalam diri kita. Tanpa jiwa, kita bukan manusia, tanpa tubuh, kita juga bukan manusia. Kesatuan antara jiwa dan tubuh kita membentuk hakekat kita sebagai manusia, dan dengan sifat-sifat tertentu membentuk kita sebagai pribadi.

Dengan prinsip yang sama, maka di dalam Trinitas, substansi/hakekat yang ada adalah satu, yaitu Tuhan, sedangkan di dalam kesatuan tersebut terdapat tiga Pribadi: ada tiga ‘Aku’, yaitu Bapa. Putera dan Roh Kudus. Tiga pribadi manusia tidak dapat menyamai makna Trinitas, karena di dalam tiga orang manusia, terdapat tiga “kejadian”/ ‘instances‘ kodrat manusia; sedangkan di dalam tiga Pribadi ilahi, terdapat hanya satu kodrat Allah, yang identik dengan ketiga Pribadi tersebut.  Dengan demikian,  ketiga Pribadi Allah mempunyai kesamaan hakekat Allah yang sempurna, sehingga ketiganya membentuk kesatuan yang sempurna. Yang membedakan Pribadi yang satu dengan yang lainnya hanyalah terletak dalam hal hubungan timbal balik antara ketiganya. ((Lihat KGK 252.))

Memang pada akhirnya, Trinitas hanya dapat dipahami dalam kacamata iman, karena ini adalah suatu misteri ((KGK 237.)), meskipun ada banyak hal juga yang dapat kita ketahui dalam misteri tersebut. Manusia dengan pemikiran sendiri memang tidak akan dapat mencapai pemahaman sempurna tentang misteri Trinitas, walaupun misteri itu sudah diwahyukan Allah kepada manusia. Namun demikian, kita dapat mulai memahaminya dengan mempelajari dan merenungkan Sabda Allah dalam Kitab Suci, pengajaran para Bapa Gereja dan Tradisi Suci yang ditetapkan oleh Magisterium (seperti hasil Konsili), juga dengan bantuan filosofi dan analogi seperti diuraikan di atas. Selanjutnya, pemahaman kita akan kehidupan Trinitas akan bertambah jika kita mengambil bagian di dalam kasih Trinitas itu, seperti yang dikehendaki oleh Tuhan.”

Masih cukup panjang sebenarnya penjelasan mengenai konsep Trinitas ini. Butuh waktu khusus agar ES bisa mengerti. Tapi baiklah, dari tulisan singkat ini seharusnya ES menjadi dan pembaca sekalian menjadi tahu bahwa kristen tidak menyembah tiga Tuhan. Umat Kristen menyembah SATU TUHAN dalam TIGA PRIBADI. Agama Kristen itu adalah Agama Monoteis. Menyembah SATU Tuhan, satu Allah. Ajarannya mengenai Trinitas adalah misteri iman, iman kami.

Konsekwensi dari Kristen agama yang monoteis adalah agama kristen TIDAK BERTENTANGAN DENGAN PANCASILA, seperti yang ES tuduhkan.
Saya menyadari bahwa kesalahpahaman ini lebih kepada ketidaktahuan dan ketidakmengertian ES pada konsep Trinitas. Tidak apa-apa. Umat kristen itu sudah “matang”. Tak mudah marah. Hal-hal begini, kesalahpahaman seperti ini sudah terjadi sejak ratusan tahun lalu. Hanya sangat disayangkan hal ini terjadi mengingat bahwa ES adalah pengecara. Sebuah profesi yang menuntut keluasan wawasan yang berbasis fakta dan data. Dan Semoga ES paham.

Sekian.

Sunday, July 21, 2019

Membandingkan Hakim MK dengan Hakim Ahok


Membandingkan Hakim MK dengan Hakim Ahok

Oleh: Mercy Sihombing.

Kondisi peradilan hukum tidak pernah sama, waktunya beda, terdakwanya beda, saksinya beda, hakimnya beda, jaksanya beda, bahkan petitum dan positanya beda. Namun sengaja saya bandingkan Hakim MK versus Hakim Ahok dalam hal keberanian dan kejujuran sebagai penegak hukum.

Mana Hakim yang layak disebut Yang Mulia, mana yang hakim “ayam sayur” yang ketakutan ditekan massa atau ditekan atasannya.

Ke-9 hakim Mahkamah Konstitusi yang merupakan pilihan DPR, MA, dan Presiden, masing-masing tiga hakim. Hakim-hakim MK adalah senior, terpilih, dengan latar belakang pengalaman, pendidikan, dan yang paling penting mental dan etika sebagai hakim terhormat.

Keputusan malam ini membuktikan "kelasnya" Hakim MK kali ini. Satu persatu posita (rumusan dalil dalam surat gugatan) dikuliti ke-9 Hakim secara bergantian. Sidang yang menghabiskan ratusan jam dan pembacaan putusan dari Pk 12.30 sampai 21.16 membuktikan semua yang ditampilkan dalam sidang, terpantau semua. Mana saksi bohong, mana bukti abal-abal, mana penjelasan ahli abal-abal, semua lengkap dinilai Hakim MK.

Karena itu posita (hal yang dimintakan penggugat kepada hakim untuk dikabulkan) Tim BPN, ditolak seluruhnya dengan mantap oleh seluruh Majelis Hakim MK.

Sekalipun demikian, kita tidak bisa melupakan proses pemilihan Hakim MK adalah proses politik, sehingga peluang untuk hakim terhina, korupsi, jual perkara, doyan suap, dan culas tetap ada.

Masih ingat, Patrialis Akbar dan Akil Mochtar, dua manusia hina yang mengotori kursi hakim Mahkamah Konstitusi.

Semoga ke-9 hakim MK tahun ini menjadi idola bagi semua orang, terutama para sarjana hukum junior dan senior. Doa saya, semoga ke-9 hakim MK ini sehat, berumur panjang dan setia menjaga dirinya sebagai penegak hukum.

Bandingkan Hakim MK dengan Hakim Ahok

Buat para pendukung hukum dan keadilan, maka pendapat pengacara Todung Mulya Lubis jadi catatan penting. Ia menyebutkan putusan majelis hakim atas Ahok bisa disebut sebagai ' pembunuhan'.

Karena Jaksa tidak menuntut Ahok untuk penistaan agama. Malah Majelis hakim yang menyeret Ahok menjadi penista agama.

Putusan Hakim Ahok tidak cuma diprotes penegak hukum Indonesia, bahkan para ahli hukum internasional. Normalnya majelis hakim mendasarkan vonisnya pada tuntutan jaksa. Sangat tidak biasa, jika ada majelis hakim memeriksa dan mengadili sendiri.
Jadi digunakannya pasal penistaan agama oleh majelis hakim adalah inisiatif majelis hakim untuk menjustifikasi terjadinya penistaan agama.

Bahkan, dalam pertimbangan hukumnya, majelis hakim mengabaikan keterangan saksi-saksi fakta yang hadir dalam pidato Ahok di Pulau Pramuka pada 29 Oktober 2016. Para saksi fakta menyatakan tidak ada penodaan agama oleh Ahok.

Kok malah Majelis hakim condong pada saksi-saksi pelapor yang tidak hadir dalam pidato Ahok dan memiliki kebencian pada Ahok.

Singkatnya Majelis Hakim kasus Ahok tidak adil, tidak berimbang dan bahkan condong mendengar pada pelapor yang tidak ada di lokasi, dan ahli-ahlinya. Majelis Hakim mengabaikan saksi-saksi fakta, ahli-ahli yang meringankan Ahok, keterangan Ahok sebagai terdakwa, nota pembelaan Ahok dan penasihat hukumnya bahkan tuntutan jaksa itu sendiri.

Jadi silakan nilai sendiri kualitas Hakim MK versus Hakim Kasus Ahok

Apa kabar Hakim dan Jaksa Kasus Ahok ?

Begitu selesai membuat putusan Ahok, dalam hitungan hari, ternyata tiga dari 5 Ahok langsung mendapat promosi dari Mahkamah Agung.

Walau dibantah, tetapi malah jadi jelas jelas bahwa tiga hakim kasus Ahok cuma boneka dari Mahkamah Agung dalam sidang Ahok. Ketua MA Hatta Ali lewat anak buahnya boleh berbusa busa membela diri.

Dan ini dugaan saya, dan semoga saya salah.
 Hatta Ali ada di balik keputusan hakim Ahok. Dan di balik Hatta Ali, ada JK, sang wapres. Sudah jadi rahasia umum, JK sangat ambisius mendorong Anies Baswedan menjadi Gubernur DKI Jakarta. Untuk itu Ahok harus disingkirkan.

Mungkin JK dan Hatta Ali dan Tiga Hakim dan Jaksa kasus Ahok lupa, bahwa kejahatan meninggalkan jejak. Demikian juga segala tipu muslihat.

Berikut tiga dari lima hakim yang menangani perkara Ahok yang langsung dapat promosi :

Dwiarso Budi Santriarto, dari Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Utara promosi menjadi hakim di Pengadilan Tinggi Bali.

Abdul Rosyad, dari hakim Pengadilan Negeri Jakarta Utara promosi menjadi Hakim Tinggi di Pengadilan Tinggi Sulawesi Tengah.

Jupriyadi, dari Wakil Pengadilan Negeri Jakarta Utara promosi menjadi Kepala Pengadilan Negeri Bandung.

Sementara, dua hakim lainnya, Didik Wuryanto dan I Wayan Wirjana tidak mendapat promosi. Kabarnya dua hakim terhormat ini mengajukan dissenting opinion, perbedaan pendapat.

Catatan menarik dari para "penegak hukum" yang terlibat langsung atau tidak langsung dalam kasus Ahok (ini fakta, dan saya ikut menghaturkan turut berduka cita).

Kabar terakhir, baru beberapa bulan jadi hakim Pengadilan Tinggi Bali, Dwiarso ditolak masyarakat Bali.
Mengutip pandangan Tokoh masyarakat Bali, I Gusti Ngurah Harta, menyatakan tidak setuju Dwiarso ke Pengadilan Tinggi Bali. "Saya tidak setuju dengan penempatan itu. Karena seperti ada grand design dia bertugas di Bali untuk manangani kasusnya juru bicara FPI Munarman.”

Ditolak di Bali, buru-buru Dwiarso ditarik ke Mahkamah Agung dan dicari cari posisi, kabarnya Dwiarso "terpilih" jadi hakim di Badan Pengawasan Mahkamah Agung.

Kabar duka bagi Hatta Ali, Ketua MA. Anak bungsunya meninggal dengan kondisi patah leher saat kecelakaan tunggal dalam turing motor gede di Namimbia Afrika. Yang bikin nyesek, duit banyak dan jabatan bapake ternyata tidak bisa membeli nyawa. Irfan, anak kedua dari dua anak Hatta Ali sebenarnya bisa tertolong, tetapi nasibnya mengalami kecelakaan tunggal di lokasi 70 km dari kota terdekat di Afrika.

Satu dari empat Jaksa kasus Ahok, bernama Andri Wiranofa tewas di pesawat Lion Air JT 610. Andri berada di pesawat naas itu bersama istrinya, yang membuat dua anak perempuannya yang masih balita menjadi yatim piatu.

Entah apa ada hubungan fakta itu dengan Sumpah Ahok atau tidak.

Tetapi percayalah Gusti ora sare. Jangan main main sebagai penegak hukum, apalagi menghukum orang yang tidak terbukti melakukan tindak pidana atau perdata.

PANGGUNG POLITIK JOKOWI YANG TIDAK TERLIHAT OLEH AWAM..


Kirimin ini nih ke Group yang banyak KAMFRETZZ nya 👎🏻:

ADA YANG MAU BACA KORAN PAGI???
YUK SIMAK DIBAWAH INI.

PANGGUNG POLITIK JOKOWI   YANG TIDAK TERLIHAT OLEH AWAM..

Ketika awal Jokowi berkuasa, teman saya mengatakan bahwa yang paling berbahaya secara politik adalah sikap Jokowi yang ingin memaksa Freeport mengakhiri Kontrak Kerja dan patuh kepada UU Minerba.

Karena ini menyangkut kepentingan AS yang Lima Presiden sebelumnya tidak mampu menghadapi.

Apalagi Jokowi bukan presiden yang pemimpin Partai, yang tentu tidak punya kekuatan terorganisir di akar rumput menahan gejolak serangan politik dalam negeri.

Benarlah.

Tahun 2015 suhu politik memanas dengan munculnya skandal “Papa minta saham” yang berkaitan dengan Dirut PT. Freeport Indonesia dan Setya Novanto bersama Murez.

Isi rekaman itu menyeret nama nama mantan presiden sebelumnya yang terlibat dalam konspirasi tingkat tinggi.

Setya Novanto lolos dari kasus ini karena dia tidak mau bersaksi atas isi rekaman itu.

Secara tidak langsung Novanto menyelamatkan muka para presiden sebelumnya.

Tanpa operasi Intelligent Asing tidak mungkin rekaman yang sudah setahun lebih muncul lagi kepublik dan membuat gemetar elite politik.

Ini seakan sinyal kepada Jokowi bahwa jangan main main dengan Freeport.

Apakah itu cukup?

Belum. !!

Pada bulan Februari 2016, Kapal selam AS berkekuatan nuklir mendekati perairan Indonesia.

Ini provokasi yang berbahaya.

Jokowi telah memerintahkan TNI AL harus tanpa ragu menjaga teritori Indonesia.

Makanya Tim reaksi cepat Western Fleet Quick Response (WFQR) TNI AL dipiloti Kapten Laut (P) S Hayat dan Lettu Laut (P) Asgar Serli bergerak cepat menuju wilayah perairan Nongsa, Batam.

Pusat Penerbangan TNI AL yang bermarkas di Tanjungpinang harus melaksanakan prosedur tetap dalam Standar operasi tempur untuk menjaga teritory Indonesia.

Berita ini tidak begitu di perhatikan oleh Publik.

Padahal saat itu prajurit TNI berhadapan dengan Angkatan laut AS yang menggunakan Kapal selam modern untuk mendekati perairan Indonesia.

Saya yakin apalah arti kekuatan Helikopter Helikopter BO 105 nomor lambung NV-408, di bandingkan dengan kekuatan angkatan laut AS.

Tapi prajurit TNI tanpa sedikitpun ragu terus me shadow kapal selam itu untuk segera menjauh dari perairan Indonesia.

Selesai?

Belum. !!!!

Masih ada lagi…

Di penghujung tahun 2016 atau bulan november terjadi aksi massa umat islam yang dikenal dengan gerakan GNMF MUI untuk memenjarakan Ahok yang dituduh menistakan agama.

Namun sebetulnya diarahkan untuk menjatuhkan Jokowi.

Terbukti dalam aksi 411 ratusan ribu orang berdemontrasi mengepung istana negara.

Aparat dengan kesetian tinggi kepada Presiden berhasil menjaga ketertiban demo tersebut walau sempat terjadi gesekan dengan aparat.

Selesai?

Juga Belum!

Sebulan kemudian diadakan lagi aksi 212, tujuan tetap sama memenjarakan Ahok dengan target Istana negara.

Kali ini Jokowi datangi peserta demo dengan percaya diri, dan memastikan dia tidak takut dan dia bukan musuh umat islam.

Apakah itu cukup?

Belum!!

Pada saat hari Pilkada DKI, Kapal induk bertenaga nuklir milik Amerika Serikat (AS) USS Carl Vinson memasuki wilayah Indonesia  dengan alasan mengawal kunjungan Wakil Presiden AS Mike Pence ke Indonesia.

Kunjungan dengan kawalan berkekuatan besar ini secara tidak langsung AS menerapkan smart power terhadap Indonesia.

“Kamu jangan coba coba melawan saya“.

Pada bulan itu memang sedang dilakukan perundingan dengan Freeport.

Jokowi menghadapi tekanan itu dengan tenang.

Dalam pertemuan dengan Jokowi, Mike tidak menyinggung soal Freeport.

Provokasi AS di perairan Indonesia dan adanya pressure group sebagai proxy AS yang membuat stabilitas politik dalam negeri terganggu, menguatkan argumen para elite politik dan Jenderal bahwa berhadapan dengan kepentingan AS di Indonesia sangat berbahaya.

Tahun 2017 Prabowo mengatakan bahwa Indonesia harus menghormati kepentingan AS. 

Bahkan Prabowo sampai mengingatkan pemerintah Jokowi bahwa Amerika Serikat pernah membantu bangsa Indonesia pada beberapa hal.

Tentu ini berkaitan dengan kekisruhan perundingan dengan Freeport.

Sikap Jokowi sudah jelas sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2017 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.

Pemegang KK harus beralih operasi menjadi perusahaan IUP (Izin Usaha Pertambangan) dan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK).

Kewajiban divestasi hingga 51 persen.

Sikap ini dipegang dengan konsisten.

Teman saya bilang bahwa bukan hanya AS yang dibuat Jokowi tidak berdaya.

China juga merasakan sikap keras Jokowi.

Dalam pertemuan APEC di Beijing.

Jokowi dengan tegas akan memberikan ruang ALKI kepada AS.

Dengan demikian tidak berdesakan dengan China di Malaka.

Bahkan Jokowi menolak dengan keras klaim Cina atas laut Cina Selatan & menggantinya dengan Natuna Utara!!!

Yang membuat pemerintah Cina geram, tapi apa daya yang dihadapi adalah Jokowi si manusia keras kepala yang sangat mencintai negerinya.

Dan kalian masih bilang Jokowi antek Cina???

Kalian mau tahu muka antek Cina dan penjilat pantat cina?

Nih.....!! 👇

Setelah pertemuan APEC di Beijing Jokowi akan membangun pelabuhan check point di Nusa Tenggara Barat (NTB) & Sulawesi.

Waktu itu baik China & AS setuju untuk mengakhiri konflik laut cina selatan.

Atas kesepakatan itu China merasa aman dengan program OBOR untuk menghubungkan China ASEAN.

Pembangunan kereta logistik digelar dari Guangxie melalui Vietnam, Thailand, Malaysia Singapore dan rencana dengan jembatan laut Malaka akan terhubung dengan Indonesia ( Dumai ).

Saat sekarang jalur kereta sudah sampai di Malaysia.

Dan sedang membangun tunnel ke Singapore.

Sementara AS sedang memperkuat investasi explorasi gas di blok santa fee dan marsela ( laut Arafuru- Maluku ) dan Mahakam, kalimantan timur.

Tetapi dalam perjalanannya Jokowi tidak pernah komit dengan kesepakatan APEC itu.

Jokowi tidak menanggapi proposal jembatan Selat Malaka yang menghubungkan Dumai dengan Malaka.

Padahal proyek itu sudah dapat izin prinsip dari pemerintah SBY.

Program Toll laut Jokowi bukannya mendukung OBOR malah bersaing dengan OBOR.

China pusing.

Bagaimana dengan AS?

Blok Mahakam di take over oleh Pertamina awal tahun ini dan Blok marsela di bangun di darat dan sekarang justru Jokowi akan membangun pangkalan militer di Kepulauan Arafuru.

AS tambah pusing.

“Bagaimana mau kerjasama kalau tidak ada yang komit".

Jokowi seenaknya mengabaikan komitment yang dibuatnya.

Kata teman konsultan Geostrategis kepada saya.

Saya hanya tersenyum.

Saya katakan kepada teman bahwa OBOR ( One Belt One Road ) tidak akan dapat peluang menyentuh Malaka sebelum Sumatera terkoneksi dengan toll laut maupun toll darat.

Jokowi tidak mau mengorbankan Geostrategisnya untuk kepentingan asing.

Janji China akan menggelontorkan dana USD 30 miliar untuk jalan toll Sumatera & toll laut, nyatanya hanya 10% saja cair.

Mau komit bagaimana?

Amerika juga sama, tidak ada niat baik menyelesaikan masalah Freeport dengan mulus.

Mau komit bagaimana ?

Saya rasa ini hanya pertimbangan fairly.

Kalau mau bersinergi, China dan AS harus tunjukkan itikad baik.

"Sekarang Indonesia, ada atau tidak ada china atau AS pembangunan jalan terus sesuai agenda.

"Agenda Jokowi untuk Indonesia", Kata saya.

“Jadi apa usul kamu ?" Kata teman sambil mengerutkan kening.

"Menurut saya, china selesaikan saja komitment membiayai jalan toll Sumatera dan toll laut, dalam koridor B2B.

Kemudian AS gunakan Jepang & Eropa bangun koneksitas Kalimatan & Sulawesi.

Dukung penyelesaian masalah freeport.

Nah kalau itu semua sudah selesai, Jokowi akan komit.

Mengapa?

Karena kalau infrastruktur terbangun, Indonesia juga siap bersaing atas program OBOR nya China dan Grand Pacific nya Amerika.

Kan tidak mungkin Indonesia hanya jadi penonton.”

“Wah saya yakin Jokowi akan gagal Pilpres 2019.
Terlalu banyak musuh."

Apalagi proxy China dan AS ada disemua Partai Politik di Indonesia.

“Kata teman saya hanya tersenyum. Memang perjuangan mempertahankan NKRI itu tidak mudah".

Mengapa ?

Musuhnya bukan saja orang asing tetapi juga dari dalam negeri yang berkedok pengamat, tokoh agama, politisi & mereka tanpa rasa malu secara vulgar menunjukan keberpihakannya terhadap asing.

Tidak ada mereka berdemo memberikan dukungan kepada Presiden dalam upaya nasionalisasi SDA kita.

Bagi mereka bagaimana caranya agar agenda asing terkabulkan dan Jokowi jatuh, entah bagaimana caranya.

Yang penting mereka dapat uang dan kekuasaan.

“Negeri kami merdeka berkat Rahmat Tuhan Yang Maha Esa.

Engga ada yang kami takuti dengan asing apalagi proxy kambing, proxy sapi, proxy kampret.

Karena yang menjaga kami adalah Tuhan..Allah SWT.

Apakah ada yang lebih hebat dari Tuhan? “ kata saya.

Tidak percaya?

Nah! ...

Terbukti kini di penghujung tahun kekuasaan Jokowi, Blok Mahakam, Blok Rokan dan divestasi 51 persen saham PT Freeport Indonesia selesai dan Jokowi masih bisa tersenyum tanpa beban menyapa rakyat dengan gaya jenakanya.

Belakangan AS dan China harus bermanis muka kepada Jokowi agar Indonesia berperan dalam proposal Indopacific dan tetap saja Jokowi menentukan arah proposal itu sesuai dengan kepentingan Indonesia.

Sementara gerakan pressure group semakin kehilangan ide dan pijakan politik.

Beberapa diantara mereka kini tersangkut kasus pidana dan mungkin ada yang hampir gila karena ngoceh salah terus.

Pemilu 2019 adalah panggung Jokowi, untuk periode kedua dengan dukungan penuh dari koalisi partai yang akan menguasai kursi  minimal 70% di DPR.

Wahai anak negeri... Jangan biarkan Jokowi berjalan sendiri.🙏.

GUBERNUR RASIS BERNAMA ANIES


GUBERNUR RASIS BERNAMA ANIES

Oleh: Saiful Huda Ems.

Saat Anies menuai banyak kritik Netizen soal tidak efektifnya pembangunan Bambu Getah Getih, serta mark up dana pembiayaanya yang sangat menyolok, Anies tiba-tiba memberikan pernyataan mengejutkan:"jika pembangunan BAMBU GETAH GETIH itu dibuat dari besi, maka besinya akan dibeli dari Tiongkok, sedangkan kalau dari Bambu, Bambunya akan dibeli dari dan menguntungkan orang-orang kampung". Sepintas pernyataan Anies itu merupakan hal yang cukup logis dan terkesan pemihakannya pada rakyat kecil yang hidup di kampung, namun jika hal itu kita renungkan lebih dalam, ada suatu pesan rasisme politik dalam pernyataan Anies.

Indonesia memiliki segudang pabrik besi dan baja, meski saya pernah mendengar ada sebagian besar pengusaha Indonesia mengimport besi dari luar negeri, setelah  pabrik di negara tsb. mendaur ulang besi bekas dari Indonesia. Namun itu tidak berarti Indonesia tidak mampu memproduksi besi dari olahan pabriknya sendiri. Bahan baku besi di Indonesia sangat banyak tersedia, karena itu terdengar janggal sekali ketika Anies menyatakan kalau Bambu Getah Getih terbuat dari besi, besinya akan import dari Tiongkok. Sungguh ini manuver politik rasisnya Anies yang ia kemas dengan narasi politik yang terdengar sederhana dan lebih terkesan merakyat. Seolah-olah segala persoalan yang menjurus pada dirinya langsung ia tubrukkan dengan Cina, komunis, kafir dlsb.

Kebusukan politik Anies yang dibungkus dengan kesantunan kemasan bahasa seperti itu akan terus menerus ia pertahankan. Dan dengan terus menerusnya Anies mempertahankan narasi-narasi SARA atau rasisnya yang seperti itu, ia berusaha menutupi tumpulnya gagasan perubahan yang logis dan realistis, yang dapat menjawab tantangan berbagai persoalan di DKI Jakarta. Selanjutnya Anies akan terus mengembangkannya menjadi gerakan politik rasis yang berskala nasional, yang ia harapkan hal itu akan menjadi "tabungan" politiknya untuk mencapai tampuk kekuasaan, yakni menjadi RI I di tahun 2024.

Pada masyarakat yang masih belum merata tingkat kematangan beragama dan berpolitiknya seperti masyarakat Indonesia ini, --karena baru di zaman Pemerintahan Gus Dur, Megawati dan Jokowi kran-kran keterbukaan agama itu dibuka--, strategi politik Anies yang tidak beradab seperti itu nampaknya memang cukup lumayan efektif bagi politisi-politisi pecundang seperti dirinya, terbukti ketika ia memenangkan PILKADA DKI Jakarta beberapa tahun lalu dengan strategi politiknya yang sama: membenturkan masyarakat Islam dengan Cina, Komunisme, kafir dlsb.

Cina atau Tiongkok memang merupakan nama suatu negara diluar Indonesia, membenturkan masyarakat Islam Indonesia dengan Cina bisa jadi bukanlah suatu masalah, ketika jika memang ada hal yang harus dikritisi oleh Indonesia terhadap negara Cina. Akan tetapi jika kata Cina atau Tiongkok sudah keluar dari mulut seorang Anies, tentulah semua orang akan berpikir berkali-kali lipat untuk menafsirkannya, dan rata-rata akan berkesimpulan bahwa Cina yang dilontarkan Anies bermaksud menyikut warga keturunan Cina di Indonesia. Kenapa hal itu bisa terjadi? Karena Anies adalah jawaranya persilatan lidah politisi kadal di Indonesia. Ia kerap bermain-main dengan kata-kata, dan hampir seluruh kata-katanya beraromakan rasialisme atau SARA. Kita SST (Sama-sama Tau) bukan?...(SHE).

20 Juli 2019.

Saiful Huda Ems (SHE). Advokat dan penulis


ANIES HARUS DIKIKIS.

Menyimak pidato Jokowi tentang keefisienan pengelolaan negara harusnya sebuah hal biasa, hal itu menjadi luar biasa karena saat ini menemukan yg bisa melakukannya sebuah hal yg langka.

Tahun ini kita melihat masih banyaknya OTT yg dilakukan KPK, anggota DPRD Malang, Medan, yg nyaris tak tersisa digiring ke penjara, Ketua DPRD Riau yg nyerocos enteng saat budget keluyurannya 43 m sampai menguras kas daerah dan depisit. Serta yg fenomenal adalah Gubernur yg mewakili kaum sorban DKI  berprilaku seperti gali. Dia telah menjadikan Ibu Kota bak neraka.

Anies bukan saja tak layak dan jauh dari kata bijak, Gubernur hasil dari hasutan agama dan menyingkirkan manusia emas Ahok ini, skrg Jakarta bak dapat tikus curut yg membuat carut cemarut, didepan mata, dia membuat onggokan bambu dibentuk orang sengggama dgn biaya 550 jt, dia merekrut tim 73 org utk membantunya tanpa hasil kerja, menghilangkan potensi pendapatan APBD dari reklamsi 150-170 triliun yg dirancang Ahok, ini bukan saja tidak effisien, tapi sudah melakukan perampokan dgn kedahsyatan yg keterlaluan. Bacot DPRD nya cuma kiasan, basa basi busuk, karena sudah disumpal budget ngelencer 108m, yg pd zaman Ahok hanya diberi 8m.

Dari inti pidato Pak Jokowi semalam, makin tegas kita harus menumpas musuh-musuh perusak bangsa yg berkeliaran di depan mata, sebuah kewajiban kita memberantasnya karena kalau kita diamkan dan manakala Tuhan menurunkan azabNya, kita juga akan terkena imbasnya, contoh kecil, ketidak becusan mengelola banjir saja, begitu air bah datang, air tidak mendatangi rumah gubernur yg zolim duluan, tapi air akan menggerus rumah warga yg dilewatinya. Ini akibat kita membiarkan manusia berhati binatang petentengan, jalan-jalan ngukur jalan tanpa menghasilkan kerjaan yg bisa dirasakan.

Kita, dan warga Jakarta khususnya, harus segera tanpa membuang waktu menyikat Anies utk tidak terus pringas pringis menghancurkan Jakarta sbg ikon Indonesia. Jangan lagi kita diperdaya dgn bahasa yg membawa-bawa agama seolah mewakili sebuah agama, padahal  isinya semua buaya. INGAT JAKARTA TELAH DIHANCURKAN DGN JUALAN AGAMA YG SALAH JALAN.

JAKARTA HARUS DIKEMBALIKAN KEARAH YG BENAR DGN CARA MENGENYAHKAN MANUSIA SILUMAN YG CENGENGESAN.

#INDONESIAHARUSBERKEADABANUNTUKMASADEPAN

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=2585488548141863&id=100000422280327










Friday, July 19, 2019

Presiden Jokowi Tekankan Enam Hal untuk Kembangkan Destinasi Wisata Prioritas


Presiden Jokowi Tekankan Enam Hal untuk Kembangkan Destinasi Wisata Prioritas

Presiden Joko Widodo segera menindaklanjuti sejumlah kunjungan kerjanya ke beberapa provinsi dengan kawasan wisata beberapa waktu belakangan ini. Pada Senin, 15 Juli 2019, Presiden bersama dengan jajaran terkait menggelar rapat terbatas yang membahas pengembangan destinasi wisata prioritas. Rapat terbatas tersebut berlangsung di Kantor Presiden, Jakarta.

Melalui kunjungannya ke beberapa destinasi wisata seperti Mandalika, Danau Toba, sejumlah lokasi di Manado, dan Labuan Bajo, Kepala Negara mendapati adanya permasalahan yang harus dibenahi. Secara umum, dirinya melihat permasalahan dalam hal tata ruang di daerah atau wilayah tujuan wisata. Ia berharap agar permasalahan pertama itu dapat segera diatasi oleh jajarannya.

"Memang masih ada problem pengaturan dan pengendalian tata ruang yang masih harus kita benahi. Terakhir, kemarin masih ada masalah misalnya di Sulawesi Utara, masih ada itu. Di Labuan Bajo juga ada," ujarnya.

Kemudian, persoalan infrastruktur pendukung pariwisata yang bakal memudahkan wisatawan untuk berkunjung ke titik-titik destinasi wisata di satu provinsi menjadi persoalan kedua yang harus diperbaiki. Terkait hal tersebut, pemerintah pusat dalam sejumlah kesempatan menyatakan kesiapannya untuk mendukung pengembangan pariwisata daerah dengan membantu menyiapkan infrastruktur terkait.

"Saya melihat infrastruktur masih banyak yang perlu dibenahi baik berupa terminal airport, runway yang masih kurang panjang, kemudian juga konektivitas jalan menuju ke lokasi wisata yang akan dituju, dan juga yang berkaitan dengan dermaga pelabuhan," tuturnya.

Sementara yang ketiga, saat berkunjung ke Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, beberapa waktu lalu, Kepala Negara berpandangan bahwa urusan pembenahan pelabuhan di lokasi tersebut sudah sangat mendesak. Bercampurnya aktivitas muat barang dan wisatawan di Pelabuhan Labuan Bajo harus segera dibenahi agar tidak terjadi keruwetan yang akan membingungkan wisatawan itu sendiri.

Hal lainnya yang ditekankan Presiden ialah mengenai kesiapan sumber daya manusia (SDM) setempat yang diharapkan dapat membuka diri dan betul-betul mampu menghadirkan suasana yang nyaman bagi para wisatawan yang datang. Maka itu, Kepala Negara meminta jajarannya untuk menyediakan beragam pelatihan bagi para SDM lokal.

"Semuanya diberikan pelatihan-pelatihan sehingga mereka bisa betul-betul mampu melayani wisatawan dengan baik dengan keramahtamahan, dengan senyuman yang baik, dan juga pembenahan sarana dan prasarana yang ada," ucapnya.

"Ini akan memberikan dampak yang baik. Baik perubahan di budaya kerja, budaya melayani, budaya kebersihan," ujar Presiden menambahkan.

Selanjutnya, Kepala Negara mengatakan bahwa pengembangan destinasi wisata prioritas tak hanya dilakukan pada pembangunan infrastruktur fisik semata. Presiden meminta pemerintah daerah setempat dengan dibantu lembaga terkait untuk mulai menyiapkan atraksi-atraksi wisata baru yang nantinya dapat menjadi nilai tambah dan menjadi suatu hal yang menarik wisatawan asing.

"Saya kira banyak sekali yang perlu dikerjakan misalnya tarian-tarian budaya yang dari sisi materialnya bagus, tetapi mohon ini mungkin di Bekraf bisa memberikan suntikan mengenai desain pakaian, kostum, dan lain-lain yang bisa diperbaiki dengan sebuah injeksi dari desainer yang baik," ujarnya.

Adapun hal yang keenam, apabila semua hal tersebut di atas sudah dilaksanakan dengan baik, selanjutnya pemerintah akan menggelar promosi pariwisata secara besar-besaran dan terintegrasi. Dengan itu diharapkan pertumbuhan ekonomi daerah dapat terangkat dan sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi secara nasional.

"Terakhir baru promosi akan dilakukan secara besar-besaran secara terintegrasi sehingga betul-betul kita mendapatkan manfaat, mendapatkan multiplier effect yang besar, dan memberikan pertumbuhan pada ekonomi daerah maupun ekonomi nasional," tandasnya.


Jakarta, 15 Juli 2019
Plt. Kepala Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden

Chandra A. Kurniawan


JENDERAL MOELDOKO MENJAWAB..


JENDERAL MOELDOKO MENJAWAB..

China menguasai surat utang Amerika US$ 1.15 Trilyun.
Apakah otomatis Amerika dicaplok oleh China ?? Tidak
Arab investasi di China 870 Triliyun.
Apakah rakyat China terkencing-kecing merasa dijajah oleh Arab ?? Tidak
Amerika Investasi 122 Triliyun ke Singapore, apakah warga Singapore otamatis jadi antek asing ?? Tidak

Sebanyak 252.000 TKI bekerja di Taiwan.
Apakah rakyat Taiwan merasa dijajah Indonesia ?? Tidak
Jumlah TKI yang bekerja di China 81.000, sementara TKI di Hongkong 153.000, di Macau 16.000, apakah rakyat China, Hongkong dan Macau merasa di jajah oleh Indonesia ?? Tidak
TKA yang bekerja di Indonesia sebanyak 74.183 orang.
Sementara 21.271 ribu di antaranya berasal dari China, disusul Jepang dan lain-lain.

Tapi sebagian dari kita sudah terkencing-kencing merasa dijajah oleh China.

Mengapa rakyat negara-negara dimana TKI kita berkerja tersebut bisa bernalar dengan benar ??

Karena mereka bisa membedakan antara bisnis dengan kedaulatan negara.

Dunia abad XXI tidak dipetakan lagi oleh suku, ras dan agama.
Masyarakat modern sudah tidak mempermasalahkan lagi perbedaan keyakinan. Mereka bersama-sama membangun peradaban.

Di sini tidak begitu. Yang didahulukan hanya kebencian karena takut berkompetisi dan takut kalah dalam persaingan hidup.

Kemudian dibalut dengan pemahaman sempit dalam beragama.

CERITA TENTANG SIMPANG LINGKAR SEMANGGI DAN INSTALASI GETAH-GETIH



CERITA TENTANG SIMPANG LINGKAR SEMANGGI DAN INSTALASI GETAH-GETIH

Oleh :
Rudi S Kamri

Pernahkah Anda melewati jalan simpang lingkar Semanggi Jakarta ? Jalan itu dibangun oleh Gubernur Basuki Tjahaja Purnama dengan melingkari jembatan Semanggi untuk mengurai kemacetan lalulintas di seputar jalan Gatot Subroto dan Jalan Sudirman-Thamrin yang telah terjadi puluhan tahun tanpa solusi. Dan dengan cerdik BTP membuat terobosan untuk memberikan solusi dengan membangun jalan yang melingkari jembatan Semanggi tanpa mengurangi keindahan jembatan Semanggi sebagai landmark atau ikon kota Jakarta. Bahkan kehadiran Simpang Lingkar Semanggi terlihat semakin menambah keindahan ikonik penampilan jembatan Semanggi.

Dan lebih keren lagi biaya pembangunan Simpang Lingkar Semanggi tanpa sepeserpun menggunakan dana APBD atau BUMD DKI Jakarta. Dana pembangunan proyek tersebut didapat dari CSR sebuah perusahaan swasta yang mempunyai kaitan kegiatan usaha di Jakarta. Proyek ikonik tersebut akhirnya diresmikan dengan bangga oleh Presiden Jokowi yang didampingi oleh Gubernur Djarot pengganti BTP. Sejarah telah mencatat BTP telah meninggalkan warisan ikonik di Jakarta yang akan bertahan dan dinikmati masyarakat Jakarta pada kurun puluhan tahun ke depan.

Bagaimana dengan seni instalasi bambu karya seniman Jogja Joko Avianto yang diberi nama "Getah-Getih" ? Seni instalasi bambu ini pernah dibanggakan oleh Gubernur Anies Baswedan sebagai karya monumental anak bangsa. Makanya dengan bangga dan penuh aroma kebodohan dia memasang seni instalasi itu di bundaran Hotel Indonesia Jakarta. Pada waktu itu Anies membanggakan bahwa seni instalasi tersebut sebagai karya anak bangsa yang akan menjadi ikon kota Jakarta. Hasilnya ?

Dengan tidak mengurangi rasa hormat saya kepada seniman pembuatnya, menurut saya seniman kelahiran Jogja tahun 1976 itu telah gagal total menyampaikan pesan kepada publik melalui karyanya. Makna getah-getih yang berarti merah putih terlalu absurd untuk ditampilkan dari bentuk seni instalasi tersebut. Akhirnya publik mempunyai kesan beragam tentang karya seni itu. Ada yang bilang bentuknya seperti orang senggama dalam posisi miring dan banyak yang bilang bilang bentuknya seperti lengkuas raksasa. Dlsb
.
Disamping itu penempatan seni instalasi tersebut menurut saya sangat tidak tepat. Pada saat ditempatkan di bundaran Hotel Indonesia yang merupakan ikon kota megapolitan dan apalagi di bawahnya terdapat stasiun sentral MRT, seni instalasi getah-getih tersebut nampak udik, kumuh dan terasing dari lingkungan sekitarnya. Sehingga penempatan seni instalasi bambu tersebut gagal total menambah keindahan ibukota negara. Mungkin kalau seni instalasi tersebut dipasang di Kebon Binatang Ragunan atau di halaman belakang rumah Anies mungkin lain hal.

Belum lagi anggaran Rp 550 juta yang didapat dari saweran BUMD DKI Jakarta terasa sangat mubazir untuk membuat sebuah karya yang ternyata hanya bertahan 11 bulan. Melalui "getah-getih" Anies telah menunjukkan dengan jelas ketidakmampuan dalam memberikan keindahan ikonik kota Jakarta. Disamping itu dia juga dengan sangat gamblang melakukan pemborosan anggaran yang sangat parah.

Pada saat tadi malam saya melihat pegawai sub dinas kebersihan DKI Jakarta melakukan pembongkaran seni instalasi tersebut kemudian membuang tumpukan bambu yang sudah rusak dan berjamur ke Srengseng, saya melihat seharusnya yang perlu dibongkar dan dibersihkan adalah nalar dan cara berpikir Anies Baswedan. Dia terlalu lama menjadi manusia pongah yang bekerja dan berbuat seenaknya.

Akhirnya membandingkan Simpang Lingkar Semanggi dan seni instalasi "getah-getih" seakan kita dengan jelas bisa membandingkan kualitas nalar dan kapabilitas antara BTP dan Anies. Sesuatu yang pada dasarnya memang tidak sebanding. Jauh..seperti bumi dan langit.

Selamat tinggal "getah-getih",
Terimakasih, karena engkau telah membantu kami menunjukkan dengan jelas betapa salahnya 58% rakyat DKI Jakarta dalam melakukan sebuah pilihan.

Salam SATU Indonesia
18072019

ANIES HARUS DIKIKIS.

Menyimak pidato Jokowi tentang keefisienan pengelolaan negara harusnya sebuah hal biasa, hal itu menjadi luar biasa karena saat ini menemukan yg bisa melakukannya sebuah hal yg langka.

Tahun ini kita melihat masih banyaknya OTT yg dilakukan KPK, anggota DPRD Malang, Medan, yg nyaris tak tersisa digiring ke penjara, Ketua DPRD Riau yg nyerocos enteng saat budget keluyurannya 43 m sampai menguras kas daerah dan depisit. Serta yg fenomenal adalah Gubernur yg mewakili kaum sorban DKI  berprilaku seperti gali. Dia telah menjadikan Ibu Kota bak neraka.

Anies bukan saja tak layak dan jauh dari kata bijak, Gubernur hasil dari hasutan agama dan menyingkirkan manusia emas Ahok ini, skrg Jakarta bak dapat tikus curut yg membuat carut cemarut, didepan mata, dia membuat onggokan bambu dibentuk orang sengggama dgn biaya 550 jt, dia merekrut tim 73 org utk membantunya tanpa hasil kerja, menghilangkan potensi pendapatan APBD dari reklamsi 150-170 triliun yg dirancang Ahok, ini bukan saja tidak effisien, tapi sudah melakukan perampokan dgn kedahsyatan yg keterlaluan. Bacot DPRD nya cuma kiasan, basa basi busuk, karena sudah disumpal budget ngelencer 108m, yg pd zaman Ahok hanya diberi 8m.

Dari inti pidato Pak Jokowi semalam, makin tegas kita harus menumpas musuh-musuh perusak bangsa yg berkeliaran di depan mata, sebuah kewajiban kita memberantasnya karena kalau kita diamkan dan manakala Tuhan menurunkan azabNya, kita juga akan terkena imbasnya, contoh kecil, ketidak becusan mengelola banjir saja, begitu air bah datang, air tidak mendatangi rumah gubernur yg zolim duluan, tapi air akan menggerus rumah warga yg dilewatinya. Ini akibat kita membiarkan manusia berhati binatang petentengan, jalan-jalan ngukur jalan tanpa menghasilkan kerjaan yg bisa dirasakan.

Kita, dan warga Jakarta khususnya, harus segera tanpa membuang waktu menyikat Anies utk tidak terus pringas pringis menghancurkan Jakarta sbg ikon Indonesia. Jangan lagi kita diperdaya dgn bahasa yg membawa-bawa agama seolah mewakili sebuah agama, padahal  isinya semua buaya. INGAT JAKARTA TELAH DIHANCURKAN DGN JUALAN AGAMA YG SALAH JALAN.

JAKARTA HARUS DIKEMBALIKAN KEARAH YG BENAR DGN CARA MENGENYAHKAN MANUSIA SILUMAN YG CENGENGESAN.

#INDONESIAHARUSBERKEADABANUNTUKMASADEPAN

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=2585488548141863&id=100000422280327

Panggil Dia BTP Bukan Ahok Lagi

Sampah Plastik Indonesia di Kalimantan Barat Dikritik Srishti Wanita India

Monday, July 15, 2019

Senam disco Remix Sunda full nonstop

Sunday, July 14, 2019

KEEMPAT, sangat penting bagi kita untuk mereformasi birokrasi kita.


Pidato Presiden Terpilih
“Visi Indonesia”
14 Juli 2019

Assalamuallaikum wr. Wb
Salam sejahtera bagi kita semua
Om swastiastu
Namo buddhaya
Salam kebajikan

Bapak, Ibu, saudara-saudara sebangsa dan setanah air.
Seluruh rakyat Indonesia yang saya cintai. Hadirin yang berbahagia.

Kita harus menyadari, kita harus sadar semuanya bahwa sekarang kita hidup dalam sebuah lingkungan global yang sangat dinamis! Fenomena global yang ciri-cirinya kita ketahui, penuh perubahan, penuh kecepatan, penuh risiko, penuh kompleksitas, dan penuh kejutan, yang sering jauh dari kalkulasi kita, sering jauh dari hitungan kita.

Oleh sebab itu, kita harus mencari sebuah model baru, cara baru, nilai-nilai baru dalam mencari solusi dari setiap masalah dengan inovasi-inovasi. Dan kita semuanya harus mau dan akan kita paksa untuk mau. Kita harus meninggalkan cara-cara lama, pola-pola lama, baik dalam mengelola organisasi, baik dalam mengelola lembaga, maupun dalam mengelola pemerintahan. Yang sudah tidak efektif, kita buat menjadi efektif! Yang sudah tidak efisien, kita buat menjadi efisien!

Manajemen seperti inilah yang kita perlukan sekarang ini. Kita harus menuju pada sebuah negara yang lebih produktif, yang memiliki daya saing, yang memiliki fleksibilitas yang tinggi dalam menghadapi perubahan-perubahan itu. Oleh sebab itu, kita menyiapkan tahapan-tahapan besar.

PERTAMA, pembangunan infrastruktur akan terus kita lanjutkan! Infrastruktur yang besar-besar sudah kita bangun. Ke depan, kita akan lanjutkan dengan lebih cepat dan menyambungkan infrastruktur besar tersebut, seperti jalan tol, kereta api, pelabuhan, dan bandara dengan kawasan-kawasan produksi rakyat. Kita sambungkan dengan kawasan industri kecil, sambungkan dengan Kawasan Ekonomi Khusus, sambungkan dengan kawasan pariwisata. Kita juga harus menyambungkan infrastruktur besar dengan kawasan persawahan, kawasan perkebunan, dan tambak-tambak perikanan. 

KEDUA, pembangunan SDM. Kita akan memberikan prioritas pembangunan kita pada pembangunan sumber daya manusia. Pembangunan SDM menjadi kunci Indonesia ke depan. Titik dimulainya pembangunan SDM adalah dengan menjamin kesehatan ibu hamil, kesehatan bayi, kesehatan balita, kesehatan anak usia sekolah. Ini merupakan umur emas untuk mencetak manusia Indonesia unggul ke depan. Itu harus dijaga betul. Jangan sampai ada stunting, kematian ibu, atau kematian bayi meningkat. Tugas besar kita di situ!

Kualitas pendidikannya juga akan terus kita tingkatkan. Bisa dipastikan pentingnya vocational training, pentingnya vocational school. Kita juga akan membangun lembaga Manajemen Talenta Indonesia. Pemerintah akan mengidentifikasi, memfasilitasi, serta memberikan dukungan pendidikan dan pengembangan diri bagi talenta-talenta Indonesia.

Diaspora yang bertalenta tinggi harus kita berikan dukungan agar memberikan kontribusi besar bagi percepatan pembangunan Indonesia. Kita akan menyiapkan lembaga khusus yang mengurus manajemen talenta ini. Kita akan mengelola talenta-talenta hebat yang bisa membawa negara ini bersaing secara global.

KETIGA, kita harus mengundang investasi yang seluas-luasnya dalam rangka membuka lapangan pekerjaan. Jangan ada yang alergi terhadap investasi.  Dengan cara inilah lapangan pekerjaan akan terbuka sebesar-besarnya. Oleh sebab itu, yang menghambat investasi, semuanya harus dipangkas, baik perizinan yang lambat, berbelit-belit, apalagi ada punglinya! Hati-hati, ke depan saya pastikan akan saya kejar, saya kontrol, saya cek, dan saya hajar kalau diperlukan. Tidak ada lagi hambatan-hambatan investasi karena ini adalah kunci pembuka lapangan pekerjaan.

KEEMPAT, sangat penting bagi kita untuk mereformasi birokrasi kita. Reformasi struktural! Agar lembaga semakin sederhana, semakin simpel, semakin lincah! Hati-hati! Kalau pola pikir, mindset birokrasi tidak berubah, saya pastikan akan saya pangkas!

Kecepatan melayani, kecepatan memberikan izin, menjadi kunci bagi reformasi birokrasi. Akan saya cek sendiri! Akan saya kontrol sendiri! Begitu saya lihat tidak efisien atau tidak efektif, saya pastikan akan saya pangkas, copot pejabatnya. Kalau ada lembaga yang tidak bermanfaat dan bermasalah, akan saya bubarkan!

Tidak ada lagi pola pikir lama! Tidak ada lagi kerja linier, tidak ada lagi kerja rutinitas, tidak ada lagi kerja monoton, tidak ada lagi kerja di zona nyaman. HARUS BERUBAH! Sekali lagi, kita harus berubah. Kita harus membangun nilai-nilai baru dalam bekerja, menuntut kita harus cepat beradaptasi dengan perkembangan zaman. Maka kita harus terus membangun Indonesia yang ADAPTIF, Indonesia yang PRODUKTIF, dan Indonesia yang INOVATIF, Indonesia yang KOMPETITIF.

KELIMA, kita harus menjamin penggunaan APBN yang fokus dan tepat sasaran. Setiap rupiah yang keluar dari APBN, semuanya harus kita pastikan memiliki manfaat ekonomi, memberikan manfaat untuk rakyat, meningkatkan kesejahteraan untuk masyarakat.

BAPAK IBU DAN HADIRIN YANG BERBAHAGIA, namun perlu saya ingatkan bahwa mimpi-mimpi besar hanya bisa terwujud jika kita bersatu! Jika kita optimis! Jika kita percaya diri! Kita harus ingat bahwa negara kita adalah negara besar! Negara dengan 17 ribu pulau. Dengan letak geo-politik yang strategis. Kita adalah negara yang ber-Bhinneka Tunggal Ika! Memiliki kekayaan budaya yang luar biasa. Demografi kita juga sangat kuat! Jumlah penduduk 267 juta jiwa, yang mayoritas di usia produktif.

Kita harus optimis menatap masa depan! Kita harus percaya diri dan berani menghadapi tantangan kompetisi global. Kita harus yakin bahwa kita bisa menjadi salah satu negara terkuat di dunia.

Persatuan dan kesatuan bangsa adalah pengikat utama dalam meraih kemajuan. Persatuan dan persaudaraan kita harus terus kita perkuat! Hanya dengan bersatu, kita akan menjadi negara yang kuat dan disegani di dunia! Ideologi Pancasila adalah satu-satunya ideologi bangsa yang setiap Warga Negara harus menjadi bagian darinya!

Dalam demokrasi, mendukung mati-matian seorang kandidat itu boleh. Mendukung dengan militansi yang tinggi itu juga boleh. Menjadi oposisi itu juga sangat mulia. Silakan. Asal jangan oposisi menimbulkan dendam. Asal jangan oposisi menimbulkan kebencian. Apalagi disertai dengan hinaan, cacian, dan makian.

Kita memiliki norma-norma agama, etika, tata krama, dan budaya yang luhur.

Pancasila adalah rumah kita bersama, rumah bersama kita sebagai saudara sebangsa! Tidak ada toleransi sedikit pun bagi yang mengganggu Pancasila! Yang mempermasalahkan Pancasila! Tidak ada lagi orang Indonesia yang tidak mau ber-Bhinneka Tunggal Ika! Tidak ada lagi orang Indonesia yang tidak toleran terhadap perbedaan! Tidak ada lagi orang Indonesia yang tidak menghargai penganut agama lain, warga suku lain, dan etnis lain.

Sekali lagi, ideologi kita adalah Pancasila. Kita ingin bersama dalam Bhinneka Tunggal Ika, dalam keberagaman. Rukun itu indah. Bersaudara itu indah. Bersatu itu indah.

Saya yakin, semua kita berkomitmen meletakkan demokrasi yang berkeadaban, yang menunjujung tinggi kepribadian Indonesia, yang menunjung tinggi martabat Indonesia, yang akan membawa Indonesia menjadi Indonesia Maju, Adil dan Makmur.

Indonesia Maju adalah Indonesia yang tidak ada satu pun rakyatnya tertinggal untuk meraih cita-citanya. Indonesia yang demokratis, yang hasilnya dinikmati oleh seluruh rakyat. Indonesia yang setiap warga negaranya memiliki hak yang sama di depan hukum. Indonesia yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi kelas dunia. Indonesia yang mampu menjaga dan mengamankan bangsa dan negara dalam dunia yang semakin kompetitif.

Ini bukanlah tentang aku, atau kamu. Juga bukan tentang kami, atau mereka. Bukan soal Barat atau Timur. Juga bukan Selatan atau Utara. Sekarang bukan saatnya memikirkan itu semua. Tapi ini saatnya memikirkan tentang bangsa kita bersama. Jangan pernah ragu untuk maju karena kita mampu jika kita bersatu!

Terima kasih,
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Bogor, 14 Juli 2019
CALON PRESIDEN TERPILIH,
JOKO WIDODO

JOKOWI : "PECAT PNS MALAS !"


Aturan Baru Pemecatan PNS yang Tak Penuhi Target Kinerja, Resmi Ditandatangani Presiden http://www.infodikdas.com/2019/05/aturan-baru-pemecatan-pns-yang-tak-penuhi-target-kinerja.html

JOKOWI : "PECAT PNS MALAS !" 🕌🕌🕌

Saya selama dua tahun berada disekitar PNS..

Sebagai profesional pada waktu itu, saya heran melihat begitu banyaknya PNS yang kumpul di warkop pada saat jam kerja. Ada yang main catur, ada yang baca koran dan banyak lagi yang ngobrol ngalor ngidul gak keruan.

"Kok, enak banget ya mereka ?" Begitu pikir saya waktu itu.

Saya lalu bertanya-tanya ke sekitar dan dapat jawaban yang menyakitkan, "Ya, susah berhadapan sama PNS malas, bang. Mereka gak bisa dipecat meski kinerja mereka buruk tidak keruan. Akhirnya cuman dipinggirkan doang, makan gaji buta. Dan sialnya, mereka senang karena bisa nyambi cari sampingan.."

Duh, gak kerja dan dibayar setiap bulan. Berapa besar pemborosan negara setiap bulannya untuk memelihara mereka ? Dan itu sudah berlangsung puluhan tahun lamanya. Sudah menjadi budaya, bahwa jadi PNS yang penting datang dan nunggu gajian. Masuk cuman absen. Kepala mereka pun tidak bisa main pecat seenaknya karena terikat peraturan.

Hari ini ketika membaca sebuah berita di media online, saya ketawa lebar. Judulnya, "Jokowi terbitkan aturan pemecatan PNS".

Jokowi sudah menerbitkan mekanisme baru tentang penilaian kerja PNS. Dan itu dituangkan dalam Peraturan Pemerintah no 30 thn 2019 tentang Penilaian kinerja PNS.

Sederhananya peraturan itu membahas tentang penilaian kerja. Ada pejabat penilai kerja, yang kerjanya akan memantau PNS. Yang bagus akan diberikan penghargaan dan tunjangan. Nah, yang buruk bisa dipecat.

Ini terobosan hebat dari seorang Jokowi yang ingin memiliki PNS yang profesional. Dan Jokowi tentu sudah punya pengalaman karena dia pernah menjadi Walikota dan Gubernur, jadi paham bagaimana kinerja PNS biasanya.

Saya bergumam, "Pantas saja PNS banyak yang memusuhi Jokowi. Rupanya mereka tahu kalau Jokowi akan merombak budaya malas dan korup para PNS selama ini. Dan mereka yang tidak siap, tentu akan sepenuh hati menghalangi Jokowi menjadi Presiden lagi.."

Tapi mereka salah besar. Jokowi akan memimpin di periode kedua. Dan gebrakan pertama yang dia lakukan adalah mengatur kinerja PNS. Kalang kabutlah mereka yang malas karena harus siap-siap dinilai dan angkat kaki.

"Saya sudah tidak punya beban, yang terbaik akan saya berikan.." Begitu kata Jokowi beberapa waktu lalu. Dan dia tidak main-main. Ia menjadi seperti pedang yang siap menghantam birokrasi gemuk dan lamban yang sudah menjadi sarang tikus besar-besar.

Jokowi gaspol. Tekan gas dalam-dalam, kendaraan bernama NKRI ini akan melaju kencang. Yang tidak siap dengan sabuk pengaman, tentu akan terpental..

Keren, Jokowi. Angkat secangkir kopi ☕☕☕

Denny Siregar

Tags

Analisis Politik (275) Joko Widodo (150) Politik (106) Politik Baik (64) Berita Terkini (59) Jokowi (58) Pembangunan Jokowi (54) Lintas Agama (31) Renungan Politik (31) Perang Politik (29) Berita (27) Ekonomi (25) Anti Radikalisme (24) Pilpres 2019 (23) Jokowi Membangun (22) Perangi Radikalisme (22) Pembangunan Indonesia (21) Surat Terbuka (20) Partai Politik (19) Presiden Jokowi (19) Lawan Covid-19 (18) Politik Luar Negeri (18) Bravo Jokowi (17) Ahok BTP (14) Debat Politik (14) Radikalisme (13) Toleransi Agama (12) Caleg Melineal (11) Menteri Sri Mulyani (11) Perangi Korupsi (11) Berita Hoax (10) Berita Nasional (9) Education (9) Janji Jokowi (9) Keberhasilan Jokowi (9) Kepemimpinan (9) Politik Kebohongan (9) Tokoh Dunia (9) Denny Siregar (8) Hidup Jokowi (8) Anti Korupsi (7) Jokowi Hebat (7) Renungan (7) Sejarah Penting (7) Selingan (7) imlek (7) Ahok (6) Health (6) Perangi Mafia (6) Politik Dalam Negeri (6) Gubernur DKI (5) Jokowi Pemberani (5) KPK (5) Khilafah Makar (5) Kisah Nyata (5) Lawan Radikalisme (5) NKRI Harga Mati (5) Negara Hukum (5) Partai PSI (5) Pengamalan Pancasila (5) Pilkada (5) Refleksi Politik (5) Teknologi (5) hmki (5) kota tangsel (5) natal (5) pengurus (5) peresmian (5) relawan (5) Anti Teroris (4) Bahaya Khalifah (4) Berita Baru (4) Dugaan Korupsi (4) Indonesia Maju (4) Inspirasi (4) Kebudayaan Indonesia (4) Lagu Jokowi (4) Mahfud MD (4) Menteri Pilihan (4) Pancasila (4) Pendidikan (4) Pileg 2019 (4) Politik Identitas (4) Sejarah (4) Tokoh Masyarakat (4) Tokoh Nasional (4) Vaksin Covid (4) Adian Napitupulu (3) Adudomba Umat (3) Akal Sehat (3) Analisa Debat (3) Artikel Penting (3) Atikel Menarik (3) Biologi (3) Brantas Korupsi (3) Breaking News (3) Covid-19 (3) Demokrasi (3) Dewi Tanjung (3) Hukum Karma (3) Karisma Jokowi (3) Kelebihan Presiden (3) Kesaksian (3) King Of Infrastructur (3) Lagu Hiburan (3) Makar Politik (3) Melawan Radikalisme (3) Musibah Banjir (3) Nasib DKI (3) Nasihat Canggih (3) Negara Maju (3) Negara Makmur (3) Nikita Mirzani (3) PKN (3) Pembubaran Organisasi (3) Pemilu (3) Pendidikan Nasional (3) Pendukung Jokowi (3) Penegakan Hukum (3) Poleksos (3) Politik Adudomba (3) Rekayasa Kerusuhan (3) Rencana Busuk (3) Revisi UUKPK (3) Sederhana (3) Tanggung Jawab (3) Testimoni (3) Tokoh Revolusi (3) Waspada Selalu (3) barongsai (3) jakarta (3) Ada Perubahan (2) Agenda Politik (2) Akal Kebalik (2) Akal Miring (2) Anggaran Pemprov (2) Antusias Warga (2) Arsitektur Komputer (2) Basmi Mafia (2) Basmi Radikalisme (2) Beda Partai (2) Berita Internasional (2) Budiman PDIP (2) Capres Cawapres (2) Cinta Tanah Air (2) Dasar Negara (2) Denny JA (2) Erick Thohir (2) Etika Menulis (2) Filsafat (2) Fisika (2) Free Port (2) Gerakan Budaya (2) Gereja (2) Himbauan (2) Information System (2) Isu Sara (2) Jaga Presiden Jokowi (2) Jalan Toll (2) Jenderal Pendukung (2) Jihat Politik (2) Jokowi Commuter (2) Jokowi Guru (2) Jokowi Motion (2) Kabinet II Jokowi (2) Kasus Hukum (2) Kasus Korupsi (2) Kehebatan Jokowi (2) Kemajuan Indonesia (2) Kemanusiaan (2) Kerusuhan Mei (2) Komputer (2) Komunikasi (2) Kriminalisasi Ulama (2) Langkah DPRD-DPR (2) Lawam Penghianat Bangsa (2) Lawan Fitnah (2) Mafia Indonesia (2) Media Sosial (2) Menteri Susi (2) Merakyat (2) Miras (2) Motivasi (2) Nilai Rupiah (2) Olah Raga (2) Opini (2) Pembangunan Pasar (2) Pemimpin Pemberani (2) Pengadilan (2) Pengatur Strategi (2) Penjelasan TGB (2) Penyebar Hoax (2) Perangi Terroriis (2) Pidato Jokowi (2) Political Brief (2) Politik ORBA (2) Program Jokowi (2) Raja Hutang (2) Relawan Jokowi (2) Ruang Kesehatan (2) Sampah DKI (2) Selengkapnya (2) Sertifikat Tanah (2) Simpatisan Jokowi (2) Suka Duka (2) Sumber Kekuasaan (2) Survey Politik (2) Tegakkan NKRI (2) Tenaga Kerja (2) Tirta Memarahi DPR (2) Toll Udara (2) Transparan (2) Ucapan Selamat (2) Ulasan Permadi (2) Ultah Jokowi (2) Undang Undang (2) amandemen (2) jokowi 3p (2) jokpro (2) news (2) perjuangkan (2) Adek Mahasiswa (1) Aksi Gejayan (1) Aksi Makar (1) Alamiah Dasar (1) Ancaman Demokrasi (1) Andre Vincent Wenas (1) Anggarana Desa (1) Anies Dicopot (1) Ansor Banten (1) Antek HTI (1) Anti Cina (1) Anti Terrorris (1) Anti Vaksin (1) Anti Virus (1) Arti Corona (1) Aset BUMN (1) Atheis (1) BIN (1) BTP (1) Bahasa Indonesia (1) Bahaya Isis (1) Bangkitkan Nasionalisme (1) Bangsa China (1) Bank Data (1) Bantu Dishare (1) Basuki Tjahaya Purnama (1) Bawah Sadar (1) Bencana Alam (1) Berani Karena Jujur (1) Berani Melapor (1) Binekatunggal Ika (1) Bintang Mahaputera (1) Bisnis (1) Bongkar Gabeneer (1) Bravo Polri (1) Bravo TNI (1) Budiman Sujatmiko (1) Bumikan Pancasila (1) Bunuh Diri (1) Busana (1) Buya Syafii Maarif (1) Calon Menteri (1) Cari Panggung Politik (1) Cctvi Pantau (1) Cendekia (1) Croc Brain (1) Cudu Nabi Muhammad (1) Cybers Bots (1) Daftar Tokoh (1) Dagang Sapi (1) Danau Toba (1) Data Base (1) Demo Bingung (1) Demo Gagal (1) Demo Mahasiswa (1) Demo Nanonano (1) Demokrasi Indonesia (1) Deretan Jenderal (1) Dewan Keamanan PBB (1) Digital Divelovement (1) Dosa Kolektif (1) Dubes Indonesia (1) Ekologi (1) Extrimis (1) FBR Jokowi (1) Faham Khilafah (1) Filistinisme (1) Filosofi Jawa (1) Fund Manager (1) G30S/PKI (1) GPS Tiongkok (1) Gagal Faham (1) Gaji Direksi (1) Gaji Komisaris (1) Gaya Baru (1) Gelagat Mafia (1) Geografi (1) Gerakan (1) Gerakan Bawah Tanah (1) Gibran (1) Grace Natalie (1) Gubernur Jateng (1) Gus Nuril (1) Gusti Ora Sare (1) HTI Penunggang (1) Hadiah Tahun Baru (1) Hari Musik Nasional (1) Hiburan (1) Hukuman Mati (1) Hypnowriting (1) Identitas Nusantara (1) Illegal Bisnis (1) Ilmu Pengetahuan (1) Ilusi Identitas (1) Imperialisme Arab (1) Indonesia Berduka (1) Indonesia Damai (1) Indonesia Hebat (1) Injil Minang (1) Intermezzo (1) Internet (1) Intoleransi (1) Investor Asing (1) Islam Nusangtara (1) Istana Bogor (1) Isu Agama (1) Isu Politik (1) J Marsello Ginting (1) Jadi Menteri (1) Jalur Gaza (1) Jangan Surahkan Indonesia (1) Jembatan Udara (1) Jenderal Moeldoko (1) Jenderal Team Jkw (1) Jilid Milenial (1) Jiplak (1) Jokowi 3 Periode (1) Jokowi Peduli (1) Jualan Agama (1) Jurus Pemerintah (1) Jusuf Kalla (1) Kadrun (1) Kambing Hitam (1) Kampus Terpapar Radikalisme (1) Kasus BUMN (1) Kasus Keluarga (1) Kebusukan Hati (1) Kecelakaan (1) Kehilangan Tuhan (1) Kehilangan WNI (1) Kekuasaan (1) Kekuatan China (1) Kemengan Jokowi (1) Kena Efisensi (1) Kepribadian (1) Keputusan Pemerintah (1) Kerusuhan 22 Mei (1) Kesaksian Politikus (1) Keseahatan (1) Ketum PSI (1) Kitab Suci (1) Kode Etik (1) Komnas HAM (1) Komunis (1) Konglomerat Pendukung (1) Kopi (1) Kota Bunga (1) Kota Misteri (1) Kota Modern (1) Kota Zek (1) Kredit Macet (1) Kuliah Uamum (1) Kunjungan Jokowi (1) Kurang Etis (1) LPAI (1) Lagu Utk Jokowi (1) Lahan Basah (1) Larangan Berkampanye (1) Larangan Pakaian (1) Lawan Rasa Takut (1) Leadership (1) Legaci Jokowi (1) Lindungi Jokowi (1) Lintas Dinamika (1) Luar Biasa (1) MPG (1) Mabok Agama (1) Mafia Ekonomi (1) Mafia Tanah (1) Mahakarya (1) Mahkamah Agung (1) Manfaat Vaksin (1) Mari Tertawa (1) Masa Kampanye (1) Masalah BUMN (1) Matematika (1) Membunuh Sains (1) Mempengaruhi Musuh (1) Mempengaruhi Orang (1) Mendisplinkan Siswa (1) Mengharukan (1) Menghasut Pemerintah (1) Menghina Lambang Negara (1) Mengulas Fakta (1) Menjaga Indonesia (1) Menjaga Jokowi (1) Menjelang Pemilu (1) Menjlang Pelantikan (1) Menko Polhukam (1) Menteri (1) Menteri Agama (1) Menteri Sosial (1) Menydihkan (1) Mesin Pembantai (1) Minuman Keras (1) Model Tulisan (1) Muhamad Ginting (1) Mumanistik (1) Muslim Prancis (1) Musu RI (1) Musuh Dlm Selimut (1) Obat Tradisional (1) Oligarki (1) Omnibus Law (1) Oramas Terlarang (1) Orang Baik (1) Orang Beragama (1) Orang Bodoh (1) Orang Kaya (1) Ormas Islam (1) Otak Kebalik (1) Overdosis Haram (1) PHK dan Buruh (1) Palestina (1) Panduan (1) Pantau Jakarta (1) Para Makar (1) Parawisata (1) Partai Baru (1) Partai Komunis (1) Pasar Murah (1) Pelarian (1) Pembayaran Utang Negara (1) Pembela Rakyat (1) Pembumian Pancasila (1) Pemerintahan Jayabaya (1) Pemilihan Presiden (1) Pemprov DKI (1) Pencerahan (1) Pencucian Uang (1) Pendukung Lain (1) Penebaran Virus so (1) Pengacau Negara (1) Pengalaman (1) Pengangguran (1) Pengaruh (1) Pengertian Istilah (1) Pengertian Otoritas (1) Penggulingan Rezim (1) Penghianat Bangsa (1) Pengobatan (1) People Power (1) Perang Dunia III (1) Perangi Tetroriis (1) Peraturan (1) Perayaan Natal (1) Percobaan (1) Perguruan Tinggi (1) Peringatan Keras (1) Peristiwa Mei 1998 (1) Pernikahan (1) Pernyataan ISKA (1) Pertamina (1) Pertemuan Politik (1) Pesan Gus Nuril (1) Pesan Habib (1) Peta Politik (1) Pidato Prisiden RI (1) Pil Pahit Srilanka (1) Pilkada 2018 (1) Pilkada Solo (1) Pilpres Curang (1) Pimpinan MPR (1) Politik Agama (1) Politik Catur Jkw (1) Politik Kepentingan (1) Politik LN (1) Politik Uang (1) Politikus (1) Pollitik (1) Profesional (1) Propaganda (1) Propaganda Firehose (1) Psikoanalisa (1) Psikologi Praktis (1) Puisi (1) Pulau Terindah (1) Quick Count (1) RUU Kadrun (1) Raja Bonar (1) Raja Debat (1) Raksasa (1) Rakyat Kecil (1) Realita Politik (1) Rekam Jejak (1) Rekapitulasi DPS (1) Reklamasi Pulau (1) Remix Sunda (1) Rendah Hati (1) Reungan Politik (1) Rhenald Kasali (1) Risma (1) Ruhut P Sitompul (1) Saksi Yehuwa (1) Sangat Canggih (1) Scandal BLBI (1) Seharah Pers (1) Sehat Penting (1) Sejarah Politik (1) Sekilas Info (1) Selamat Imlek (1) Sembuhkan Jiwasraya (1) Seni (1) Seniman Bambu (1) Shanzhai (1) Sidak Harga (1) Sidang MPR (1) Sigmun Freud (1) Silaturahmi (1) Sistem Informasi (1) Skema Kerusuhan (1) Skenario 22 Mei (1) Skenario Demonstrans (1) Skripsi (1) Soekarno (1) Stasiun KA (1) Suku Minang (1) Sumber Inspirasi (1) Super Power (1) Superkarya (1) Syirianisasi (1) System Informasi (1) TKA Siapa Takut (1) Tahun Kampret (1) Taliban (1) Tanda Kehormatan (1) Tanda Zaman (1) Tanggapan Atas Pidato (1) Tanya Jawab (1) Tebang Pilih (1) Teori Kepribadian (1) Terkaya Indonesia (1) Terorisme (1) Terrorisme (1) Tidak Becus Kerja (1) Tindakan Makar (1) Tingkat Kemiskinan (1) Tinjauan Filsafat (1) Tips dan Trik (1) Toleransi Identitas (1) Travelling (1) Tuan Rumah (1) Tukang Kayu (1) UU Cipta Kerja (1) Ucapan Gong Xi Fat Choi (1) Ulama Bogor (1) Ulasan Berita (1) Ulasan Suriah (1) Ustadz Bangsa (1) Via Vallen (1) Virus Covid-15 (1) Wajib Baca (1) Wakil Tuhan (1) Wali Kota (1) Wanita Kartini (1) Wewenang (1) Yusril Blakblakan (1) breaing news (1) karo (1) kontemporer (1) tari (1)